Karena sudah dijodohkan, Lintang tidak pernah berani berpacaran, bahkan meski itu dengan orang yang disukainya.
Baginya, percuma berpacaran karena ujung-ujungnya dia akan dinikahkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya.
Sampai akhirnya Lintang be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bohong kalau Gesang biasa aja cuma karena udah sering hadapin kasus macem ini.
Enggak.
Gesang nggak pernah terbiasa.
Gesang capek.
Capek karena terus-terusan harus ketemu sama orang-orang aneh kurang kerjaan yang hobi usik ketenangan hidupnya.
Meskipun dia udah tahu apa yang harus dia lakuin ke orang-orang kayak Nindy, dia tetep ngerasa kalau energi sama waktunya jadi kebuang percuma.
Kadang Gesang mikir, ada dosa apa sih dia sampai-sampai terus narik orang-orang macem ini ke kehidupannya? Ada sumpah orang yang sakit hati ke dia kah?
Atau emang dia nih jadi magnet buat orang-orang problematik?
Nggak tahu deh.
Mending ya kalau cuma dia yang kena, lah ini? Udah mulai merembet ke Lintang. Rasanya, Gesang nggak tega banget lihat kehidupan tentram Lintang jadi terganggu gara-gara dia.
Makanya, Gesang berusaha mati-matian buat jauhin semua masalah yang ada dirinya supaya nggak kena ke Lintang.
"Eh Kak Gesang?"
Sapaan paling bikin muak baru aja Gesang denger. Dia udah nunggu sepuluh menit buat ketemu sama orang di depannya ini.
Nindy.
Rasanya pengen dia lempar lembaran kertas di tangannya ini langsung ke muka Nindy. Untung aja akal sehatnya masih jalan. Dia tahu konsekuensi dari tiap perbuatannya nggak bakal cuma ditanggung sama dia, tapi sama orang-orang terdekatnya juga. Maka dari itu, tanpa jawab sapaan Nindy, Gesang langsung kasih lembaran kertas ke Nindy. Lembaran yang isinya chat Nindy ke orang lain. Topik utamanya? Tentu aja soal tuduhan nepotisme. Nggak cuma obrolan di group tapi obrolan personal juga.
Nindy jelas kaget waktu nerima itu semua. Apalagi waktu dia baca sekilas dan tahu arah obrolannya sama Gesang kali ini bakal kemana.
Gara-gara itu, Nindy buru-buru ngeremes kertas yang dia terima, jadi buntelan bola kertas kusut.
"Kak, bisa kita ngobrolin ini di tempat lain. Aku tahu kak Gesang-"
"Buat apa? Mending di sini di depan orang banyak. Biar semuanya jadi saksi. Oh atau lo sengaja supaya nanti lo bisa muter balikin fakta dan fitnah orang sembarangan lagi? Gitu?"
Gesang itu pinter ngomong. Lawan bicaranya bisa kalah telak kalau soal permainan kata sama dia. Kemampuannya itu makin bertambah semenjak dia ikut UKM Debat.
Bedanya, pas debat dia dapat lawan yang sepadan. Kalau sekarang? Belum tentu Nindy bisa ngelawan.
Apalagi kalau posisinya salah.
"Kak Gesang nggak gitu-"
"Gua tetep bakal bahas di sini," ucap Gesang.
Nggak mau nunggu Nindy bela diri, makanya begitu Nindy mau buka mulutnya lagi, Gesang langsung ambil alih pembicaraan lagi.
