47.🌼

17.4K 845 67
                                    

🐶🐰

"Acaranya jam berapa sih, pih?" Tanya Seina sambil merapikan tatanan make up nya didepan meja rias.

"Kan kamu yang di kasih undangannya sayangku."

"Gak inget."

"Jam delapan kayanya, biasanya acara-acara begitu kan sekitar jam segitu."

Seina mengangguk, masih sambil merapikan tatanan rambutnya. Ia sengaja menguncir rambutnya, supaya tidak ribet.

"Gak apa-apa nih kita bawa El?" Tanya Seina lagi pada Jevano yang duduk di pinggir kasur.

"Gak papa sekali-kali di ajak biar tau rasanya ikut kondangan. Ya kan El?"

"Um." Bocah tampan itu hanya mengangguk. El sudah rapi dengan setelah kemeja nya yang berwarna putih sama seperti warna outfit kedua orangtuanya.

Jevano menghampiri El yang duduk di sofa sambil mengunyah makanan.

"Adek, mam apa?" Tanya Jevano, ikut duduk disamping putranya.

"Biskit."

"Enak?"

"Iya. Papi mau?" El menyodorkan potongan biskuit bekas gigitan gigi kecilnya.

Jevano mengangguk, lalu sedikit menggigit ujung biskuit yang disodorkan El. Jevano dan Seina memang sedang menerapkan sikap berbagi dan menerima pada El. Walaupun masih belajar dan baru berupa makanan sebagai objek, bayi dua tahun empat bulan itu sudah tau tanpa disuruh untuk selalu menawarkan makanannya pada orang lain dan menerima pemberian orang lain dengan baik.

"Papi papi?"

"Apa nak." Ucapnya sambil mengelap sisa rontokan biskuit yang menempel dipipi dan baju putih El, bisa kena amuk Seina kalau penampilan El belepotan.

"Napa biskit bikin haus papi? El kalau mam biskit pasti minumna anyak."

"Emang iya?"

"Iya. Biskitna nangkut di sini papi." El mendongak sambil membuka mulutnya lebar-lebar menunjukkan bagian langit mulutnya yang penuh dengan biskuit lembek.

"Itu karena gigi El belum banyak, jadi biskuitnya nyangkut deh."

"Eh iya gigi yang kemarin baru tumbuh udah keliatan besar belum?" Tanya Jevano lagi pada putranya yang sudah menyelesaikan acara makannya.

El mengangguk semangat.

"Papi liat papi."

"Hiiii aaaaaa" El memamerkan gigi putihnya yang berbaris rapi juga gigi baru yang baru debut beberapa hari lalu.

"Ih lucunya, udah banyak nih. Besok bisa duel makan tulang ayam sama Abang Jie."

"Papi gigi El berapa papi?"

"Empat belas."

"Yeayyyy!" El bersorak senang, giginya sudah bertambah.

Jevano ikut bahagia melihat wajah gembira putranya. Jevano pikir terlahir prematur, akan membuat putranya tumbuh berbeda, tidak seperti anak pada umumnya. Tapi ketakutannya tak terbukti, El bisa menyesuaikan diri, tumbuh menjadi anak yang pintar dan cerdas. Walaupun El sedikit mengalami gangguan saat belajar berjalan.

El mengalami delayed walking atau anak telat berjalan. Disaat anak seumuran El sudah pandai berjalan bahkan berlarian bersama teman sebayanya, El baru bisa berjalan dua bulan ini saat usianya sudah menginjak dua tahun. Seina bahkan sempat drop dan harus dirawat dirumah sakit beberapa hari, karena terlalu memikirkan perkembangan buah hatinya yang tidak sama seperti bayi pada umumnya. Seina takut terjadi sesuatu pada putranya, apalagi riwayat kelahiran El yang lahir prematur juga benturan diperut Seina saat terjatuh di tangga dengan posisi El masih didalam rahim nya, Seina takut itu berdampak pada El.

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang