28.🐤

13.1K 829 56
                                    

🐶🐰

"Mbak pinjem kutang."

"Ha?"

"Pinjem ku-tang."

"Kaos?

"Kutang anjir bukan kaos."

"Layo kutang ki opo gue gak tau."

"Kacamata tete."

"Ha?"

Chantika masih loading tapi beberapa detik kemudian dia ketawa keras

"Bwahahaha anjir itu bra goblok bukan kutang."

"Sama aja. Pinjemin gue satu besok gue beliin yang baru tapi lo pinjemin nya yang baru juga."

"Ambil aja itu didalem lemari ada banyak lo tinggal pilih."

Seina mengangguk, ia berjalan menghampiri lemari besar yang ada disudut ruangan kamar kakak ipar nya.

"Ya tuhan Eca, ini lemari apa kandang babi. Berantakan banget gila."

"Gue semenjak hamil jadi males Sei, gak pernah ngerapihin lemari. Tapi itu udah dicuci semua kok dan baru beli belum pernah gue pake, lo pilih aja."

"Engap gue liatnya."

Pilihan Seina jatuh pada bra warna merah ngejreng ukurannya juga gede jadi gak mungkin sesek kalau dia pake. Dan ternyata longgar banget setelah dia pake.

"Tete lo gede banget ca."

"Jangan tete shaming dong Sei."

"Hehe gak gitu gue pikir punya gue dah gede maksimal. Ternyata masih gedean punya lo."

"Punya lo kan tepos Sei."

"Eh tapi semenjak hamil jadi makin gede kek meningkat dua tiga kali lipat."

Seina memilih ikut bergabung rebahan diatas kasur bareng Chantika.

"Lo gak tanya kenapa gue pinjem bra ca?"

"Gak penting."

"Oh oke."

"Lo mau lahiran normal apa operasi ca?" Tanya Seina memecah keheningan.

"Gak tau liat nanti anaknya gimana."

🐤🐤🐤

Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 6 pagi, Jevano udah wangi soalnya tadi jam 5 dia diseret istrinya kekamar mandi buat mandi iyalah mandi jenguk dedek bayi nya kan udah tadi malem.

Pria dengan pakaian kaos hitam polos dan kolor hitam itu memilih keluar kamar menuju lantai bawah barangkali ada mangsa yang bisa dia recokin, soalnya istrinya lagi kekamar kakak iparnya buat pinjem bra. Kemarin mereka gak ada rencana nginep jadi gak bawa baju ganti, dan kebetulan bra yang disini udah pada kekecilan, Jevano gak kasih izin buat pake jadinya Seina pilih pinjem ke Chantika.

Belum selesai kakinya menuruni anak tangga, namanya udah dipanggil.

"Jevano."

"Apa?"

"Diajakin papah ngeteh diteras belakang."

Jevano mengangguk, berjalan menemui papahnya yang duduk dikursi teras belakang, juga ada kakaknya yabg tadi memanggil nya sudah bergabung lebih dulu.

"Duduk Je, mamah tadi udah buatin teh buat kalian juga." Ucap Jeffry

"Makasih."

Jeffry mengangguk, kembali menyeruput teh hangat dalam gelasnya.

"Tadi malem kalian duet adu mekanik apa gimana?"

Mark mengernyit tanda tak paham dengan ucapan ayahnya.

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang