37.🐥

13.6K 836 47
                                    

🐶🐰

Seina mengerjapkan matanya pelan, merasakan ada jari-jemari mungil menepuk-nepuk pelan pipinya. Tersenyum manis saat melihat putranya sudah terbangun dan mengoceh dengan bahasa bayinya.

"Mamaaaa nennn."

"Udah habis. Tadi malem di nen sama papi tuh." Ucap Seina jahil sambil menunjuk wajah Jevano yang masih tertidur lelap dengan posisi telentang. Seperti biasa, suaminya itu akan bertransformasi menjadi tarzan pada malam hari, ya tidak pernah memakai baju saat tidur alias bertelanjang dada.

El mencebikkan wajahnya, bayi gembul itu merangkak mendekati tubuh papi nya, pelan-pelan membawa tubuh gembul nya naik ke atas perut sang papi.

Seina hanya penonton, beberapa saat lagi pasti suami tampannya itu akan terbangun karena ulah putranya sendiri.

"Agrhhhh."

Jevano terkejut, otomatis membuka kedua matanya lebar-lebar saat dengan tidak tau diri El menggigit putingnya sampe merah. Walaupun gigi El belum tumbuh namanya digigit ya pasti sakit, apalagi posisi Jevano yang masih tertidur. Nyawa nya dipaksa bangkit dari alam mimpi.

"El!"

"Papapiiii oaaaa." Celoteh si bayi.

Jevano hendak marah, namun wajah El yang tersenyum polos kemudian mengulurkan kedua tangan kecilnya mengusap wajah ayahnya, seketika amarah Jevano menguap begitu saja. Lagian mana mungkin Jevano bisa marah pada bayi lucu yang sedang terduduk diatas perutnya itu.

Satu lagi, induk bayi kelinci itu juga ada disampingnya, bisa-bisa Jevano akan habis di cingcang istrinya kalau nekat memarahi El hanya karena bocah itu mengganggu tidurnya.

"Kenapa pagi-pagi udah bangun?" Jevano menatap jam dinding yang menempel di dinding depannya, menunjuk angka empat. Masih sangat pagi untuk dirinya, apalagi El bangun dari tidur nyenyaknya. "Laper?"

"Waoowaoo..akhhhkk."

Jevano terkekeh. "Ngomong apasih, gak ngerti papi tu."

Jevano membuka lebar sebelah tangannya, menarik tubuh istrinya supaya lebih mendekat. Seina menurut, meletakkan kepalanya diatas lengan kekar Jevano, tangannya melingkar erat diatas perut Jevano yang sangat keras itu.

Cup

Jevano mencium kening Seina pelan "Good morning mami."

"Morning to papi." Seina bergerak naik mencium pipi Jevano.

"El tumben udah bangun?"

"Gatau, tiba-tiba tepuk-tepuk pipi aku. Minta nen, tapi aku bilang nen nya habis di minum papi, dia langsung merangkak ke kamu terus gigit puting kamu." Cerita Seina sambil terkekeh, melihat secara langsung tingkah lucu El.

"Eohh." Kaget El, saat papinya menoyor jidatnya kebelakang.

Jevano menahan senyum melihat wajah terkejut putranya "Nen mami gak bakal habis dek, kalau cuma di minum papi. Tampungannya besar jadi selalu ready."

"Ababaiya."

"Apa iya apa iya. Iyalah. Berterima kasih kamu ke papi karena hasil tangan papi nen mami jadi besar-aw awww sakit sayang."

"Rasain."

Jevano mencebikkan bibirnya, memilih memandang putranya yang asik bermain, El punya mainan baru. Iya putingnya yang beberapa menit lalu digigit El sekarang jadi mainan bayi gembul itu. Jemari kecil El sibuk menoel, mencubit, bahkan memelintir puting Jevano, perih-perih sedep lah pokoknya.

Hening menyapa, Jevano dan Seina sama-sama diam memperhatikan pergerakan El yang sibuk bermain.

Tiba-tiba Jevano terkekeh "Gak nyangka bisa di titik ini sama kamu." Jevano menoleh mencium puncak kepala Seina.

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang