14.

125 39 25
                                    

Suasana sekitar bus sepi. Angin malam tengah hutan ternyata begitu dingin sampai Dewo harus mengenakan dua jaket sekaligus. Ia sengaja pergi ke bus untuk mengambil gitar. Sudah pukul 7 malam, dan sebelumnya Andre sudah berpesan kalau Dewo harus membawa gitar untuk acara api unggun.

Suara orang mengobrol di belakang membuat Dewo menoleh. Ada Dipta dan Marvin yang menyusul.

"Lo yang bawa gitar, Wo?" tanya Marvin.

"Hem."

"Gue bawa ketipung biar dimainin sama Jojil. Tuh anak jago mainnya."

Dewo mengangguk. Tatapannya berpindah ke Dipta yang diam mengamati.

"Lo?" tanya Dewo membuat Dipta mengernyit.

"Gue nggak bawa alat musik. Nanti gue pake gitar lo aja."

"Wuss. Lo belom tau gitar Dewo haram dimainin orang lain?"

Sebelah alis Dipta naik. Ia tersenyum, baru tahu fakta tersebut dan langsung meneliti gitar yang kini dibawa Dewo. Gitar akustik jenis grand auditorium keluaran brand Yamaha. Dipta mengangguk kecil.

"Dari dulu gue pengen punya gitar."

"Beli," balas Dewo singkat.

"Gue bakalan beli kalo punya cewek."

Marvin terkekeh. Sambil mengeluarkan ketipungnya dari bagasi bus, ia berucap, "Ngapain nunggu sampe punya cewek baru kebeli gitar? Lo mau cover lagu sama cewek lo?"

"Mungkin. Seru 'kan?"

"Nggak!" bantah Marvin dengan ekspresi datar. "Cari kegiatan yang menantang, Ta! Pacaran kok cover lagu, bahh ... menye-menye kali!"

"Sialan lo!" Dipta pura-pura menendang Marvin.

"Gimana lo sama Dinar?" tanya Dewo membuat Marvin dan Dipta menoleh bersamaan.

Bukannya menjawab, Dipta malahan tersenyum. Pandangannya menyimpan sesuatu yang membuat Dewo tiba-tiba was-was. Ditambah, Dipta semakin tidak mau memberi kejelasan dengan senyumnya.

"Suka ya bilang, jangan cuma diem ...." Marvin berdeham, lalu pergi lebih dulu dengan tas berisi ketipung di pundak kanan-kirinya.


Between Us • ddr [publish 31 Juli 2022]

Beberapa gerombolan begundal mempunyai tugas dari Andre untuk menyalakan api unggun. Bongkahan kayu ditumpuk membentuk segitiga setinggi dada orang dewasa. Di tengahnya diberi arang supaya nanti api yang sudah jadi akan tahan lama.

Sedikit bensin disiram. Dewo yang memilih tidak ikut campur dengan tugas api unggun, memilih duduk di komplotan Andre—lebih banyak anak IPA. Andre bilang nanti akan ada saatnya Dewo memetik snar gitarnya dengan anak-anak menyumbangkan lagu, tapi mood Dewo hampa. Angin pesisir menambah kesan badmood untuk Dewo yang benci dingin. Sudah mengenakan dua lapis jaket, hoodie dan jaket jeans biru belel, Dewo masih merasakan tulang rusuknya kedinginan.

"Nyala!!"

Dewo mengerjap. Tatapannya pertama kali jatuh ke Dipta yang tersenyum lepas setelah berhasil menyalakan api unggun. Panasnya lumayan membuat Dewo nyaman.

"Main, Wo." Andre menyenggol lengan kiri Dewo.

"Sekarang?"

Andre terkekeh. "Tunggu lah! Eneg aja gue liat lo dari tadi bengong. Ada yang lo pikirin?"

"Nggak."

"Gue kenal lo dari lo masih alim sampe lo jadi bangsat, nyet! Kata 'nggak' dari lo bisa jadi sebaliknya."

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang