"Gua seneng banget."
Gue noleh ke samping. Ke arah tangan Gesang yang sekarang lagi pegang tangan gue.
Terus pandangan gue naik ke arah wajah Gesang.
Dia lempar senyumnya ke arah gue.
"Seneng kenapa?"
Nggak lagi duduk, gue sama Gesang sama-sama berdiri di pembatas.
"Seneng karena orang yang dijodohin sama gua itu ternyata orang yang gua kenal. Ternyata itu lo."
Gue diem. Nggak tahu harus bereaksi apa.
Di satu sisi gue seneng karena orang yang dijodohin sama gue itu seumuran dan bukan orang yang jauh umurnya di atas gue kayak yang ditakut-takutin Naura.
Tapi, di sisi lain gue juga bingung.
Kayak... Kok bisa?
Kok jadi Gesang?
Kehidupan di kampus gue akhir-akhir jadi nggak tenang karena gue terlibat sama permasalahan yang ada hubungannya sama Gesang.
Dan sekarang?
Ternyata orang yang mau dijodohin sama gue itu adalah Gesang.
Kebayang nggak lo gimana stressnya jadi gue???
Nggak yang stres banget sampai gila. Enggak. Belum sampai ke tahap itu. Ya semoga jangan, sih.
Cuma... entah kenapa gue tiba-tiba jadi kebayang gimana ekspresi Kak Dewi kalau tahu ternyata gue sama Gesang bukan cuma sekedar temen. Terus dia bilang ke temen-temennya dan gue dilabrak.
Iya, gue tahu kalau gue udah suudzon banget ke Kak Dewi. Tapi ya mengingat apa yang terjadi sama Gesang, jangan salahin gue lah kalau gue bisa mikir sampai sejauh itu.
Aduh, mana Gesang megangin tangan gue mulu lagi. Nggak kesemutan apa ya tangannya?
"Sang?"
"Hn? Kenapa, Lin?" respon Gesang masih dengan tangan yang genggam tangan gue. Nggak tahu motivasinya apa.
"Bukannya lo udah punya pacar ya?"
Gue inget banget gimana dia selalu bahas soal gue yang jangan suka sama dia. Pas kita berdua chattingan kemarin dan gue tanya apakah dia punya pacar apa enggak juga dia jawabnya iya.
Nggak yang secara langsung bilang iya, sih. Seinget gue waktu itu dia jawabnya, bisa dibilang begitu.
Cuma ya gue asumsikan itu sebagai jawaban iya.
Wong dia nggak bilang enggak juga. Dan sama sekali nggak nyangkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
gesang; jay enhypen ✔️
RomanceKarena sudah dijodohkan, Lintang tidak pernah berani berpacaran, bahkan meski itu dengan orang yang disukainya. Baginya, percuma berpacaran karena ujung-ujungnya dia akan dinikahkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Sampai akhirnya Lintang be...