20.

150 41 15
                                    

Dinar menghela. Sudah kesekian kali dia melakukan hal sama setelah hampir seperempat perjalanan dilalui dengan seisi bus kompak menyanyikan lagu dangdut. Dengan satu TV besar menggantung di atap bus. Mempertontonkan video klip dangdut dari YouTube yang dipilih hampir seluruh penumpang.

Kacau. Dinar menoleh. Hampir lupa dirinya duduk bersama Dewo yang sejak awal naik bus, wajahnya tak bersahabat. Dewo memang tak lagi memegangi perut, tak merintih kesakitan atau mengernyit dan berkeringat. Cowok itu hanya mengenakan earbud dan tidur bahkan sejak bus baru siap-siap ingin berangkat.

Capek? Mana mungkin. Dinar bahkan sampai berpikir cowok itu terpaksa duduk dengannya.

"Wo," bisik Dinar, menyenggol lengan Dewo dengan siku.

"Dewo."

Tidak ada jawaban. Dinar justru menelan saliva ketika mendapat respon dari pergerakan jakun Dewo. Karena memang posisi cowok itu tidur, menyandarkan kepala sampai sedikit mendongak.

"Gue bosen," lirih Dinar akhirnya tak tahu lagi harus berbuat apa.

Reff dari lagu Satru dinyanyikan secara kompak dan luar biasa hebohnya di dalam bus tersebut. Sampai beberapa siswa berdiri, mengeluarkan HP untuk merekam dan membuat instastory. Yang dilakukan Dinar hanya mengutuk dirinya yang bosan karena lupa menaruh headset di dalam tas ransel yang tadi dilempar ke bagasi.

Berusaha keras Dinar menutup kedua telinga. Lagu Satru tak bisa berhenti dan makin membuat Dinar bingung harus apa.

Dinar kesal. Menoleh ke Dewo lagi yang damai seperti malaikat sedang mengistirahatkan diri dalam tugas. Tanpa pikir panjang Dinar mencopot salah satu earbud Dewo. Memasangnya ke telinga sendiri lalu memejam.

Baru beberapa detik Dinar memejam, mata itu membuka perlahan. Keningnya mengernyit. Menelaah lagu ber-genre hip-hop/rap yang sepertinya tidak asing di telinga.

Dinar kembali menoleh. Kedua kalinya Dinar harus menelan ludah karena kini Dewo bangun, menatapnya datar dengan kedua tangan dilipat di depan dada.

"Mockingbird by Eminem, speed up version," ucap Dewo menjelaskan lagu apa yang saat itu diputarnya.

"Oh, lo suka Eminem." Perlahan Dinar mencopot earbud tersebut, tapi tidak jadi karena Dewo memberi kode, menyuruh untuk tetap memasangnya.

"Sedikit."

"Gue lebih suka Harleys in Hawaii versi lambat."

"Nggak punya."

Lagi-lagi Dinar mengernyit. "Kok lagunya balik lagi, Wo?"

"Single loop mode. Kalo lo nggak suka, kembaliin."

Dinar menjauhkan earbud di telinganya dari tangan Dewo.

"Apa sih, orang lagi didengerin."

"Lo nggak suka."

"Siapa bilang? Gue suka Eminem kok, Rap God, itu juga terkenal 'kan?"

Dewo mendengkus. Lagi-lagi mencoba mengambil earbud di telinga kiri Dinar, tapi gagal.

"Playlist lo ada lagu apa aja?"

"Cuma satu."

"Harus gitu gue percaya lo?" tanya Dinar dengan raut mengejek.

Dinar menepuk tangan Dewo yang masih berusaha mengambil earbud tersebut.

"Ada lagu Viera nggak?"

"Nggak."

"Ungu?"

"Nggak."

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang