🐶🐰🐷
🐷🐷🐷
"Terus kan aku gini, El kenapa gak nurut? Kan papi suruh El duduk anteng dikasur bukan main-mainin laptopnya papi, sekarang laptop papi rusak terus papi kerjanya gimana, hah! Itu aku pake suara agak tinggi, serius gak bermaksud bentak yangg."
"Iya, gak papa. Terus gimana lanjutannya?"
"Dia diem aja, hidungnya kembang-kempis kaya mau nangis gitu. Terus aku tanya lagi kan, Laptopnya papi udah rusak, El bisa ganti gak?"
"Tau gak dia jawab apa?" Seina menggeleng pelan.
"Bisa! El ada duit, kemalin itu El dikasi duit sama opa sama kakek juga. El ada duit. Dia bilang gitu mana muka nya nyolot banget babi. Terus aku jawab gini, gak cukup uang El cuma seuprit."
"Yaudah, papi jual El aja buat beli lagatop eh apasih dia nyebut laptop tuh, yang."
"Lapatop?"
"Nah iya buat beli lapatop. Ketawa dong aku yang, ngadi-ngadi banget ide nya jual anak buat beli laptop." Jevano tertawa kembali mengingat kejadian tadi pagi di saat El ikut bersamanya ke kantor.
"Terus kan udah tuh dia minta maaf, terus aku juga minta maaf karena sempat bentak. Aku peluk kan, sambil masih bilang maaf, tapi El malah gini, 'papi ndak bosen maap maap telus? El aja bosen dengelnya',ya tuhan pengen banget aku karungin terus buang ke rawa-rawa."
"Berani emang?"
"Enggak." Jevano menyengir.
"Rasanya gak enak banget yang, habis bentak El tuh. Apalagi tadi El sempet pegangin dadanya kaya nahan sakit, mungkin kaget ya liat aku bentak-bentak dia. Sebenarnya aku gak marah soal laptopnya, laptop rusak yaudah bisa beli lagi, tapi file yang ada disana aku takutnya belum ke save dan hilang kan berabe."
"Terus sekarang gimana laptopnya, beneran gak bisa dibenerin?"
"Bisa. Ternyata cuma retak layar doang, gak bisa nyala karena habis batere."
Seina mengangguk, "Dah kering, sana makan dulu." Seina sedikit menyisir rambut hitam Jevano menggunakan jari.
"Hm. Kamu udah makan?"
"Udah. Kalian pulangnya telat, aku makan siang duluan lah."
"Sorry, tadi El minta beli gelembung dulu."
Seina mengusap pipi Jevano pelan "Gak papa, makan gih atau mau aku ambilin?"
"Gausah, aku ambil sendiri aja."
Jevano turun ke lantai bawah, niatnya ingin langsung ke dapur tidak jadi karena ia melihat siluet El diruang keluarga. Jevano menemui El yang sedang berbisnis dengan para boneka-boneka nya.
"Dek?"
"Hum."
"Mamam yuk."
"Ndak lapel."
Jevano mendudukan diri di belakang El, bocah itu tetap sibuk menyusun bonekanya berbaris rapi mengitari karpet bulu didepan televisi ruang keluarga.
Ruang keluarga rumah Jevano itu semenjak ada El, berubah jadi toko boneka. Dari boneka paling mini sampai yang gedenya sebagong ada disana, dan tersusun rapi El yang nyusun. Jadi Seina gak pernah rapihin itu boneka-boneka, soalnya walaupun banyak gak berserakan sembarang, Seina bakalan angkut kalau waktunya di cuci.
Jevano mendorong-dorong punggung El, sengaja membuat bocah itu kesal.
Tapi El tidak peduli, El tau papinya lagi cari mangsa buat diajak adu mekanik.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR DESTINY [END]
Teen Fiction"Hamil gih biar aku jailin anak sendiri bukan anak orang!" sarkasnya lalu beranjak meninggalkan ranjang menuju kamar mandi. ✍️ April 2022-September 2022 High rank🏅 #6 Nomin #1 Gs #1 Genderswitch #1 Nomings #1 Jaemings