27.

157 47 8
                                    

Seminggu berlalu, secepat kabar burung yang dihembuskan Dipta entah dengan cara apa, sampai-sampai seluruh warga SMA Dharma mengenal Dinar sebagai ceweknya.

Dewo melangkah perlahan memasuki lobi sekolah. Lama membolos, dirinya sedikit terkejut dengan banyak desas-desus tersebut yang sedikit membuat telinganya gatal. Tanpa membuang waktu, Dewo terus melangkah menuju papan mading.

Hari ini merupakan hari pertama Dewo akan menempuh ujian semester. Ia sudah janji untuk masuk sekolah lagi jika jadwal ujian turun. Lalu, sesuai kesepakatan. Begitu jadwal ujian Dewo turun, motor garapannya di bengkel Arman beres. Dewo bangga pada diri sendiri. Itu yang membuatnya memutuskan untuk datang ke sekolah lebih awal. Mengantar Faisal tepat pukul 6 pagi, dan sampai di SMA Dharma setengah jam kemudian.

Dewo berdiri di paling belakang siswa-siswa yang berhimpitan melihat papan mading. Jadwal, sampai urutan tempat duduk untuk ujian semester akhir sudah tertera di papan itu. Tanpa menyuruh yang lain minggir, Dewo berjinjit, mencoba melihat kelas tempatnya nanti melaksanakan ujian.

"IPS 1! Lo sekelas sama gue."

Dewo menoleh. Barusan Idang merangkul pundaknya dan menggeret Dewo untuk pergi menuju gedung IPS.

"Ngapain aja lo seminggu kemaren? Ngilang kagak ada kabar. Lo tau, Andre sampe mau bunuh gue pake amer gara-gara telponnya nggak pernah lo gubris!"

Dewo tersenyum miring. "Gimana lainnya?"

"Gimana apanya? Lo nanya siapa?" Idang geleng-geleng.

"Dipta, Marvin."

"Dinar juga?"

Senyum Dewo berubah kecut. Teringat beberapa hari lalu tentang kejadian buruk yang dialami Dinar. Beruntung saat itu Arman menyuruhnya mengecek HP. Kalau tidak, Dewo tidak akan tahu Dinar berusaha menghubunginya sampai belasan kali.

"Dia jadi target Bimo," ucap Dewo pelan, sukses membuat Idang terbatuk kaget. Mereka berdua berhenti sebelum anak tangga.

"HAH?! Kok bisa?!"

Dewo mengedik singkat. "Bimo berani ganggu Dinar."

"Kapan, anjing??"

"Seminggu lalu."

"Wah, gila. Trauma berat pasti Dinar." Idang menatap Dewo serius. "Pantesan tuh cewek nggak kayak biasanya. Diem ... mulu."

"Kapan?"

"Kemaren! Ya, kemaren-kemarennya juga sih, Wo. Nggak biasa lah, bingung gue jelasinnya."

Dewo diam. Mengembuskan napas berat sebelum matanya menangkap langkah kaki seseorang.

Senyum tipis Dewo terukir. Tangannya menangkap tangan Andre yang mengulurkan tos persahabatan.

"Kemana aja lo, bangsat!?" Andre memiting leher Dewo, menjitak kepalanya juga sampai bergulat kecil dengan Dewo yang susah untuk dikalahkan.

Dewo terkekeh singkat. "Aman?"

"Aman pala lo! Amer gue utuh, anjing!" rutuk Andre benar-benar kesal.

"Ada Dipta."

"Udah gue bilang Dipta cuma doyan anggur putih! Lo anjing bener, Wo!" Andre menuding Dewo yang sudah lepas dari pitingannya. "Seminggu lo kemana, huh? Nyari cewek?"

Dewo menggeleng. Dagunya mengedik singkat dengan kedua tangan dimasukkan ke saku kanan- kiri celananya. "Dapet salam dari Arman."

Andre mengernyit. "Arman? Lo ngebengkel??"

"Hem."

"Wuih, balik lagi nih Andaru Sadewo kita??" Mata Idang berbinar. Ia merangkul Dewo erat.

"Gue ada garapan. Lo dapet salam dari Arman," ulang Dewo diangguki Andre.

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang