32.🐥

14.7K 929 68
                                    

🐶🐰

"Se-Sei?"

Jevano melangkah kan kaki nya cepat menuju satu-satunya ranjang tempat tidur yang ada didalam ruangan itu.

"Hai." Wanita itu melambaikan tangannya sambil tersenyum manis.

"Ini beneran? Aku gak lagi mimpi kan?"

"No dear. I'm real."

Rasanya Jevano ingin berteriak sekencang-kencangnya, berterimakasih pada Tuhan karena sudah mengabulkan doanya. Memberikan Jevano kepercayaan dan kesempatan untuk berbahagia bersama keluarga kecilnya.

"I'm really Miss you."

Jevano hendak memeluk tubuh wanita yang sudah satu bulan ini ia rindukan tapi

"JEVANN/MAS."

Dua wanita beda generasi itu saling meneriaki namanya

Disusul suara tangisan

"Oekkkk.. owh ekkkkk."

Usut punya usut

Ternyata Jevano hampir saja menjatuhkan buntalan mungil itu, saat Jevano ingin memeluk Seina. Jevano lupa kalau sedari tadi ia menggendong buntalan mungil itu didekapnya, untung saja reflek nya bagus jadi bayi mungil itu tidak sampai jatuh.

Tapi menangis karena suara keras ibu dan neneknya, dan juga terkejut akan gerakan tiba-tiba ayahnya.

Seina meraih bayi tampan itu dari gendongan Jevano karena tangisannya tak kunjung reda malah semakin keras, jiwa keibuannya tidak tega melihat buah hatinya menangis seperti itu.

"Sttt..cup cup cup.. ini mami nak. Udah ya, nanti sesek kalau nangis terus."

"Hkkkh."

"Iya udah ya, mami teriak nya keras yah hemm. Dedek sampai kaget."

Bayi El tidak mau berhenti menangis malah semakin kencang suara tangisannya.

"Kamu susuin aja deh." Usul Jevano, bapak baru debut satu bulan itu juga panik, ini pertama kali ia mendengar anaknya menangis sekencang ini.

"Gak boleh Je. Seina baru aja bangun dari koma, dia masih ngomsumsi obat-obatan dosis tinggi. Asi nya gak baik buat bayinya.

"Susu nya di mana?" Tanya Seina, dia tau pasti bayinya meminum sufor.

"Oh iya ada disebelah." Jevano bergegas keluar ruangan.

Kemudian masuk kedalam ruangan yang tadi ditempati putranya. Jevano langsung mencari di mana tadi ia meletakkan susu El.

Ternyata di meja samping tempat tidur

Setelah mendapatkan apa yang di cari, Jevano bergegas keluar ruangan.

"Tuan?"

Jevano berhenti sejenak, saat kakinya akan masuk kedalam ruangan Seina.

Jevano mengangkat alis

"Apa ada hal darurat Tuan?" Tanya Adrian, ketua dari pria-pria yang di beri tugas Jeffry menjaga keamanan menantu dan cucunya.

Mereka juga ikut panik, saat Jevano keluar ruangan dengan tergesa.

"Anak saya nangis."

Brak..

Jevano masuk lalu menutup pintu keras.

Semua yang ada diluar ruangan itu cengo.

"Baru nagis udah panik bukan maen. Belum lagi itu bayi jatuh kesandung kakinya sendiri." Celetuk Adrian.

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang