Suara gaduh benda tumpul dan teriakan banyak orang di luar rumah reyot membuat Dinar terpaksa mundur menjauhi pintu. Langkahnya ketakutan. Tubuhnya berjingkat kaget saat pintu rumah tersebut juga seperti ditubruk oleh seseorang.
Reflek Dinar menutup mulut erat-erat. Mencoba untuk tidak berteriak meski ketakutannya melambung tinggi.
Di dalam rumah itu, Dinar terpaksa duduk di salah satu sofa. Sekelilingnya kotor, berantakan, bau menyengat antara minuman keras sampai rokok ada di mana-mana. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menangis dan menunggu Dewo kembali. Hanya cowok itu satu-satunya harapan Dinar, karena bahkan, HP Dinar pun ada di tangan Dewo.
Tidak bisa melapor BK. Tidak ada yang bisa digunakannya untuk memanggil Bu Fitri. Tempat itu seperti isolasi mengerikan untuk Dinar.
"Takut, Wo .... Gue ngantuk," rintih Dinar dengan mata sembab.
Tubuhnya lemas. Hampir setengah jam suara benda jatuh atau hal-hal mengagetkan lainnya mulai tidak dipedulikan Dinar. Di atas sofa reyot dia masih duduk dengan kaki diangkat, dipeluk seperti orang kedinginan. Sampai suara lain mulai mengalihkan perhatiannya.
Dinar mengernyit. Jantungnya berdegub. Dia kenal suara itu. Panggilan yang juga didengarnya, sama persis dengan nama cowok yang sejak tadi Dinar harap segera datang menjemput.
"Dewo," desis Dinar lagi.
Air mata menetes. Suara slot kunci pertama yang dibuka menggema di telinga. Memberi isyarat kakinya untuk turun ke lantai. Sampai slot kunci kedua ikut dibuka, Dinar lantas beranjak tanpa memikirkan sembab di matanya yang hampir membuatnya seperti habis disengat lebah.
Tubuh itu kini bergetar hebat. Rasa hangat berpindah ke tubuh Dinar yang reflek memeluk Dewo di ambang pintu. Rasa takutnya tumpah ruah, dan air matanya sudah tak terbendung lagi. Dinar menangis sesenggukan. Sampai tak sadar membasahi seragam Dewo di bagian bahu.
"Anjing emang lo berdua."
Dinar memejam erat mendengar ucapan Marvin. "Wo," panggilnya bergetar.
"Hem."
"Gue benci sama lo."
Dinar mengeratkan pelukan meski keseluruhan tubuhnya lemas. Ada rasa hangat yang perlu dia cari, tapi Dinar mulai membencinya.
•
Between Us • ddr [publish 31 Juli 2022]
•Tarikan napas itu makin berat. Sementara pandangan Dinar masih tertuju ke titik yang sama. Poster wajah sang idola, Zayn Malik yang ditempel di ternit kamarnya. Seakan-akan, Zayn sedang diajak berpikir bersama. Seakan-akan, kejadian sore tadi dimana Dinar hampir pingsan di dalam rumah reyot, hanya sebuah mimpi, sampai dirinya berhasil pulang diantar Dewo.
Dinar mengembuskan napas kuat lalu menggeleng. Cemberut karena pikirannya masih belum mau tertuju ke hal lain.
Pelukan itu bodoh. Jalan terbaik menuju neraka. Dimana Dinar akan menyesalinya seumur hidup seperti sekarang. Tidak bisa dibayangkan kalau harus terulang lagi. Siapa Dewo, dan siapa Dinar. Cowok populer SMA Dharma itu harusnya tidak boleh disentuh terlalu jauh oleh cewek biasa saja seperti Dinar.
Kesal memikirkan semua hal yang bahkan sudah terjadi, Dinar menghela lesu. Keluar dari kamarnya untuk makan sebelum perutnya ikut protes karena diajak berpikir keras. Namun, baru saja dia keluar kamar, matanya menangkap ada hal ganjil di teras rumahnya. Dinar mengernyit. Perlahan melangkah mendekati pintu saat bayangan itu makin jelas. Ada orang tengah berusaha mengintipi dalam rumah Dinar.
"Ngajak ribut," gerutu Dinar ke diri sendiri, segera membuka pintu.
"Ngapain ngintipin rumah or—"
Tenggorokan Dinar seketika kering. Terpaku untuk beberapa detik sebelum tangannya juga reflek menarik kaos kekecilan yang biasa dipakainya saat di rumah. Menarik ke belakang sisa anak rambut. Dinar ingin teriak mendapati Dipta tersenyum manis di depannya. Jantung itu seketika berdegub kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [ complete story ]
Teen FictionDipublish 31 Juli 2022 • ddr • tamat 2 Maret 2023 Terjebak dalam sebuah tawuran antar pelajar, belum pernah terbayangkan di hidup Dinar yang setahun lagi lulus SMA. Pengalaman buruk yang membawanya berurusan dengan dua cowok populer-yang bahkan sebi...