32.

154 45 9
                                    

Pandangan Dinar bertemu dengan Andre yang menatapnya seperti menyimpan dendam sesuatu. Dari ujung kepala, turun ke kaki lalu kembali ke mata. Dinar tidak keberatan. Memang sore itu dirinya jadi parasit yang membonceng di motor sport Dewo sudah seperti koala punggung karena Dewo mengebut di jalanan.

"Lo lagi, lo lagi," ucap Andre setelah selesai menatap teliti cewek di depannya.

"Ganggu banget ya kehadiran gue buat lo?"

"Paham kan lo?"

Dinar memasang wajah malas. Meniup poni panjangnya sedikit kesal. Sudah sering bertemu Andre di rooftop, tak membuat sang ketua osis itu mampu menerima kehadiran Dinar ke gerombolannya dengan hati legowo.

Diam di tempat, Dinar menatap Dewo yang keluar dari dalam bengkel bersamaan seorang cowok ganteng lainnya. Murah senyum dan tidak takut masuk angin. Dinar berusaha mengalihkan pandang saat cowok bertelanjang dada itu menghampirinya dan Andre.

"Apa kabar?" sapa cowok tadi ke Andre. Mereka berpelukan singkat.

"Baik."

Awalnya Dinar tak menyangka dirinya juga akan disapa. Setengah ragu Dinar tersenyum dan membalas jabat tangan ke cowok tadi. Cukup sebatas jabat tangan atau Dinar akan gemetar.

"Gue Arman. Lo pasti-"

"Keberatan kita masuk, Man?" potong Dewo membuat Dinar melirik cowok itu.

Gue pasti siapa?? Main potong aja si Dewo, kesal batin Dinar. Dia kembali tersenyum ketika Arman juga tersenyum kepadanya. Bahkan, sebelah matanya berkedip menggoda.

"Terkenal lo, ya."

Dinar mengernyit. Ucapan Andre sebelum cowok itu pergi mendahuluinya masuk ke bengkel membuat Dinar bingung.

"Jadi, seminggu lo bolos waktu itu di bengkel ini, Wo?"

"Hem."

"Keren ya bengkelnya. Setau gue yang namanya bengkel tuh kotor, ini bersihnya minta ampun. Mana ada capit bonekanya lagi," ucap Dinar mengagumi seisi bengkel.

Dewo mengangguk setuju. Memang sebagus itu Arman menata bengkel.

"Motor yang lo kerjain yang mana?" bisik Dinar ingin tahu.

Kedua tangan Dewo masuk ke saku celana. Menggunakan dagu, ia menunjuk salah satu motor sport yang terparkir rapi di garasi bengkel. Terbuka untuk bisa ditonton oleh orang banyak.

Lagi-lagi Dinar berdecak kagum. Bukan hanya bengkel dan isinya, motor-motor itu pun sangat mulus terawat. Seperti motor baru turun dari dealer. Tanpa lecet, tanpa kotor dari jejak jalanan.

"Bayaran lo pasti gede ya, Wo." Dinar tersenyum bangga.

Senyum yang membuat Dinar sendiri terkejut karena Dewo sampai tertular.

"Lumayan." Dewo menatap sekilas motor-motor tadi. "Minggu depan gue bolos lagi."

"Hah??"

Senyum Dewo lagi-lagi keluar. Sempat membuat Dinar kembang-kempis. Cowok itu lalu mengeluarkan tangan kirinya dan telunjuknya terangkat ke depan mulut.

Bagai magic. Dinar mengangguk patuh.

"Tapi bentar lagi kita lulus, Wo. Lo ... nggak takut semisalnya itu ngaruh ke kelulusan?"

"Takut."

"Jangan bolos kalo gitu!" tegas Dinar membuat Dewo menatapnya serius.

"Wo! Sini!" panggil Andre.

Masih dengan ketidakpeduliannya, Dinar membuntuti Dewo sudah seperti anak anjing. Bahkan Dinar sempat melihat Arman tersenyum lebar karena sikap puppy Dinar ke Dewo.

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang