31.

141 37 8
                                    

Hari terakhir ujian. Hari terakhir Dewo bisa satu kelas dengan Idang dan Dinar juga. Sekarang dirinya tengah duduk di pinggir lapangan SMA Dharma. Menonton teman-temannya bermain basket sebelum setengah jam ke depan menghadapi ujian terakhir yang akan menguras otak dan tenaga. Ujian paling sulit menurut Dewo, sekaligus dibencinya.

Terik matahari bukan lagi penghalang Dewo yang terus menonton permainan basket. Sesekali tertawa karena tingkah konyol Idang dan Dipta yang beda tim, saling menantang, berlagak bagai musuh dalam pertandingan lalu berpelukan dan saling cium pipi kanan atau kiri sebagai penutup candaan.

Hampir sepuluh menit lewat. Tim basket Dipta lebih unggul daripada tim Idang. Dewo bertepuk tangan singkat. Melempar satu botol mineral ke Dipta yang memutuskan keluar dari permainan, digantikan Andre.

"Kasar main lo!" teriak Dipta ke Idang sambil terkekeh. Cowok itu duduk di sebelah Dewo sekarang.

Idang sendiri meresponnya dengan membalik kedua ibu jarinya ke bawah.

Permainan lanjut. Dewo terus tersenyum dengan banyak tingkah konyol dalam permainan basket tersebut.

"Sering-sering lo ketawa," sindir Dipta yang rupanya sejak tadi memperhatikan Dewo.

Senyum miring tercipta. Pandangan Dewo kembali ke tengah lapangan setelah tadi menatap Dipta sesaat.

"Nggak niat main, Wo?"

Dewo menggeleng. "Males keringetan."

"Lo pake daleman kaos, 'kan? Main sana!"

"Panas."

"Takut banget lo panas. Iteman dikit pamor lo berkurang?" Dipta terkekeh. Ia menghabiskan sebotol mineral tadi hingga tandas.

"Ngomong-ngomong, gimana rasanya ketemu Danti lagi?"

Dewo menoleh. Sebelah alisnya terangkat diikuti dua sudut bibirnya. Dewo tersenyum tipis.

"Seru."

"Acara reuni mantan?"

"Hem."

"Gimana kabarnya?"

"Baik. Dia pindah lagi."

Dipta merngerjap cepat. "Kapan?"

"Seminggu lalu."

"Dan lo baru ketemu Danti semalem?" tanya Dipta dengan raut serius.

"Hem. Dia satu sekolah sama Bimo-"

"Lo saranin Danti pindah Dharma?" potong Dipta cepat.

Dewo terhenyak, lalu menggeleng pelan. "Hak dia sekolah di mana. Gue bukan lagi urusannya. Soal Bimo, gue pikir nggak banyak orang tau Danti mantan gue. Dia aman di sana."

"Tapi lo psoting foto sama dia semalem."

"Bukan masalah."

Dipta manggut-manggut, lalu tersenyum dan menepuk pundak Dewo sebelum mendorongnya memasuki lapangan. Hampir membuat Dewo jatuh terjerembap. Cowok dengan slayer indigo di pergelangan tangannya itu menatap kesal Dipta yang terkekeh di tribun penonton.

"Main, Wo! Nggak kasian sama otot lo?!" ejek Dipta.

Dewo berdecak. Berdiri di depan Dipta sambil berkacak pinggang dan menatap kesal sahabatnya itu. Dewo lalu berbalik. Memasuki lapangan dan otomatis tanggap ketika dilempari bola oleh Marvin sebelum cowok itu berhenti main.

Teriakan menggema dari mulut Dipta dan beberapa siswa yang ikut menonton pertandingan konyol dari para begundal Dharma. Belum ada dua menit Dewo main, cowok itu sudah berhasil memasukkan bola ke ring. Lagi-lagi sorak heboh terdengar. Apalagi penyebabnya karena sosok Andaru Sadewo lah yang ada di lapangan.

Between Us [ complete story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang