-
Yang sebaiknya kau jaga
Adalah
Dirimu sendiri
-Kunto Aji-
Chandra berjalan melewati lorong yang menghubungkan satu gedung ke gedung yang lainnya. Langkahnya menapak diatas keramik putih yang terbentang luas di bawah telapak kakinya, menjalani hal yang telah menjadi rutinitas untuknya.
Chandra memasuki ruang kelasnya dan sesuatu tertangkap oleh matanya. Bangku yang berada di pojok kelas, yang biasanya kosong tak ditempati oleh siapapun, sekarang telah diduduki oleh seseorang. Senyuman muncul seketika diwajahnya.
Lihat, siapa yang menepati janjinya?
Tapi, apakah dia bisa kembali berteman kembali dengan gadis itu?
Chandra meletakkan tas miliknya di sisi kursinya sekaligus mendaratkan pantatnya. Sesekali Chandra mencuri pandang pada Eliza, namun gadis itu tampaknya tidak menyadari tatapannya. Atau, Eliza memang sengaja mengabaikan nya?
Entahlah, dia tidak tahu.
Chandra menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangannya. Keadaan kelas tidak begitu ramai, nyaris hening, hanya terdengar beberapa siswa yang sedang mengobrol dengan suara berbisik. Namun setelahnya para siswa mulai berdatangan dan mengubah keadaan tersebut menjadi riuk piuk.
Chandra kemudian dikagetkan oleh tepukan seseorang, kepalanya menengadah untuk melihat siapa yang berhasil menganggunya. Ternyata Julio, remaja laki-laki tersebut menarik bangku dari meja belakang ke di sisi Chandra.
“Chan, itu kadal tumbenan datang.” Bisiknya.
Chandra tidak memberi reaksi apapun dan kembali menenggelamkan kepalanya. Julio berdecak sebal, dirinya meraih pundak Chandra untuk kemudian di guncangnya. Chandra menampik tangan tersebut untuk lepas darinya.
Julio terheran, mengapa hari ini Chandra menjadi malas dan tak bergairah? apakah kadal pojokan menjadi penyebab utama kegalauan remaja di depannya?
"Aku curiga kalau kalian pacaran, dan habis putus." Celetukan Julio mengundang desisan dari Chandra.
“Chan, biologi mu kelar?”
Chandra mengangkat kepalanya dan menggeleng singkat. Julio menarik nafasnya dengan kedua manik matanya terputar, benar sesuai tebakannya? Ini bukan sekali dia mendapatkan Chandra seperti ini kurun waktu terakhir.
"Tumben, biasa rajin." Julio kusut muka setelah mengetahui jawaban Chandra
Dunia Chandra sedang tidak baik-baik saja, sampai tak terpikirkan olehnya lagi tentang pekerjaan rumahnya hari ini. Ia merogoh ke dalam tasnya untuk mengambil buku tugas Biologinya.
Tanpa sengaja matanya terarah pada tempat gadis itu duduk, Chandra melihat dengan jelas jika gadis itu menikmati kebersamaannya dengan Cathrine beserta teman-temannya, mereka tertawa lepas selepasnya.
Bibirnya seketika mengukir senyuman miris, meski Eliza sudah menuturkan jika apa yang dilihatnya dari kedekatan Cathrine dan Eliza adalah kebohongan dan pencitraan semata, tetap saja Chandra tak mampu menahan cemburu yang bergejolak di hatinya.
Chandra melepas pandangnya, dan memutar tubuhnya ke arah mejanya. Di sisinya Julio telah memperhatikannya sedari tadi dengan binar mata yang penuh heran akan Chandra. Julio berusaha menanyakan apa yang sedang terjadi pada Chandra, namun remaja laki-laki tersebut kerap tak bersuara dan menentang dirinya.
Julio menarik kembali bangku ke tersebut ke asalnya, dia tidak akan mendapatkan jawaban apa-apa sekarang.
Bel berbunyi nyaring, hingga nyaris membuat telinga siapapun berdengung setelah mendengarnya. Chandra menutup bukunya, usai sudah dirinya mengejar waktu mengerjakan tugas Biologi. Lolos dari bibirnya lenguhan yang panjang, Chandra menyenderkan punggunya pda senderan kursi.
“Chandra” Panggil Julio sembari menaikkan dan menurunkan kedua alisnya, memberikan sebuah sinyal kepada Chandra. Chandra sudah mengerti apa yang akan dipinta oleh Julio.
Chandra segera mengambil buku miliknya, dan meyodorkannya pada Julio. Dengan senang hati Julio menerima buku tersebut, sempat pula dia melakukan pose tangan okay sign. Kali ini bergantian Julio lah yang mengejar waktu untuk mengerjakan tugas Biologi tersebut.
Chandra menarik nafasnya, matanya tak bisa tertahan untuk tak mencuri pandang pada Eliza. Meski dirinya sudah berjanji tidak akan menganggu Eliza lagi setelah ini, namun dirinya masih ingin melanjutkan hubungan baik di antara mereka.
Tidak lagi sebagai sahabat masa kecil, sebagai teman saja sudah luar biasa baginya.
Guru yang mengajar pada jam pertama memasuki ruangan tersebut, dengan cepat Julio menyembunyikan buku Chandra. Chandra mendesis samar, nyaris sedikit lagi saja jika Julio terlambat menyembunyikan buku miliknya, dia akan habis di tangan guru tersebut.
-
Yang dinanti tiba, waktu istirahat. Chandra merapikan semua alat tulis yang ada di mejanya, seperti biasa Julio akan mengajaknya pergi ke kantin bersama dengannya.
“Chan, temanin ke ruang guru ya.”
Kedua alisnya saling bertaut, untuk apa Julio pergi ke ruang guru? Disaat seperti ini dirinya dan Julio akan langsung melanggeng menuju kantin, tapi kali ini? Ke ruang guru? Ruangan tersebut terletak di bangunan lain yang jaraknya cukup jauh, membuat Chandra sebenarnya sedikit malas untuk mengiyakan pemintaan Julio
“Mau ngapain?”
Chandra melihat Julio sedang memegang beberapa lembar kertas.
“Oh ini.” Julio menyodorkan selembar kertas, namun belum sempat terbaca oleh Chandra, Julio menarik kertas itu kembali.
“Kepo banget dah jadi orang, udah temenin aja.”
Chandra berdecak sebal, dengan malas dia beringsut dari kursinya. Chandra membelokkan arah pandangnya sehingga dia mampu melihat sosok Eliza. Gadis itu menyadari seseorang tengah mengawasinya. Tatapan mereka saling bertemu, namun tidak lagi dengan binar yang sama.
Eliza dengan cepat menolehkan kepalanya untuk menghindari kontak mata dengan Chandra.
Pundaknya langsung menurun, Chandra merengut kecewa. Cathrine tak lama menghampiri Eliza dan menarik gadis itu berdiri dari tempat duduknya lalu menuntunnya untuk keluar dari kelas. Mata Chandra menatapi punggung kedua gadis itu menghilang dari sudut padangnya.
Julio menepuk keras bahu remaja laki-laki tersebut untuk menyadarkan Chandra dari alam pikirannya.
“Cemburu ya kadal lebih bahagia sama yang lain.” Goda Julio
Chandra mengusap kasar wajahnya, "iya, emang kenapa?"
"Kadal tuh suka sama yang sejenisnya, yaudah ikhlasin udah."
Chandra melayangkan sebuah pukulan kepada Julio.
-
Sudah memasuki minggu ke dua Eliza menghadiri sekolah tanpa sekalipun bolong oleh keterangan sakit di absen. Eliza menepati janjinya, setidaknya ada satu hal yang mampu membuatnya lega sekarang.
Chandra melirik Eliza yang duduk di seberang mejanya, di ruang pratikum tersebut setiap anak disibukkan dengan praktek yang sedang mereka lakukan. Chandra tersenyum miris, mengingat Eliza jauh denganya kini. Tidak ada satupun interaksi yang menyatukan mereka lagi.
Eliza duduk bersama Cathrine dan teman-temannya, tak jarang dirinya menangkap Eliza tertawa lepas dengan mereka. Dirinya tidak tahu apakah harus berbahagia kini atau tidak. Dia juga mengingat Cathrine sering sekali berperilaku buruk pada setiap orang, hal itu mempengaruhi teman perempuan yang dekat dengannya untuk berperilakuan buruk juga, hal tersebut akan menyusul pada Eliza nantinya, Chandra tidak ingin hal itu terjadi pada Eliza.
Chandra menggelengkan kepalanya, membuang segala pikirannya tentang Eliza. Lupakan apapun tentang cara memperbaiki hubungan nya dengan Eliza. Chandra harus fokus sekarang, dia harus fokus untuk mengejar kemenangannya di 2 babak kompetisi selanjutnya, mengingat begitu banyak distorsi dia dapatkan sebelum melewati babak penyisihan. Dia harus fokus mempertahankan prestasinya dan nama baik ayahnya.
Chandra menatap gelang yang melingkari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Novela JuvenilTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...