19.

125 39 11
                                    

Rasa panas itu masih mendera bagian dalam mulut Dewo dan kini mulai menjalar ke perut. Dewo berusaha menahannya sekuat tenaga karena Andre mengajaknya bicara di bibir pantai.

Dewo merasa Andre benar-benar membalas dendam kepanya. Tentang apa yang tadi dilakukan Dewo untuk memenuhi dare kentang goreng dari Dipta. Dare sialan yang menurut Dewo memang menguji kesabaran Andre.

"Dulu Inka pernah bilang ke gue, kalo kalian cuma pernah saling suka," ucap Andre memecah keheningan.

Sambil memegangi perut, Dewo tersenyum miring.

"Gue nggak tau soal status lo dulu. Yang gue tau Inka bukan milik siapa-siapa. Sorry kalo emang gue pernah ada di tengah-tengah hubungan lo sama Inka."

"Sekarang gue paham kenapa lo selalu jaga jarak sama Inka, selalu dingin setiap gue perlakuin Inka kayak pacar."

"Dulu kelakuan Inka yang bikin gue gila sampe nekat jalan sama Salma. Impas 'kan? Dia selingkuh sama lo, gue selingkuh sama Salma," ucap Dewo dengan pandangan lurus ke laut. Senyum mengembang mengingat kenangan pahit di mana ia dulu diam-diam selingkuh dengan Salma.

Ingat jelas selama hampir satu bulan Dewo bertukar pesan nakal dengan Salma. Di saat status Salma merupakan pacar Sena, teman gerombolannya sendiri. Teman yang lebih sering mengajak Dewo pergi ke tongkrongan dibanding Marvin, Idang atau Andre sekali pun. Dulu hubungan Dewo dengan Sena baik, sebelum Sena tak sengaja meminjam HP Salma, mengetahui semua pesan nakal yang sering dikirim Dewo, dan banyak foto berdua yang disimpan di galeri HP Salma setiap Dewo mengajak jalan cewek itu.

Masa lalu yang tidak pernah bisa dilupakan Dewo.

"Lo sembunyiin semua dari gue?"

Dewo menggeleng. "Sena mati udah bikin gue terpukul, Ndre. Lo pikir gue bisa egois soal Inka?"

"Seenggaknya lo ngomong, bangsat!"

Dewo menoleh. Senyum miring dilemparnya ke Andre lalu menggeleng, kembali menatap lautan lepas di depan yang entah kenapa memunculkan wajah Sena. Entah dalam angan-angan Dewo atau memang itu arwah Sena yang menatap sengit ke Dewo. Seperti sore hari dalam tawuran yang merenggut nyawa cowok itu dulu. Di mana hubungan Dewo dan Sena tidak dalam baik-baik saja. Emosi Sena tidak terkontrol. Setiap Dewo ingin maju melindungi, Sena menjauh tanpa perhitungan. Akibatnya, pedang itu berhasil menebas sebagian dada kiri Sena. Pedang panjang berkarat yang diayunkan Bimo sebelum berandal itu melarikan diri, mencari perlindungan ke suadaranya yang langsung memberi tempat ter-aman sampai-sampai kasus Dhien Arya Adjisena yang mati dalam tawuran karena tebasan pedang berkarat, hilang ditelan bumi.

"Apa kabarnya Sena, Ndre?" tanya Dewo lirih.

"Nggak lo susulin ke makam?"

"Kalo bisa."

"Sial. Lo pikir gue serius??" Andre menyenggol Dewo sampai cowok itu terhuyung ke samping.

Justru Dewo mengambil kesempatan untuk merebahkan diri, berbantalkan dua tangannya yang dilipat di bawah kepala. Dewo tak tahan melihat bayangan Sena di tengah laut. Tatap mata kebencian yang beda jauh seperti setiap cowok itu menjemput Dewo ke tongkrongan dulu. Sebenarnya, Sena adalah cowok periang.

"Gimana soal Dinar? Lo kasih ucapan soal statusnya sama Dipta sekarang?"

"Belum."

Andre menghela napas. Menyusul Dewo merebahkan diri di samping cowok itu.

"Gue nggak tau tuh cewek mimpi apa sampe harus berurusan sama kita, tapi kalo emang bener dia cewek Dipta, gue harap lo nggak ganggu Dinar lagi."

Dewo menelan ludah. "Gue paham."

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang