Chapter 24

2.4K 242 10
                                    

{Happy Reading}

Hanya ada keheningan yang tercipta diantara ketiga orang ini yang tak lain Afsya, kyai Yusuf dan gus Alvi, mereka memutuskan untuk kembali ke pesantren setelah 1 malam menginap di pesantren Al-Furqon.

Gus Alvi menatap kaca depan yang bisa melihat keadaan dibelakang, dapat ia lihat Afsya menyanderkan kepalanya dijendala dengan pandangan lurus ke arah jalanan.

Gus Alvi berdeham, kyai Yusuf menatap putranya bingung, ia memutar kepala ke arah kiri agar dapat bisa melihat Afsya "Nduk, kamu lapar tidak? "

Afsya menoleh "Tidak abah"

Kyai Yusuf mengangguk, ia kembali menatap putranya "Mas Alvi nanti berhenti didepan, abah mau beli sesuatu"

Gus Alvi mengangguk, tak lama ia memberhentikan mobilnya sesuai keinginan kyai Yusuf "Kamu tunggu disini saja, abah hanya sebentar, Afsya kamu tunggu disini sebentar bersama mas Alvi ya? "

"Nggih abah"

Kyai Yusuf keluar dari mobil meninggalkan Afsya dan gus Alvi, Afsya kembali menatap jalanan tanpa menghiraukan gus Alvi.

Gus Alvi menatap Afsya "Masih sedih? "

Afsya menoleh, ia menggeleng pelan "Jangan terlalu sedih, ingat ada Allah, ada abah Yusuf dan ada saya"

Gus Alvi mengatup kedua bibirnya, ia merasa ada yang salah dengan ucapannya, ia melirik Afsya yang menatap nya bingung "Ah ya, maaf"

Afsya mengangguk saja, lagi pula dirinya tidak terlalu mendengar ucapan terakhir gus Alvi "Boleh saya tanya sesuatu? "Afsya mengangguk

"Berapa umurmu? "

"Jalan delapan belas"

Gus Alvi mengangguk "Masih terlalu muda"gumamnya

Tak lama, kyai Yusuf kembali dengan dua kantong paperbag dan menyodorkannya pada Afsya "Buat Afsya"

Afsya menatap paperbag pemberian kyai Yusuf, tangannya mengulur untuk mengambil paperbag itu, sedikit ia melihat isi paperbag itu yang berisi kue.

"Afsya tidak suka kue coklat"

Tentu saja ia mengelak, terlalu naif jika ia mengatakan jika ia sangat menyukai kue coklat, tapi rasa malu lebih tinggi dibanding rasa sukanya pada kue coklat.

Kyai Yusuf terkekeh "Sejatine kowe ora pinter ngindari bayi, abah ngerti kowe seneng kue coklat, mangan lan rampungake kue coklat"

(Yang bener,kamu tidak pandai mengelak nduk, abah tau kamu suka kue coklat, dimakan dan habiskan ya kue coklatnya. )

Gus Alvi terkekeh mendengar ucapan kyai Yusuf, sedangkan Afsya melongo mendengar ucapan yang tidam bisa ia pahami, ia melirik gus Alvi yang tertawa kecil "Gus Alvi kenapa ketawa? "

Gus Alvi menggeleng "Makan saja sya, saya tidak akan minta"

Afsya mengernyit bingung "Saya gak paham, dan untuk kue coklat saya memang gak terlalu menyukainya"ucapnya dengan mata yang tertuju pada isi paperbag itu.

"Afsya, sudah ya, sekarang kamu makan kue nya, saya benar tidak akan minta"

Gus Alvi kembali mejalankan mobilnya, ia melirik kyai Yusuf yang memejamkan matanya mungkin lelah pikirnya. Nyatanya pria tua itu hanya menahan tawa melihat interaksi kedua generasi ini.

Ia melirik Afsya yang sibuk dengan kue coklatnya, gadis itu memakannya dengan senang, mungkin terlihat seperti sulit memakan makanan dengan kain yang menutupi wajahnya termasuk mulut.

"Enak? "

Afsya menoleh,ia tersenyum canggung dibalik kain hitamnya, apakah ia merasa sedang terciduk?

AFSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang