Berada di kelas setelah berhasil membolos dua jam pelajaran, Dinar mencoba fokus pada Bu Asih yang tengah menerangkan ilmu sosiologi. Rasa gundah itu ada. Terlebih, saat Dinar dan Inka turun untuk kembali ke kelas masing-masing, mereka meninggalkan para cowok di rooftop. Setengah sadar atau benar-benar teler seperti Marvin. Belum pernah Dinar melihat secara langsung pesta para begundal di rooftop dengan yang semula ramai, berakhir teler semuanya, termasuk Dewo.
"Aman, Ka, mereka tidur di rooftop??"
"Aman lah."
"Lo kunciin mereka??" Dinar melotot kaget.
Dengan santai Inka mengunci pintu penghubung rooftop.
"Nanti kalo mereka kebangun gimana, Ka??"
"Ya, emang gini aturannya. Lo baru ngalamin sekali ini?" Sambil memainkan kunci di telunjuk, Inka menuruni anak tangga diikuti Dinar.
"Setiap mereka teler, gue turun dan ngunciin mereka dari luar. Siapa tau ada siswa lain iseng-iseng ke rooftop. Sorry to say, tapi kehormatan Andre sebagai ketua osis belum saatnya tercoreng."
Dinar termenung sesaat. "Terus mereka keluarnya gimana?"
Inka mendengkus. Mereka berhenti di anak tangga terbawah. Pandangan Inka tampak remeh ke Dinar.
"Lo beli HP pasti ada fungsinya, 'kan?"
Setelah mengatakan itu, Inka pergi lebih dulu meninggalkan Dinar yang garuk-garuk kepala.
Sebodoh itu Dinar yang bahkan tidak kepikiran dengan kegunaan HP di era modern sekarang. Hanya karena rasa gundah dirinya melihat teman-teman cowoknya terutama Dewo masih teler di rooftop.
Mengingatnya, Dinar menggeleng cepat. Tarik napas secukupnya dan berusaha membuang semua rasa galau sampai bel pulang sekolah bunyi. Dinar terus merapal do'a untuk ketentraman hatinya.
"Tadi lo kemana, Din?" bisik Ibet dengan mata masih menatap Bu Asih.
Dinar yang barusaja ingin fokus, mencatat banyak materi, kembali dibuyarkan Ibet yang mengungkit rasa galaunya.
"Gue nggak mau bahas."
"Dih, kenapa? Ribut lo sama dua pangeran?" tanya Ibet yang kini menatap penasaran.
Gemas, Dinar membanting pulpennya sekali hentak. Suaranya membuat kaget seisi kelas sampai Bu Asih pun menaruh perhatian. Buru-buru Dinar mengangguk minta maaf. Sementara Ibet berusaha keras menahan tawa.
Di depan Ibet, Indri tampak komat-kamit bertanya, tapi Ibet menggeleng, enggan memberi tahu.
"Kembali ke materi," tegur Bu Asih. Semua kepala kembali ke posisi semula.
"Beneran lo lagi ribut?" bisik Ibet masih penasaran.
Dinar menghela gemas. "Udah gue bilang nggak usah bahas!"
"Gue penasaran, tolol! Spill the tea ...." Ibet mengedip-kedipkan matanya cepat, memohon, lalu menatap Bu Asih lagi.
"Dewo bolos lagi."
"Oh, ngebengkel lagi dia?"
"Enggak. Satu geng lagi teler di rooftop sekarang."
"Hah?!” teriak Ibet lantang dan membuat kegaduhan kedua kali.
"Vience Beatrixs Agatha! Maju ke depan, jelasin apa yang sudah saya terangkan barusan!" tegas Bu Asih.
"Sialan!" desis Ibet dan kini giliran Dinar yang berusaha keras menahan tawa.
Emangnya enak ....
•
Between Us • ddr [publish 31 Juli 2022]
•"Kok bisa sih mereka teler di rooftop? Nanti kalo ada orang naik, gimana??" heboh Ibet begitu pelajaran Bu Asih ditutup dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [ complete story ]
Teen FictionDipublish 31 Juli 2022 • ddr • tamat 2 Maret 2023 Terjebak dalam sebuah tawuran antar pelajar, belum pernah terbayangkan di hidup Dinar yang setahun lagi lulus SMA. Pengalaman buruk yang membawanya berurusan dengan dua cowok populer-yang bahkan sebi...