Melarikan diri bukan jadi jalan keluar untuk Dewo yang terlanjur di pantai bersama teman-temannya. Dinar termasuk. Mereka mengobrolkan hal kecil sambil duduk sejajar di bibir pantai. Menghabiskan waktu sampai Andre dan Inka menyusul. Karena memang, acara setelah senam adalah mandi dan beres-beres tenda.
Dentingan dari badan botol kaca yang saling berciuman sedikit mengalihkan Dewo. Dirinya duduk paling ujung pada barisan di samping kiri Dipta. Sementara samping kanan Dipta sendiri merupakan Dinar.
"Kok baunya gini?" gumam Dinar lirih, masih bisa didengar Dewo.
Diam-diam Dewo menguping meski pandangannya lurus ke air laut. Sudah bisa Dewo pastikan cowok di sebelahnya tersenyum mendengar pertanyaan Dinar.
"Jangan kaget."
"Nggak sakit perut emang? Masih pagi, Ta."
Polos. Dewo tersenyum tipis.
"Guys!"
Andre memanggil dari belakang. Semua berdiri termasuk Dewo yang memang sudah bosan duduk. Hanya menatap air laut sambil menguping obrolan Dipta dengan Dinar, tanpa dirinya bahkan gabung dalam obrolan seru mereka.
Sebelah alis Dewo terangkat. Di depannya, Andre menaruh sebuah box stereofoam cukup besar seperti box tempat penyimpanan seafood atau ikan segar. Isinya ada beberapa makanan, minuman, dan tikar plastik lipat.
Dewo membuang muka sesaat. Sudah ditebaknya sejak pagi tadi Idang mengajaknya ke pantai. Permainan kuno itu lagi-lagi digelar.
"We'll play the game." Andre melirik jam tangan. "Masih ada sejam lagi sebelum kita balik. Gue nggak mungkin lewatin ritual sakral kita setiap pergi mantai, ya nggak?"
"Yo'i!" seru Marvin sambil menggosok kedua tangan, antusias. "Nggak sabar gue!"
"Berapa orang?" tanya Andre kemudian menggelar tikar plastik yang dibawanya.
"Tujuh."
"Oke—" Gerakan Andre terhenti. Cowok itu mendongak, meneliti siapa saja ketujuh orang yang dimaksud.
Tatapannya mulai mengabsen satu per satu. Dari Idang, Marvin, Dipta, Dewo. Kemudian Andre mendengkus singkat. Ia mengedik ke arah Dinar yang berdiri kaku sedikit di belakang Dipta.
"Ngapain dia?" tanya Andre, lalu tatapannya berpindah ke Dewo.
Bukan ranah Dewo untuk menjawab. Kepalanya mengedik singkat ke Dipta.
"Lo bawa dia, Ta?"
Dipta tersenyum. Sedikit meregangkat tangan untuk memeluk Dinar, membawa cewek itu untuk lebih maju dan semakin nyata terlihat oleh Andre.
"Dinar cewek gue."
"Anjing emang," gumam Marvin lalu meminum kembali alkoholnya.
"Sejak kapan?" tanya Andre.
"Semalem."
Namun, jawaban Dipta sama sekali tidak sejalur dengan Dinar yang sejak tadi geleng-geleng kepala. Melambaikan tangan entah tanda sebagai "tidak atau bukan". Membuat Dewo kembali membuang muka. Dirinya mencoba mengalihkan diri. Mengambil posisi semi rebahan—di tikar yang berhasil digelar Andre—dengan satu tangan menumpu badannya.
Dewo memantik rokok sedikit susah karena angin pantai yang mengacau, lalu membuang korek dan bungkus rokoknya ke tengah tikar setelah berhasil menyalakannya satu.
Semua teman-teman Dewo memerhatikannya dalam diam.
"Play the game," ucap Dewo kemudian.
•
Between Us • ddr [publish 31 Juli 2022]
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [ complete story ]
Teen FictionDipublish 31 Juli 2022 • ddr • tamat 2 Maret 2023 Terjebak dalam sebuah tawuran antar pelajar, belum pernah terbayangkan di hidup Dinar yang setahun lagi lulus SMA. Pengalaman buruk yang membawanya berurusan dengan dua cowok populer-yang bahkan sebi...