🎶 "Malu aku malu
Pada semut merah
Yang berbaris di dinding
Menatapku curiga
Seakan penuh tanya
"Sedang apa di sini?"
"Menanti pacar, " jawabku." 🎶Dinar menoleh. Di antara dia duduk memeluk kedua kakinya, ada Dipta yang duduk di samping dengan posisi sama. Sebait lirik lagu Kisah Kasih di Sekolah milik Chrisye dinyanyikan oleh teman-teman yang masih bertahan di api unggun secara kompak, tapi entah kenapa yang didengar Dinar hanya dari mulut Dipta saja.
Senyum manis itu kemudian menyapa. Dinar gelagapan harus berbuat apa sampai dia merasakan kalau pipinya sudah panas.
Ah, jangan sampai Dipta melihat itu!
"Masih belum ngantuk, Din?" tanya Dipta hanya dijawab gelengan oleh Dinar.
"Sebagian udah pada balik tenda."
"Duluan aja, Ta. Gue masih pengen deket api."
"Tapi lo dari tadi cuma diem. Nyanyi juga enggak."
"Apa sih, Ta, lo aja yang nyanyi gue dengerin kok ...."
"Dikasih apa gue kalo nyanyi terus-terusan?" goda Dipta makin menambah rona di pipi Dinar.
Sial. Beruntungnya itu malam hari. Hanya terang dengan bantuan api unggun. Tidak begitu kentara kalau Dinar merona berkali-kali. Kelakuan Dipta memang tidak ada habisnya.
"Kasih receh! Buruan nyanyi! Tuh anak-anak udah ganti lagu."
Dipta terkekeh. "Capek. Gue laper pengen makan. Lo mau ikut balik tenda sama gue?"
Dinar termenung. Belum juga dia menjawab, Dipta sudah menariknya berdiri. Ingin protes, tapi senyum manis Dipta mengalahkan kekuatan Dinar yang ingin cemberut.
"Aturannya gue balik sama Ibet Indri, Ta."
"Mereka udah ninggalin lo dari tadi."
Sial. Dinar melipat bibir. Memang benar kata Dipta, sejak tadi kerjaan Dinar hanya melamun sampai-sampai tak tahu kalau dua teman laknatnya sudah pergi lebih dulu. Dinar melirik jam tangannya, pukul 12.02. Rekor untuk Dinar sampai kuat begadang hanya dengan menatapi api unggun.
"Oke, gue ikut sama lo."
Keputusan dibuat. Dinar kembali merasa gugup saat Dipta tiba-tiba menggenggam tangannya. Mengajak kembali ke tenda yang artinya harus jalan sejauh kurang lebih tiga ratus meter memasuki hutan.
Meski memasuki hutan, tapi jalanannya terang. Tempat itu memang seperti didesain sesuai untuk camping dengan agenda api unggun di pinggir pantai. Dinar tidak takut melewatinya meskipun sendiri tanpa Dipta.
Namun, kali ini Dinar bersyukur Dipta mau menemaninya yang lebih banyak tidak menyukai acara camping.
"Lo bawa mi nggak?"
"Bawa banyak. Teman gue lambungnya nggak cuma satu soalnya."
"Bikinin gue satu, mau?"
"Jam segini?" tanya Dinar, dia berhenti melangkah.
Dinar hapal jalanan tempatnya berdiri dengan Dipta adalah jalan bercabang yang kalau ke kanan adalah arah menuju tempat parkir bus.
"Minggir-minggir! Ketipung lewat!" seru Marvin dan beberapa temannya yang membantu membawakan ketipung.
Jalan setapak itu sempit mendadak. Dinar tahu dirinya berusaha dilindungi Dipta dari senggolan-senggolan banyak orang. Namun, yang tidak diketahui Dinar adalah ketidaksengajaan barusan. Ketika tas berisi ketipung yang dibawa teman Marvin mengenai punggung Dipta, membuat cowok itu tak sengaja maju dua langkah yang berdampak fatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [ complete story ]
Teen FictionDipublish 31 Juli 2022 • ddr • tamat 2 Maret 2023 Terjebak dalam sebuah tawuran antar pelajar, belum pernah terbayangkan di hidup Dinar yang setahun lagi lulus SMA. Pengalaman buruk yang membawanya berurusan dengan dua cowok populer-yang bahkan sebi...