Nadia memasuki mobil dengan tangis yang semakin deras, ia benar-benar menyesal. Ia gagal menjadi seorang ibu di hari ulang tahun putrinya sendiri. Jika putrinya mati ataupun terluka itu karena dirinya yang egois lebih mementingkan pekerjaannya ketimbang putrinya sendiri.
Andre kembali ke mobil dengan tatapan hampa dan tubuh yang lemas. Keduanya berdekatan untuk waktu yang cukup lama, berharap suatu keajaiban terjadi.
-
Andre melempar tubuhnya ke sofa, hari-hari berlalu dengan dia yang seharian duduk di sofa. Menanti sebuah panggilan di telpon yang mengarahkannya pada kabar putrinya, mambaca setiap koran yang terbit, menonton saluran berita di televisi, sampai mencarinya di internet.
Semua kantor polisi di kota ini dan kota sebelah telah mereka coba telpon untuk mencari laporan mengenai Irwan dan Aziza. Tidak ada satupun kabar terdengar, bahkan laporan mengenai keberadaan mereka juga kosong.
Andre bahkan memperkerjakan seorang detektif untuk mencari keberadaan putrinya.
"Assalamu'alaikum."
Andre langsung bangun untuk membuka pintu, ia mendengar suara anak kecil. Mungkinkah itu putri manisnya?
"Waalaikumsalam."
Ternyata bukan, itu adalah Joni dan Chandra. Andre terpaksa memamerkan barisan giginya.
"Om Andre kenapa? Kok kayak orang sakit?" Tanya Chandra. Andre menggelengkan kepalanya.
"Ga kok, om ga lagi sakit. Om lagi banyak kerjaan."
Chandra mengangguk lalu mengintip kebelakang tubuh Andre, biasanya Aziza selalu datang dari balik tubuh Irwan atau Andre. Dimana Aziza? Tumben sekali.
"Aziza lagi kumat sakitnya." Andre menyadari jika Chandra berusaha mencari Aziza. Anak laki-laki itu mengangguk paham, mungkin kedatangannya kemari akan mengganggu Aziza. Andre menatap Joni untuk waktu yang cukup lama, entah mengapa dia merasa Joni menatapnya dengan tatapan yang aneh.
"Yaudah om, makasih ya om, nanti kabarin Chandra ya kalau Aziza udah sehat."
Joni dan Chandra berpamitan untuk pulang. Andre duduk kembali di sofa, dia tidak ingin seorang pun tahu mengenai hilangnya Aziza ataupun Irwan. Sekolah Aziza bahkan menelpon mereka menanyakan keberadaan Aziza, namun mereka beralasan jika Aziza memiliki komplikasi penyakit yang kambuh, dan tidak bisa ditemui sementara waktu.
Nadia menyeret langkahnya keluar dari kamar, lalu duduk di sisi suaminya. Nadia terlihat sangat menyedihkan sekarang, penampilannya teracak, dengan kantung mata menghitam di bawah matanya. Matanya membengkak, bagaimana tidak? Sepanjang waktu Nadia habiskan dengan menangis. Nadia juga terlihat semakin kurus. Andre menghela nafasnya, sudah berhari-hari pula Nadia dan Andre meninggalkan banyak hal di perkerjaan mereka masing-masing.
"Aziza pasti baik baik aja kan mas diluar sana?'
Andre menarik kepala Nadia mendekat pada bahunya. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Andre mengkecup kening wanitanya.
"Aziza pasti baik-baik aja Nad," Ucapnya meyakinkan Nadia.
Andre menatap mata Nadia, yang dipenuhi oleh binar kekecewaan. Aziza pasti kembali ke dekapan mereka.
-
Memasuki minggu ketiga, tidak ada perkembangan sama sekali mengenai kabar Irwan ataupun Aziza. Nadia memutuskan kembali bekerja namun tidak untuk Andre, Andre masih menatap hampa layar televisi di depannya.
Ia sudah berulang kali dipanggil ke kantor, namun dia tidak peduli. Semua yang menelponnya juga berulang kali memarahinya karena menghilang dan meninggalkan banyak tanggung jawabnya. Andre hanya ingin kejelasan status putrinya, hanya itu, setelah itu apapun yang terjadi dia akan kembali menjalani kehidupan normalnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/318834055-288-k497386.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Fiksi RemajaTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...