Karena sudah dijodohkan, Lintang tidak pernah berani berpacaran, bahkan meski itu dengan orang yang disukainya.
Baginya, percuma berpacaran karena ujung-ujungnya dia akan dinikahkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya.
Sampai akhirnya Lintang be...
"Aku emang sempet marah," ucap Gesang dengan posisi tangan kiri yang jadi bantalan buat kepala gue, sementara tangan kanan dia ada di pinggang gue.
Setelah Adel sama Zakki pulang, Gesang jadi satu-satunya orang yang nemenin gue. Karena sakit yang nggak gitu parah sampe harus diisolasi dari orang lain, Gesang dibolehin nginep.
Awalnya dia terus duduk di kursi kecil yang ada di samping hospital bed gue, tapi setelah gue paksa dia buat ikut tidur di samping gue atau gue turun dan duduk di sofa supaya bisa sebelahan sama dia, akhirnya Gesang nurut.
Makanya, sekarang posisi gue sama Gesang kayak gini. Beruntung hospital bed yang gue tempatin muat buat berdua.
Chat dari Adel berbuntut ke Gesang yang jadi makin banyak tanya. Dia udah tahu penyebab gue sakit dari dokter, tapi, Gesang nggak puas dann terus nanya ke gue apa penyebab gue sakit.
Kenapa bisa sakit? Kenapa bisa stress? Kenapa bisa kurang tidur?
Dan obrolan itu bermuara ke gue yang bilang kalau gue kepikiran soal dia yang marah sama gue. Kepikiran soal sikap dia yang jadi beda.
Begitu gue kasih tahu soal itu, Gesang malah langsung peluk gue. Erat. Terus punggung gue diusap-usap sama dia.
"Tapi aku marah bukan ke kamu, melainkan ke diri aku sendiri. Aku ngerasa belum bisa sepenuhnya dapet kepercayaan kamu sampai kamu nggak mau ceritain soal masalah kamu sama Sekar ke aku."
Setelah sebelumnya gue banyak omong, sekarang gantian Gesang. Gue pengen denger penjelasan dari dia. Sejelas-jelasnya.
Jujur, gue kaget waktu bilang Gesang nggak marah ke gue. Gue mau nanya lebih lanjut. Tapi, nggak jadi.
Gue pengen Gesang selesain dulu penjelasannya, baru nanti di akhir gue tanya-tanya, lagi.
"Tapi aku tahu. Aku nggak bisa paksa kamu. Makanya aku pilih diem."
Sama kayak Gesang. Gue ikut eratin pelukan tangan gue di pinggang Gesang waktu Gesang ngomong barusan.
"Soal kesibukan aku kemarin. Kelas pengganti dibatalin, sayang. Jadinya jam kumpul UKM debat dimajuin karena yang bikin kumpulan jadi sore ya jadwal kelas pengganti aku itu. Dan karena kelasnya dibatalin, makanya aku bawa tas buat ke FISIP, ke ruangan sekre debat yang emang ada di sana. Tapi, sebelum itu aku pergi ke kantin dulu buat beli minum.
Pas kamu chat waktu aku naik motor itu, batre hape aku low, sayang. Baru aku mau buka chatnya, hapenya malah mati.
Soal aku yang kata kamu buang muka pas lihat kamu, demi Tuhan, aku nggak ngeh, sayang. Kamu boleh percaya boleh enggak, tapi, aku bener-bener nggak lihat kamu."
"Mata kita sempet ketemu, Gesang."
"Iya, maaf ya. Aku kayaknya nggak sadar kalau itu kamu. Karena setahu aku ya kamu pasti ada di kantin atau nggak di kelas selanjutnya. Bukan di situ. Jadi aku nggak kepikiran kalau kamu di situ."
Gue anggukkin kepala. Nggak mau keras kepala juga maksain kalau gue yang bener dan Gesang yang salah. Karena emang bisa aja omongan Gesang lebih bener ketimbang gue.
"Sampai di sekre, aku niatnya mau langsung charge hape. Tapi, karena colokan di dalem penuh dan nggak ada yang bawa terminal lagi, akhirnya aku charge di luar. Beres kumpulan pas mau cek hape, hape aku malah hilang, sayang.
Di foto pertama yang Adel kirim ke kamu kemarin,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
