Andaru Sadewo.
Dinar mengernyit tak suka. Melihat layar HP—beruntungnya tidak retak—yang menampilkan laman profil terkunci dari sosial media Dewo.
"Ish, padahal fotonya banyak, pake dikunci segala," rutuk Dinar gemas.
Sejak ditolong oleh Dewo tadi sore, dan diantar Dipta sampai depan rumah dengan perasaan syok luar biasa, Dinar mencoba untuk stalking akun Instagram dari dua cowok populer itu. Namun, hasilnya nol besar. Baik akun Dipta maupun Dewo semuanya terkunci.
Dinar merebahkan diri di ranjang sementara kedua kaki masih menjuntai ke bawah. Lutut dan sikunya tadi sudah diobati. Walau benar sampai rumah, Dinar langsung membuat ibunya hampir terkena serangan jantung, Dinar tetap mendapat pengobatan layak dari ibunya.
"Dek ... makan dulu, terus belajar!" teriak ibunya dari luar kamar.
"Iya, Mah!"
Tidak ada yang bisa diharapkan. Dinar batal mencari tahu akun Instagram Dewo dan Dipta. Meninggalkan HP yang masih terbuka layarnya—menampilkan akun sosial media dari andaru—di atas ranjang.
"Gimana, sakit nggak buat jalan?" tanya Rika, ibunya Dinar, melihat sang putri semata wayang berjalan ke meja makan sedikit pincang.
"Nggak, Mah. Cuma kayak otot tegang aja. Mamah masak apa?"
"Mulai besok kamu Mamah anter-jemput aja ya, Dek? Mamah takut kamu kenapa-napa. Hari ini kejebak tawuran, besok apalagi?"
"Apa sih, Mah. Kayak anak TK aja dianter-jemput. Biasa naik angkot juga. Tadi 'kan cuma ada kejadian tak terduga," gerutu Dinar.
Kali ini di meja makan hanya ada dua menu sederhana. Karena kesehatan Rika yang menurun akhir-akhir ini, ia tidak mampu memasak banyak makanan kesukaan anaknya.
Dinar mengambil nasi dan sedikit kangkung. Tiga hari kemarin dia sudah makan tempe terus-terusan, jadi lauk tempe di piring terpaksa tidak disentuhnya.
"Ngomong-ngomong, sabun Mamah habis, Dek. Besok kamu pulang sekolah mampir warung biasanya, ya. Jangan lupa lewat gang lain, Mamah nggak mau kamu kenapa-napa lagi."
Dinar mengangguk mengiyakan. Sambil mengunyah, dia menatap Rika serius. Ibunya tidak pernah mengeluh padahal sudah menderita beberapa tahun ini. Selalu percaya diri meski begitu keluar rumah, banyak orang menatap Rika kasihan, atau mungkin hanya penasaran. Penyakit yang di awal-awal muncul hampir membuat Rika putus asa. Dinar harus bisa menjaga dirinya untuk Rika. Beruntung hanya lecet parah di lutut dan sikunya, bukan patah tulang atau yang lain. Bisa-bisa Rika pingsan atau makin jatuh sakit.
"Tadi ... yang anterin kamu siapa, Dek? Baik banget."
Kunyahan Dinar berhenti. Dia mengerjap dua kali sebelum menyuapkan nasi dan kangkung lagi ke mulut.
"Oh, namanya Dipta. Anak IPA satu, temen sekelasnya Ambar." Dinar mencoba mengingat Ambar yang jadi anak tetangga sebelah. Si centil yang hobi pakai kontak lensa.
"Baik, ya. Tadi Mamah baru sholat, jadi belum sempet bilang makasih."
"Adek dah bilang makasih, kok," ucap Dinar mendapat senyum dari Rika.
"Cuma sama Dewo yang belum," lanjut Dinar lirih. Saking lirihnya, Rika tidak sempat mendengar.
•
Between Us 01 • ddr [publish 31 Juli 2022]
•Bibir tipis itu terbuka. Matanya melotot tegang. Dinar berpikir tentang banyak kemungkinan yang terjadi setelah ibunya menyuruh makan setengah jam lalu.
KOK BISA?!
"T-tadi nggak mencet-mencet, kok! Ini kok bisa??"
Layar HP masih menampilkan laman profil sosial media dari andaru yang tiba-tiba bisa dilihat. Setelah ada notifikasi andaru accepted your friend request. Dinar bingung. Jangan-jangan jarinya tadi keliru menekan tombol follow—yang artinya membuat permintaan mengikuti karena akun Dewo hanya terbuka untuk yang mengikutinya—sebelum melempar HP itu ke ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [ complete story ]
Teen FictionDipublish 31 Juli 2022 • ddr • tamat 2 Maret 2023 Terjebak dalam sebuah tawuran antar pelajar, belum pernah terbayangkan di hidup Dinar yang setahun lagi lulus SMA. Pengalaman buruk yang membawanya berurusan dengan dua cowok populer-yang bahkan sebi...