41.🐥

16.7K 883 18
                                    

🐶🐰

Seina menatap ke arah jam dinding, jarum pendeknya menunjukkan pukul satu siang. Sudah lima jam sejak dokter menangani Jevano, tapi pria itu belum juga membuka matanya.

Tok..tok

Seina beranjak membukakan pintu kamarnya.

"El, tidur ya mah?"

"Iya. Keasikan main sama Jie tiba-tiba tidur gitu aja."

Seina mengambil alih gendongan El dari  ibu mertuanya.

"Belum nen padahal."

"Tadi mamah kasih biskuit bayi, El mau kok nak. Habis dua, lumayan lah buat ganjel. Disuapi bubur gak mau." Jelas Tyana

Seina mengangguk, membawa tubuh El lalu meletakkan bayi gembul itu ke dalam baby box nya.

Sementara Tyana berjalan mendekati ranjang putranya. Tya tersenyum kecut melihat penampilan Jevano saat ini. Wajah pucat, mata bengkak, rambut lepek, juga jarum infus yang menancap di sebelah punggung tangan putranya, benar-benar buruk sekali. Tyana lebih suka melihat bungsunya merusuh, daripada tertidur lemah diatas kasur seperti ini.

Tadi pagi Jevano terbangun dengan suhu tubuh yang sangat tinggi, pria itu mengalami demam. Seina langsung menghubungi dokter untuk datang ke rumahnya. Dokter yang memeriksa Jevano mengatakan, kalau Jevano mengalami kelelahan,stress dan dehidrasi.

"Dari tadi belum bangun nak?" Tanya Tya saat Seina duduk kembali disebelah Jevano yabg terbaring, bersebalahan dengan Tya.

"Belum mah."

"Udah siang. Jevan belum makan apa-apa kan dari pagi."

Seina menggeleng, sambil mengelap keringat yang mengucur di dahi suaminya menggunakan telapak tangannya sendiri.

"Mamah buatin bubur ya, siapa tau nanti pas bangun mau makan."

"Makasih mah."

"Sama-sama sayang. Mamah kebawah dulu ya. Nanti kalau El bangun, terus kamu kerepotan panggil mamah aja."

"Iya."

Tya memeluk menantunya sayang "Kamu fokus sama kesembuhan Jevan aja yah. Masalah kemarin biar papah sama mas Mark yang urus."

"Sekali lagi makasih ya mah."

Tyana mengangguk, lalu beranjak pergi meninggalkan kamar putranya.

🐥🐥🐥

"Masak apa mah?"

Tyana terjengit kaget saat tiba-tiba mendengar suara Mark dibelakangnya.

Plak..

"Ngagetin ih si mas. Kalau mamah jantungan terus mati gimana hah?" Ucap Tya ngegas.

"Gak lah. Mamah aku tuh sehat lahir batin, kaget gini doang gak bikin mati. Digempur papah 24 jam non stop aja besoknya gak mati kok."

"Lambemu mas."

"Mamah itu bikin bubur?"

"Iya. Buat adekmu."

Tek.

Tya mematikan kompornya, buburnya sudah jadi tinggal nunggu Jevano bangun aja.

Mark berjalan lalu duduk di kursi meja makan diikuti Tya "Adek udah bangun emang?"

"Belum."

"Dari tadi pagi itu?"

"Iya."

"Gila sih, sange bisa meriang ya."

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang