30.

158 36 6
                                    

"Ganteng banget!"

"Lucu, tauk! Bukan ganteng kalo Metawin mah!"

Dinar melirik. Dua sahabatnya masih sibuk berbagi layar HP demi menonton update terbaru dari variety show salah satu artis Thailand. Menganggurkan Dinar yang tidak punya bahasan dan memilih diam di tempat. Menunggu bus datang.

"Lama banget, apa kita nggak kebagian bis, ya?" tanya Ibet tiba-tiba.

"Mungkin. Kalo beneran abis, kita dapetnya bisa jam 7," jawab Dinar membuat Ibet melotot.

"Amit-amit, bisa abis kuota gue dipake Indri nobar Metawin di halte!"

"Si anak pelit emang!" Indri menoyor kepala Ibet saking gemasnya.

Dinar terkikik. Ekspresi kesal Ibet tercetak jelas dengan bibir manyun seperti bebek. Dalam hati Dinar juga menghela napas. Sejak lima belas nenit berlalu di halte tanpa ada bus satu pun lewat, rasa takutnya sudah merayap. Sampai membuat Dinar berkeringat dingin setelah setengah jam berlalu juga tanpa bus.

Bayangan di malam hujan bersama Bimo dan tiga temannya itu kembali hadir. Mau tidak mau Dinar menelan ludah. Padahal, hari sudah hampir gelap. Dinar takut itu terulang lagi meski sejak kejadian tersebut, dirinya memutuskan untuk pulang naik bus yang sama dengan jalur rumah dua sahabatnya. Sangat berlawanan arah, setidaknya dengan seperti itu Dinar tidak ada waktu untuk pulang sendiri. Ada dua sahabatnya yang menemani.

"Lo nggak pulang duluan, Din? Bus lo di halte sono malahan dari tadi lancar," komentar Indri dijawab gelengan oleh Dinar.

"Pengen bareng kalian."

"Muter kali, Din, jalannya. Berapa hari ini lo ikut kita, bosen 'kan lo??"

Dinar nyengir. "Dikit. Habis bahasan lo berdua si Metawin terus. Sesekali gue kek dibahas."

"Bah, bukannya dari kemaren-kemaren lo udah jadi trending topic?" Indri pura-pura menulis di telapak tangan. "Athalia Dinar sosok pacar dan penakluk hati Pradipta Wisagni!"

"Anjay ...," tambah Ibet mendapat tatapan datar dari Dinar.

Sedikit lemas Dinar menurunkan tangan Indri yang tadi terangkat.

"Udah gue bilang gossipnya bohong. Ngapain dipercaya?"

"Dengan lo sedeket itu sama Dipta?"

"Plus seromantis itu sama Dipta?"

Tatapan horor dilempar Dinar secara bergantian ke dua sahabatnya. Dia mendesah berat. Sulit ternyata berurusan dengan Indri yang terlalu sering memojokannya perihal Dipta. Seminggu tidak ada jam terbang Dewo, selalu Dipta sasarannya.

"Tapi, seminggu nggak ada Dewo juga lo biasa-biasa aja ya sama Dipta," celetuk Ibet.

"Maksudnya?"

"Nggak kenceng gitu berduaannya. Beda kalo ada Dewo. Keliatan banget si Dipta cemburuan."

"Emang dia cemburuan."

"Berarti lo emang udah pacaran 'kan, Din?? Nggak mungkin enggak!" cecar Indri kemudian.

Sekali lagi Dinar menghela napas. "Capek nggak sih lo bahas itu mulu? Gue-Nggak-Pacaran-Sama-Dipta! Nanti deh gue traktir makan kalo gue pacaran sama cowok."

"Cowok siapa? Dipta?" tanya Ibet polos, tapi Indri hanya mencibir dengan memonyong-monyongkan bibir.

"Aslinya lo demennya sama Dewo kan? Ngaku lo!"

Dinar mengernyit. Kedua kakinya yang menggantung di bawah karena kusri halte terlalu tinggi, mengayun pelan.

"Kok lo bisa ngomong gitu?" tanya Dinar balik.

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang