45.

125 43 7
                                    

Tepuk tangan keras diberikan Idang ke Dipta yang barusan turun dari panggung. Ekspresi senang itu terlihat jelas dari Dipta yang langsung mendapat pelukan teman-temannya. Termasuk Idang yang ternyata menyusul ke belakang pangung.

"Kayaknya lo latian keras, Ta, sampe bisa sehebat itu di panggung!" Idang memuji, merangkul pundak Dipta lalu memperlihatkan hasil rekaman HPnya ke Dipta.

"Gue tadi rekam lo!"

Dipta terkekeh sambil lirik kanan-kiri. "Yang lain nonton?"

"Semuanya, bangsat! Lo mau gue kirim videonya?"

"Hem."

Idang mengajak Dipta pergi ke gedung kelas 10 di belakang panggung yang sengaja disterilisasi untuk para pemain band bisa istirahat.

"Kantin aja, gue haus, Dang."

"Oke. HP lo mana?" tagih Idang sambil mereka berdua berjalan menuju kantin.

"Sekalian lo panggil anak-anak yang lain," ucap Dipta meberikan HP yang sudah dibuka layar kuncinya.

Idang mengangguk. Sambil berjalan, ia berselancar dengan airdrop.

"Biar viral sekalian, kesebar nih video keren si Dipta," ucap Idang terkekeh.

Memeriksa video, membuka galeri. Senyum sumringah Idang perlahan sirna begitu melihat isi galeri Dipta dengan empat ribuan foto dan tujuh ratusan video. Scroll ke atas. Idang sesaat melirik punggung Dipta yang berjalan di depannya.

Idang meneguk saliva dengan perasaan aneh. Dirinya terkejut, itu pasti. Rasa penasarannya lalu membawa Idang diam-diam pergi ke bagian pesan dan Instagram Dipta. Makin dibuat terkejut, semua yang Idang temukan justru di luar dugaannya selama ini. Hingga tepat mereka sampai di kantin, Idang tak lagi bisa bergerak bahkan melangkah sekali pun. Ia mematung. Terengah mendapat kenyataan besar yang sedikit pun bahkan tidak berani Idang bayangkan.

Sebagian besar foto-foto galeri itu. Semua pesan-pesan dan panggilan itu. Bahkan Dipta memiliki satu fake account Instagram dengan nama onebackupme_ dan 54 postingan di mana itu semua bukan wajah Dipta. Yang makin membuat jelas, adalah akun tersebut juga hanya mengikuti dua akun lain. Satu Instagram pribadi Dipta sendiri, satunya lagi Dewo.

"Pesen apa, Dang?"

Dipta berbalik. Kedua alisnya naik melihat Idang berdiri mematung dengan kedua HP berada di tangan kanan-kirinya.

Sesaat Dipta bingung, tapi pandangannya turun ke HP dengan softcase blackmatte di tangan kanan Idang yang jelas-jelas itu kepunyaan Dipta.

"Ta, bisa jelasin ke gue isi HP lo," ucap Idang berusaha tenang, masih tidak menyangka.

Dipta mengalihkan pandang ke beberapa hal sebelum menatap Idang dengan ekspresi kalut.

"Balikin HP gue."

"Gue balikin, tapi jelasin apa maksudnya."

"Dang!"

"Gila ya lo, Ta?" tanya Idang bersamaan dengan suara Dipta.

HP itu kemudian direbut Dipta dan dengan gerakan cepat, Dipta mengetik sesuatu sebelum menyimpan HPnya di saku seragam. Ia mengusap pelan mulutnya dan tangan kiri ia simpan di pinggang. Dipta mendekati Idang. Ekspresinya kalut dengan mata mulai berlinang tipis. Ia mengepalkan tangan, mendorongnya pelan ke dada Idang dua kali.

"Anggap lo nggak tau apa-apa, anggap lo nggak pernah liat apa-apa."

Idang mendengkus. Tak menyangka bahwa apa yang barusaja ia temukan adalah rahasia besar Dipta selama ini. Idang jadi teringat apa yang diucapkan Raka saat di toilet. Dipta terlalu bermain rapi dan cerdas. Menggunakan Raka sebagai robot untuk semua kemauannya. Ini aib, sesuatu yang bahkan Idang sendiri sulit memahaminya dengan logika singkat.

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang