Tak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya.
"Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran.
Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...
Seseorang menyodorkan sesuatu kepadanya. Terdapat sehelai robekan kertas yang digulung dan diikat disana, Eliza membuka gulungan tersebut untuk membaca apa yang dicoba disampaikan kepadanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kuenya jangan lupa dimakan ya putri kadal, ntar kuenya sedih ga dimakan."
Eliza membuang sobekan kertas tersebut. Yap, kue tradisional lagi, Dirinya tergoda untuk memakannya namun dia mengurungnya karena sekarang dia masih kenyang. Pengirimnya juga tak perlu ditanyakan siapa lagi.
Salah satu teman Eliza mengambil sobekan kertas yang sempat di baca Eliza, selepas nya dia tertawa terbahak-bahak. "Putri kadal? siapa Liz?"
Eliza menarik nafas sebal, ia hendak memasukkan kotak itu ke dalam lacinya namun temannya yang lain mengambil kesempatan dan merampas kotak tersebut.
Eliza berusaha merebutnya kembali namun tenaga nya kalah kuat dengan temannya.
"ini makanan apaan?" tanyanya saat membuka kotak tersebut dan melihat apa yang berada di dalam kotak tersebut.
"Oh ini kue tradisional? Dari anak beasiswa itu ya? Kok mau sih?" Eliza tak memberi jawaban. Ia mengambil kotak itu dari temannya. Namun disaat tangannya nyaris merebut kotak tersebut, temannya dengan sengaja menjatuhkannya ke lantai. Membuat Eliza ingin rasanya meledak.
"Orang mana lagi Za, makan beginian? Jadul banget si lo," oceh lainnya. Eliza masih mampu menahan ledakan amarahnya.
"Dia Cuma orang miskin yang nekat nekatan, lo ga usah mau dideketin, inget bapak lo siapa Za. Rendah banget selera lo." Bisik salah satu seorang gadis. Eliza tak mampu menahan tangannya dan menampar gadis itu, namun meleset.
Semua atensi para siswa kelas itu seketika tertuju pada Eliza, disaat yang sama kotak tadi ada di tangan Eliza. Eliza spontan menoleh untuk melihat Chandra. Di bangkunya, Chandra menatap liza dengan tatapan penuh kecewa.
Eliza merasa tak enak hati, namun apa yang telah terjadi tak mampu dia ulang kembali. Eliza segera membersihkan kue-kue yang teronggok di lantai, mustahil dia memakannya kembali. Tangannya meraih satu persatu kue dan menaruhnya ke dalam kotak.
Eliza bangkit untuk mencari dimana tempat sampah berada, dan ternyata ada di depan meja Chandra. Eliza menghampirinya, berencana untuk membuang kue-kue tersebut. Namun entah mengapa, satu bagian dalam dirinya menyuruhnya untuk tidak melakukannya, lebih baik mencari tempat lain.
Eliza melirik sesaat ke roknya, yang kini berlumuran oleh cairan gula merah. Cairan tersebut terus merambat meninggalkan bekas kecoklatan.