33.🐥

17.5K 957 124
                                    

🐶🐰

Makasih untuk apresiasinya 👉 kolom tepuk tangan yeahhhh😭🔥

Makasih untuk apresiasinya 👉 kolom tepuk tangan yeahhhh😭🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua mingguan sejak Seina kembali membuka mata. Kesehatannya semakin membaik, luka di kepalanya juga sudah sembuh tidak pernah menimbulkan rasa sakit atau pusing mendadak.

Sebenarnya Jevano melarangnya untuk pulang hari ini, tapi Seina ngotot ingin pulang hari ini. Ibu baru itu tak tega melihat putranya harus berlama-lama dirumah sakit. Putranya butuh suasana baru dan udara yang lebih sehat tidak terkurung dalam ruang rumah sakit.

"Yakin mau pulang hari ini?''

"Seratus satu."

"Sayang serius dong."

"Iya sayang aku mau pulang. Aku udah baik-baik aja. Bosen tau kamu tanyain itu terus." Seina menggerutu, pasalnya dari tadi pagi Jevano selalu bertanya hal yang sama dan jawaban Seina juga sudah pasti sama seperti sebelumnya.

"Tap nanti yang lepas perban dikepala kamu siapa? Aku kan gak berani." Ucap Jevano lagi

"Panggil dokter ke rumah, duit kamu banyak. Gitu aja kok repot."

Jevano mengguk-mangguk, iya juga kenapa tidak kepikiran.

Jevano mengambil kursi roda di sudut ruangan, membawanya mendek pada Seina yang masih bersiap di atas tempat tidur.

"Sini."

Seina merentangkan tangannya, Jevano lantas menggendong tubuh istrinya.

Bokong Seina mendarat dengan mulus di atas kursi roda. Sebenarnya Seina sudah bisa berjalan tapi bapak Jevano yang posesif itu tidak memperbolehkan nya jalan lama-lama, Seina yabg diperlakukan seperti itu menurut saja, toh dia tidak dirugikan malah merasa nyaman karena diperhatikan.

Jevano mendorong kursi roda Seina, keluar ruangan. Semua barang keperluan Jevano maupun Seina sudah dibawa oleh para bodyguard papahnya ke dalam mobil.

"El mana?" Seina mendongak menatap wajah Jevano dari bawah.

Jevano menunjuk arah kanan dengan dagunya "Tuh, lagi sama papah."

Seina mengikuti arah pandang Jevano

Disana ada Jeffry yang berjalan menghampiri mereka dengan El digendongnya.

"Udah beres?" Tanya Jeffry

Jevano mengangguk

Jeffry menyerahkan buntelan selimut warna biru berisikan bayi didalamnya pada Seina.

"Makasih opa, udah jagain El." Ucap Seina menerima tubuh putra nya.

"Sama-sama sayang. Kamu gak mau ke rumah papah aja Je?"

"Gak pah, Jevano bisa handle sendiri kok."

Jeffry menghela nafas, putra bungsunya itu selain rada sengklek otaknya juga keras kepala. Jeffry dan Tya kemarin berusaha membujuk Jevano supaya mau tinggal sementara dirumahnya, supaya ada yang membantu Seina mengurus El. Tapi di tolak mentah-mentah oleh Jevan, bapak baru itu yakin bisa mengurus semuanya sendiri. Meskipun Jeffry tau putra dan menantunya itu sudah pasti bisa sendiri, dia tidak lupa kalau Seina itu dokter anak pasti tau gimana cara merawat bayi dengan baik. Tapi kan tetap saja masih butuh orang tua yang membimbing.

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang