Chapter 37

2.7K 362 17
                                    

{Happy Reading}

Alvi menatap kotak cincin ditangannya, sebuah cincin yang sangat indah ini ia beli saat ia tidak ada di Indonesia, cincin ini dirancang khusus oleh penjual cincin ternama diNegara dimana Alvi berada.

Alvi sengaja memesannya untuk calon istri nya kelak, dan kini cincin ini akan menjadi milik Afsya, mungkin.

Alvi menutup kotak cincin itu dan menaruhnya di nakas, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Assalamualaikum, tolong siapkan barang barang yang biasa orang ketika akan menikah, saya tunggu sekarang"

Alvi mematikan sambungan sscara sepihak, sangat mudah baginya untuk membeli seserahan, yang sulit adalah meyakinkan dirinya sendiri, apakah ia sudah serius dengan Afsya?

Alvi mengusap wajahnya kasar "Benarkan saya menikahi Afsya? "

Alvi menggeleng kan kepalanya menepis pikiran aneh aneh nya "Hati saya tidak bisa berbohong ,nyatanya saya masih mencintai kamu Afsya"

"Saya takut, saya takut jika kita menikah saya akan menyakitimu, hanya itu yang saya takutkan"

Menghela napas kasar ,Alvi memilih untuk kembali ke ruangan Alma yang tersisa Ali dan Alya, sedangkan Yusuf telah kembali ks pesantren, dan kembali besok.

"Mas Alvi, sini duduk"

Alvi mengangguk, ia duduk disebelah Alya "Mas Alvi, kata mas Ali, mas Alvi mau menikah dengan mbak Afsya, bener ya? "

Alvi diam, ia melirik Ali yang tersenyum manis padanya "Ck"decak gus Alvi pada Ali

Alya memeluk lengan Alvi "Kalo memang iya,Alya bahagia banget,akhirnya mbak Afsya jadi kakak ipar Alya, umi juga pasti seneng dapet menantu kaya mbak Afsya"

Alya menatap Alma yang masih tertidur "Mas Alvi pergi kemana aja selama tiga tahun? "

"Jauh, kamu gak akan tau"

"Ish, kenapa mas Alvi pergi?"

"Kamu masih terlalu kecil untuk tahu semuanya Alya,kamu diem ya,mas Alvi ngantuk, bangunin mas Alvi kalo sudah adzan isya"

...

"Mas Alvi, Ali ikut! "

Sedari tadi lelaki itu terus merengek ingin ikut ke Bandung, Bandung? Ya, hari ini Alvi berniat melamar Afsya, ia pergi ke Bandung bersama Yusuf, tetapi adik lelakinya itu terus merengek ingin ikut.

"Gak usah, kamu disini aja"

Ali mengerucut kan bibirnya "Gak mau! Abah, Ali boleh ikut? "

"Iya"

Ali memekik senang, ia lebih dulu masuk ke dalam mobil sebelum Alvi mengoceh hal yang tidak jelas untuknya "Kenapa abah izinin Ali ikut? "

"Biarlah, ayo"

Alvi masuk kedalam mobil diikuti Yusuf, ia mulai menyalakan mesin mobil dan mengendarainya dengan kecepatan sedang, Alya tidak ikut karena ia harus menemani Alma dirumah sakit.

Alvi sengaja tidak memberi tau Afsya jika akan pergi menuju rumahnya, ssmuanya sudah direncanakan.

"Mas Alvi banyak banget bawaanya, kita cuma lamaran doang lho"

Alvi melirik Ali sekilas dari spion "Bukan kamu juga yang beli"

"Sombong! "

Alvi diam tak menjawab, jika ia terus meladeni ucapan tidak bermutu Ali, makan akan panjang nantinya.

"Kamu yakin? "

Alvi mengangguk tegas "Alvi yakin! "

Yusuf mengangguk,tangannya terulur untuk memgambil buku kecil yang memang selalu ia bawa kemana mana, itu kitab dalam ukuran yang kecil.

AFSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang