Gesang | 91

1K 191 85
                                    

"Jangan marah-marah lagi, nanti orang lihatnya takut."

"Biarin. Biar mereka ngerti kalau nggak semua orang bisa mereka gosipin sembarangan. Biar mereka juga mikir kalau mau ngomong."

"Iya, gue paham. Tapi, marahnya ke mereka aja. Jangan ke yang lain. Kasihan yang nggak tahu apa-apa tapi kena marah. Nanti mereka bingung, Jek."

Zakki hela napas panjang, terus hembusin napasnya kasar sambil senderin punggungnya ke bahu tempat duduk di kelas.

Kelas udah bubar, udah banyak yang mulai keluar. Gue lebih milih keluar belakangan. Pun sama Zakki yang malah nungguin gue padahal katanya mau langsung balik ke rumahnya abis selesai kelas.

Mau persiapan begadang nonton bola katanya.

"Jangan kesel-kesel, Jek. 'Kan, yang jadi artisnya gue, bukan lo. Santai dikit. Senyum coba senyum!" kata gue lagi sambil praktekin senyum lebar ke Zakki.

Bukannya senyum, Zakki malah decih. Terus buang muka.

"Parah banget gue dikacangin?????"

Gue... lagi berusaha buat cairin suasana hatinya Zakki biar nggak emosi lagi. Gitu-gitu dia kalau marah awet banget.

"Nggak usah pura-pura seolah nggak kenapa-napa. Sekali-kali teriak, Lin. Luapin emosi lo ke mereka. Gua tahu lo orangnya nggak mau ribet. Tapi, yang kayak tadi nggak bisa dibiarin. Jangan bilang kalau lo oke pas diomongin begitu. Gua aja kesel setengah mati. Kalau nggak inget mereka cewek, mungkin kursi tadi bakal gua tendang ke arah-"

"Diem," kata gue sambil cubit mulut Zakki biar diem. Kalau dibiarin, Zakki bakal makin ngaco ngomongnya.

"Gue kesel kok. Nggak mungkin enggak. Tapi, marah juga buat apa? Yang ada mereka malah ngiranya gue pasti kayak yang mereka pikirin. Terus... daripada gue capek tutup mulut mereka satu-satu, mending gue tutup telinga aja nggak, sih, Jek?"

"Iya lo mending tutup telinga lo. Biar gua yang tutup mulut mereka."
 
 

Gue ketawa kecil. Beneran masih emosi dia. Padahal kejadiannya udah 3 jam yang lalu. Pun Unge sama Kalista tadi tiba-tiba keluar kelas sebelum dosennya dateng.

Agak kasihan sebenernya lihat mereka yang digituin Zakki, tapi.... lebih kasihan gue nggak, sih?

Gue yang orang biasa aja digosipin segininya, gimana artis ya?

Ah, tahu deh.
 
 

"Salah gue apa ya? Kok sampe digituin. Coba deh bantu inget-inget, Jek. Siapa orang yang pernah gue jahatin. Takutnya gue lupa," kata gue yang akhirnya coba keluarin pertanyaan yang dari tadi ada di kepala.

"Apasih, lo mana ada jahatin orang? Berani emang? Punya nyali lo jahatin orang? Sama anjing aja takut."

"Ya karena mereka suka gigit?????"

"Bukan itu poinnya, Lintang."

Gue lemparin cengiran lagi ke Zakki.

"Takutnya gue ada salah tapi gue nggak nyadar, Jek," kata gue lagi. "Apa gue minta maaf ke Bunga sama Kalista ya? Takutnya-"

"Takutnya-takutnya! Nggak ada. Nggak boleh lo minta maaf. Sekali lo minta maaf sama mereka, gua nggak mau temenan lagi sama lo!"

"Ya udah, gue temenan sama Adel aja," kata gue sambil berdiri dari tempat duduk.

"Yang bener aje, Lin????" protes Zakki sambil ikutan berdiri dari tempat duduknya.

"Gapapa temen cuma satu," kata gue lagi sambil jalan keluar kelas.

"Nggak! Gua juga harus masuk hitungan!" protes Zakki lagi. "Gua sama Adel sepaket. Nggak bisa dipisah-pisah!"

"Cih. Emang udah ada status lagi???"

gesang; jay enhypen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang