28. Pesta yang buruk (4)

3 2 0
                                    

Pria dan wanita itu saling bertukar tatap dan menyeringai misterius. Aziza tidak tau harus kemana lagi dia berlari, kabur dari dua orang yang menyeramkan ini.

Jangan bilang, ini dipersiapkan oleh ayah dan Bundanya sebagai kejutan?

Wanita tersebut mengangkat besi tersebut, dan maju beberapa langkah. Sebelum besi tersebut diayunkan. Aziza untungnya berhasil menghindar, disaat dia hendak lari memanfaatkan tubuhnya yang kecil, pria itu menarik kakinya.

Aziza kehilangan keseimbangannya dan terjatuh, dan wanita itu mengayunkan besi itu kedua kalinya, ayunan tersebut berhasil merobek salah satu sisi perut Aziza. Tak berhenti sampai disitu, Pria itu melayangkan sebuah pukulan membabi buta perutnya. Membuat Aziza merasakan sakit yang berkali-kali lipat.

Aziza menggunakan sisa kekuatannya untuk menendang wajah pria tersebut. Selagi bisa dia menarik besi ditangan wanita tersebut, dan merampas besi itu

Berhasil! Aziza segera bangkit dan membalas ayunan besi wanita itu. Hanya lengan sisi kanan dan pipi wajahnya yang terobek. Aziza segera melanjutkan pelariannya menuju gedung utama, tinggal sedikit lagi! Ia paling tidak harus hidup untuk melihat masa depannya.

Meski langkahnya tertatih dengan dua orang gila sedang mengejarnya. Dia tetap berlari berharap jika ini hanya candaan semata di hari ulang tahun seseorang. Ia kalah cepat dengan wanita itu, wanita tersebut mengeluarkan selembar kain yang telah disemprotkan oleh bius. Aziza menahan nafasnya untuk tidak menghirup kain tersebut. Sembari berusaha melepaskan diri.

Aziza mengeluarkan isi perutnya saat kain tersebut jauh dari wajahnya. Dengan besi tadi, ia mengarahkan ujung besi itu ke wajah wanita tersebut. Memberinya ancaman untuk mundur.

Wanita itu mengangkat kedua tangannya, memberi sebuah sinyal jika dia menyerah. Meskipun dia tahu, bocah cilik di depannya akan melemah seiring waktu. Dan dia bersama pria itu lah pemenangnya.

Aziza membalikkan badannya, untuk kembali melarikan diri. Aziza melihat secercah cahaya harapan, saat melihat akhir lorong tersebut terlihat di matanya, dia mendekati ruang utama gedung ini.

Hanya tinggal beberapa langkah saja. namun disaat yang sama rasa pusing yang sangat hebat menyerangnya, Aziza mati-matian mempertahankan dirinya untuk tetap kuat. Rintihan lemah lolos dari bibirnya yang bergetar.

Aziza jatuh tergeletak di lantai tersebut, dengan tubuh bersimbah darah. Detak jantungnya melemah diiringi hilangnya kesadaran yang dia punya. Kabut hitam seolah menutupi matanya, dia pun kehilangan suaranya untuk berteriak.

"Andre terlalu kuat untuk dijatuhkan, tapi kami tahu satu-satunya cara yang akan berhasil menjauhkan Andre."

Wanita tersebut melangkah lalu berjongkok di hadapan Aziza yang sudah terkulai lemah. Ia tersenyum puas, karena rencananya ternyata tidak gagal. Melawan gadis kecil di hadapan nya memang membutuhkan energi lebih, tapi biar saja, yang penting dia menang sekarang.

"Maaf ya Aziza."

Aziza sudah sepenuhnya hilang kesadarannya. Pria tadi ikut berjongkok disamping wanita tersebut.

"Andai kamu tadi nurut buat minum yang om kasih, kamu ga bakal sesakit ini." Ucapan tersebut diakhiri dengan tawa renyah.

"Kamu harusnya tadi pamitan dulu sama Bunda Ayah. Tapi emang dasarnya mereka lebih sayang pekerjaan mereka ketimbang anaknya sendiri."

Setelah memastikan gadis itu pingsan, Mereka berdua membawanya ke suatu tempat, dimana menjadi tempat terakhir keberadaan Aziza ada di dunia ini.

---

Aziza membuka matanya perlahan, setelah merasakan udara dingin yang menusuk pori-pori kulitnya. Tubuhnya bergetar hebat karena udara dingin benar-benar menyelimutinya sekarang.

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang