13. Bujukan yang sukses?

3 3 1
                                    

-
Mengapa dulunya aku dicintai.
Kalau akhirnya harus kau sesali.
(Tomy J Pisa)
-

"Eliza" Panggil Chandra lirih, tanganny mulai terasa pegal karena mengetok pintu ruangan itu terus menerus. Terdengar kembali suara yang cukup keras dari dalam kamar. Chandra semakin was-was dengan kondisi Eliza.

"Liz, kamu gapapa?" Nihil, tak ada jawaban apapun.

"Ija, Teman kamu Chandra datang." Nadia ikut mengetok pintu dan memanggili Eliza.

Andre yang berada bersama mereka, memilih untuk kembali ke kamarnya. Hari ini dia benar-benar dibuat lelah, ia ingin beristirahat lebih awal. Chandra menatapi punggung Andre yang perlahan hilang.

"Liz." Sama sekali tak ada perkembangan. Sudah berapa lama ia berdiri dan mengetok pintu seolah mengemis perhatian dari Eliza?

"Liz, kalau aku ada salah, kita bisa bicarakan baik - baik."

Setiap kali dia mengucapkan sesuatu, setelahnya timbul suara-suara yang sangat mengkhawatirkan. Bagaimana jika karenanya, Eliza diam-diam menyakiti dirinya?

"Ija sayang, Chandra jauh-jauh datang kemari buat jenguk kamu." Tak ada respon apapun, benar-benar hening kini.

Nadia mencoba mengetuk pintu dan terdengar suara sesuatu terlempar ke arah pintu.

Chandra tak bisa membiarkan hal ini terus terjadi, ia yakin Eliza bukan anak semanja yang dia kira, pasti ada alasan di balik perilakunya yang impulsif.

"Kamu kenapa Liz? Ayo kamu cerita sebentar. Pasti ada kaitannya sama aku kan?"

Chandra melenguh, "Kalau aku memang semengganggu itu, aku gabakal ganggu kamu lagi. Tapi tolong kali ini cerita, apa kesalahanku biar aku ngerti dan kuperbaiki."

"Maaf ya Chandra," Bisik Nadia di sisinya. Chandra menggeleng, harusnya ia yang minta maaf membuat Eliza bertingkag seperti ini. Chandra tak ingin menyerah.

"Kadal." Panggil Chandra, Nadia spontan menoleh pada Chandra, matanya mendelik tak percaya putrinya dipanggil seperti itu oleh Chandra. Chandra merasa malu karena panggilan tersebut, tapi mungkin ini akan membantunya.

"Dal."

Buagh! Eliza membanting sesuatu ke arah pintu, suara yang dihasilkan cukup keras sehingga Nadia dan Chandra tersentak kaget setelahnya.

"Liza." Panggil Chandra dengan suara rendah.

"Pasti berat ya buat menceritakan apa yang sebenarnya terjadi."

Nadia tersigap saat mendengar perkataan tersebut. Apakah Chandra sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Eliza?

"Gapapa kok, kalau butuh waktu lama, aku bakal nunggu. Tapi semua masalah yang kamu hadapi pasti ada jalan keluarnya, dengan kamu cerita, Semoga aja aku bisa membantu. Pasti ada orang yang selalu ada buat kamu, termaksud aku, Ayah dan Bunda kamu."

"Liz, mau ya keluar setelah ini? Dan cerita setelah ini? Terus sekolah normal kayak biasanya, jangan sedih-sedih terus, gabaik." Chandra berusaha untuk membujuk gadis tersebut. Tak ada respon yang diterimanya.

Nadia menghampiri pintu tersebut, dan sekali lagi mengetuk pintu tersebut. "Ija" panggilnya.

Chandra tertegun saat telinganya menangkap suara tangisan dari arah dalam kamar, Nadia juga ikut menyadarinya. "Ija? Sayang, nak kamu gapapa kan?"

Tangisan yang semulanya terdengar samar-samar, kini terdengar kian mengeras. Chandra sengaja membiarkan Eliza seperti itu untuk sementara. Hal yang tak terduga terjadi, Eliza membuka knop pintu tersebut.

Nadia langsung menyambar tubuh sang putri dan mendekapnya dengan sangat erat, di dalam dekapan sang ibunda Eliza menangis sederas-derasnya, wajahnya tertutupi oleh punggung Nadia. Di saat yang bersamaan Andre berlari turun dari lantai atas, dan membeku di sisi Chandra, sebelum dirinya ikut mendekap sang putri.

Ah rasanya mengapa begitu tenang?

Tapi juga menganggu? Terganggu karena moment seperti itu takkan terjadi di hidupnya. Ia kan sudah kehilangan ibunya.

Chandra menyaksikan semua itu, dengan air mata tertahan di mata nya. Ia juga mau, berdekapan dengan keluarga yang masih utuh.

Chandra tersenyum miris, membayangkan seberapa tak beruntungnya dirinya jika dibanding dengan Eliza. Apa yang dirasakan oleh Eliza kini, adalah hal yang paling dia nantikan sepanjang masa meski tak mungkin lagi terjadi.

Chandra menyeret langkahnya untuk berbalik menuju ruang tamu, Chandra mendaratkan pantatnya di salah satu sofa. Chandra mengacak rambutnya frustasi, matanya melirik ke arah jam yang melekat ditangannya. Sudah pukul 9 malam, perutnya sudah berbunyi dan kini dia tak akan sempat lagi membantu papa nya untuk berdagang.

"Nak, kamu gapapa?" panggil seseorang, Chandra spontan menoleh untuk melihat siapa empu dari suara tersebut, karena dia hapal persis dengan suara itu.

"Loh Chandra?" Chandra seketika bangkit dari dari duduknya. Lho siapa?

Lho, itu kan

Kok rasanya orang itu asing ya, Tapi mukanya familiar, tapi wajahnya mengapa terlihat berbeda. Maksudnya, glowing semiriwing dibandingkan 6 tahun yang lalu?

Pria itu berlari ke arahnya dan memeluk Chandra, tanpa izin sang Chandra.

"Kamu kemana aja selama ini, mas nyariin, cepet banget kamu gedenya Chandra." Pria tersebut mengelus punggung Chandra. Chandra membalas pelukan tersebut dengan bingung.

"Mas rindu sama kamu Chandra." Bisiknya, Chandra terkekeh geli. Setidaknya ada satu orang saja yang mampu mengenalinya dari masa lalu.

"Mas juga kok kenal aja sama Chandra." Bisik Chandra diringi tawa.

Pelukan berakhir, dia masih tidak percaya dengan apa yang ditemuinya, Pria tersebut meraba meraba tubuh Chandra untuk memastikan jika dia sedang tidak bermimpi.

Terima kasih Tuhan. Itulah yang Chandra batinkan.

"Kamu ingat nama mas kan?"

Chandra terkekeh geli, "Mas Irwan kan?" Masa begitu saja ia lupa.

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang