07.

197 44 8
                                    

Hasil tangkap layar itu diperbesar, lalu diperkecil, dan diperbesar lagi di beberapa bagian tertentu.

Dinar jengah melihat kelakuan Indri yang masih ingin membuktikan kalau storygram Dipta semalam, yang sayangnya sudah dihapus, merupakan cewek yang dikenal Indri.

"Beneran sih kata gue mirip banget sama Dinar." Indri mensejajarkan layar HPnya dengan wajah Dinar.

"Apaan sih, Ndri!" Dinar menepis HP di samping wajahnya. "Tuh cewek nggak keliatan muka, kenapa disamain sama muka gue?"

"Mirip kok, Din! Gue setuju sama Indri."

"Lo lagi, Bet!"

Indri menyimpan HP ke saku seragam. "Lagian juga nggak mungkin lo mau berurusan sama Dipta. Emang ekspektasi lo aja kali."

"Gue? Mana ada gue berekspektasi sama Dipta. Dulu gue pernah ngomong kalo gue—"

"Nggak akan mau berurusan sama yang terbaik dan terburuk di SMA Dharma!" seru Indri dan Ibet kompak.

Dinar memutar bola mata. "Paham kalian."

Tidak mau diusik lagi tentang storygram jahanam milik Dipta semalam, Dinar memilih sibuk dengan HP. Menghindar dari segala obrolan bersama dua sahabatnya. Scroll akun sosial media, mengintipi seluruh storygram, sampai membalas beberapa DM yang dikirim dari adik-adik kelas.

Sebentar Dinar berpikir di tengah-tengah dia mengetik balasan DM. Setelah semalam Dipta berhasil mengajak Dinar pergi, dan tadi sempat mengajaknya ke kantin, hampir seluruh warga sekolah mengira dirinya dan Dipta punya hubungan. Anehnya, tidak ada satupun cewek populer yang mengganggu Dinar.

Beneran Dipta sepopuler itu?

Getaran di HP membuyarkan pikiran Dinar.

Semalem sama dipta din?

Reflek, Dinar melirik Idang yang duduk dua kursi dari mejanya. Satu DM barusan dari Idang. Dinar langsung membalas DM tersebut.

Nggak.

Nggak salah?

Kenapa

Gpp. Urusan sama bimo blm kelar. Nggak suka aja gue

Tawuran itu bahaya dang!
R

ead by haidar

Dinar menyipit. Menatap sengit Idang yang barusan menoleh ke arahnya. Heran bercampur gemas. Kenapa cowok-cowok di SMA Dharma lebih ingin mengobral nyawa dibandingkan merawatnya.

DM terakhir hanya dibaca Idang. Dinar tak ambil pusing, terlebih guru IPS mereka barusan masuk kelas. Hanya saja, hal aneh lain sekaligus mengagetkan di luar kelas Dinar membuat heboh keseluruhan siswi.

Dinar menoleh. Cowok ganteng itu tersenyum dari jendela luar kelas.

"Aaa ... Dipta ganteng banget!"

"Ayo, ayo, ayo! Semuanya diam! Fokus ke pelajaran!" tegur guru IPS mereka.

Kebanyakan masih heboh, tapi Indri yang duduk di depan meja Dinar langsung menoleh ke belakang.

"Perlu nggak gue jadi FBI sekarang?" sindir Indri membuat Dinar mematung.

Belum berhasil menjawab, kini Ibet menyenggol siku Dinar, membuat cewek itu menoleh ke kiri.

"Mengintai bau-bau kalian backstreet!" Ibet memperjelas.

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang