24.

152 37 10
                                    

Dinar tersentak begitu panggilan diputus tanpa basa-basi. Heran dengan kelakuan Dewo yang sering melakukan hal itu. Rasa-rasanya Dinar ingin mengunyah HP sekaligus Dewo!

"Terus gue harus balik ke mana?" tanya Dinar bingung.

HP dengan silikon hijau muda itu kemudian bergetar singkat. Dinar meringis karena Dipta mengiriminya pesan. Bertanya tentang keberadaan Dinar karena tak kunjung kembali. Padahal, Dinar tadi hanya pamit untuk mengangkat telepon dari Mamanya.

Sedikit gesit Dinar mengetik balasan ke Dipta. Masih beralasan kalau Rika belum menutup telepon.

Kini kepala Dinar berdenyut. Hanya karena dia ada di antara Dipta dan Dewo, Dinar jadi mirip orang bodoh. Harusnya yang teguh memutuskan dirinya harus bagaimana itu Dinar sendiri, bukan Dewo apalagi Dipta.

Hampir sepuluh menit Dinar masih duduk di anak tangga penghubung rooftop, dia sesekali bertukar pesan dengan Dipta. Bel bahkan sudah berbunyi menandakan istirahat berakhir. Namun, memang tadi Dipta sudah bilang kalau hari itu Dipta akan bolos. Andre mengajaknya nongkrong di rooftop karena pening dengan pelajaran Bahasa.

Derap langkah seseorang mengalihkan perhatian Dinar dari HP. Jantung cewek itu berdegub. Bisa gawat kalau sampai seseorang datang dan melihat Dinar duduk sendirian di tangga. Buru-buru Dinar berdiri. Bergerak gelisah karena ragu untuk gabung ke rooftop lagi atau turun dan menemui orang dengan derap langkah tadi.

Perasaan gelisah perlahan memudar begitu Dinar tahu siapa pemilik derap langkah yang hampir membuat jantungnya copot.

"Wo?"

Belum ada sapaan balik, Dinar sudah terkejut ketika tangannya ditarik oleh Dewo. Turun ke lorong menuju gudang terbengkalai di ujung kelas IPS 6.

"Kapan sampenya? Lo tadi bolos kemana?" tanya Dinar beruntun, masih nurut ditarik Dewo menjauhi area rooftop.

Saat hampir mendekati kelas IPS 6, Dewo baru melepas pegangannya di tangan Dinar. Banyak siswa yang masih berada di luar kelas menatap kaget dengan Dinar yang berjalan bersamaan Dewo. Ditambah, mereka berdua barusan muncul dari lorong sepi gudang pojokan yang jarang sekali dilewati siswa.

"Lo bolos?" tanya Dewo tanpa menatap Dinar. Mereka berjalan bersisian.

"Hah? Ng-nggak kok."

"Gue anter ke kelas."

Dinar mendadak berhenti, disusul Dewo yang langsung menatapnya.

"Kayaknya gue bosen sama MTK. Lo keberatan ajak gue bolos?"

Sebelah alis Dewo naik. Cowok itu menatap kanan kiri sekitarnya dalam diam.

"Gimana Dipta?"

"Nanti gue bilang kalo dah balik kelas."

Dinar menatap penuh harap pada diamnya Dewo. Cowok itu berpikir sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana. Entah kenapa Dinar merasakan pipinya panas. Hanya gestur singkat dari Dewo, tapi kenapa bisa sekeren itu?

"Oke," ucap Dewo pada akhirnya.

Dinar menahan senyum dengan melipat bibir ke dalam. Dia kemudian jalan di belakang Dewo dengan banyak pasang mata menatapnya curiga. Ya, curiga ada hubungan apa Dinar dengan Dewo saat itu. Hingga melewati depan kelas Dinar yang sudah ada gurunya pun, cewek itu hanya meringis ketika bertemu tatap dengan Ibet dan Indri.


Between Us • ddr [publish 31 Juli 2022]

Pertama kali membolos. Pertama kali jalan dengan Dewo tanpa tujuan jelas. Dinar lumayan senang karena sekarang dia berada di sebuah pusat perbelanjaan, jauh dari SMA Dharma, dan jauh dari bau alkohol.

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang