Eliza, bukan tapi nama gadis itu sekarang adalah Aziza.
Aziza menyambar roti miliknya di meja makan. Dan menjejalnya langsung ke mulut, lalu mengunyahnya dengan cepat.
“Makannya pelan-pelan, duduk dulu.” Tutur Nadia halus.
“Gabisa bund, Aziza harus segera pergi.” Aziza berlari menuju pintu rumahnya. Disana ternyata sesosok pemuda menantinya.
“Hai Aziza.”
Aziza tersenyum sembari terkekeh, matanya kemudian tertuju pada apa yang dibawa oleh Chandra. Pemuda tersebut menyerahkan sebuah karangan bunga segar untuknya, Aziza menerimanya dengan senang hati. Gadis itu lalu menyambar tubuh Chandra untuk dia dekap.
“Semangat ya, udah diakhir kelas 12 kan?” Chandra meraih pucuk rambut Aziza dan mengacaknya.
Eliza spontan mengangguk. Mereka berdua memiliki janji, mereka bebas untuk memilih jalan apapun.
“Yaudah, kita berangkat sekarang.”
Aziza mengangguk, dia menitipkan karangan bunga itu kepada Irwan. Aziza memastikan semua barang sudah dia bawa. Aziza memasuki mobil Chandra, tunggu, mobil siapa?
Benar! Mobil Chandra!
Aziza melirik ke arah Chandra, pemuda tersebut terlihat semakin rapi sekarang. Chandra tidak memilih mengambil beasiswa apapun, ia ingin beristirahat sementara waktu. Dan untungnya Andre menawarinya sebuah posisi di salah kantor milik Andre, tentu Chandra tidak menolaknya. Di saat itu dia menapaki jalan yang sama dengan papanya.
Chandra adalah sosok yang kompeten, dan selalu mau belajar.
Sehingga hal tersebut membawanya menuju satu persatu anak tangga kesuksesan. Janji Andre untuk mengembalikan apapun yang dirampas dari Joni juga sudah dia lunasi. Hidup mereka berdua kini sangat stabil. Bahkan Joni kini memiliki bisnis kue yang besar, dan membuka beberapa cabang di kota tersebut.
Ada satu yang tak Aziza sukai dari Chandra, yaitu cara Chandra mengendarai mobil. Aziza berusaha sabar, karena Chandra pun masih dalam tahap belajar. Mobil berhenti di sebuah perkarangan rumah seseorang. Aziza membuka pintu mobil itu, ternyata di depan pintu rumah tersebut seorang gadis menunggunya.
“Cie jalan-jalan keluar kota.”
Aziza terkekeh kecil, tidak terasa mereka berdua telah melewati perjalanan yang jauh.
“Aduh Aziza kamu makin cantik aja.”
Gadis tersebut menarik tubuh Aziza lalu memeluknya dengan erat.
“Aku senang liat kamu sekarang, kamu kembali." Aziza membalas peluka tersebut.
Chandra keluar dari mobilnya sembari membawa barang-barang yang berada di mobil, lalu memberikannya untuk gadis itu. "Maaf ya Anna, cuma bisa bawa buah tangan segini."
“”Makasih tau.” Ucapnya tulus.
“Buat gua gada?” sosok Yuan tiba-tiba muncul dari belakang Liohanna. Aziza spontan menyambar tubuh Yuan dan memeluknya dengan sangat kuat.
“Belum lulus juga lo?” tanyanya sembari terkekeh. Aziza memukul lengan tersebut. mereka berempat menertawakan
Chandra tersenyum senang, hadiah mereka diterima baik. Gadis itu adalah Liohanna, yap mereka rela menghabiskan banyak waktu untuk datang kemari. Liohanna tak lupa menarik Chandra untuk dia peluk.
Memang tak semuanya kembali seperti awal.
Namun Aziza tidak ingin kehilangan kesempatan lagi, dia berjanji untuk menjalin hubungan baik ke siapapun.
-
Aziza memutar langkahnya menuju koridor kelas 10. Kedatangannya ke lokal kelas tersebut karena tugasnya sebagai OSIS. Banyak hal yang terjadi setelah dirinya memutuskan untuk menjadi Aziza seutuhnya, tidak ada lagi identitas kedua.
Dia adalah Aziza, bukan lagi Eliza.
Beberapa orang menyapanya, bahkan tak jarang beberapa siswa tampak berlarian memasuki kelas mereka. Apa yang mereka takutkan? Dirinya?
Aziza menghela nafas pasrah, di akhir tahunnya SMA, dia justru dilimpahkan begitu banyak tugas. Tapi percayalah jika dibandingknan dengan dirinya saat pertama kali memasuki sekolah ini, dia sangat jauh berbeda kini.
Aziza tersenyum senang, lokal kelas 10 entah mengapa meninggalkan banyak kenangan untuknya. Aziza menjadi sangat merindukan setiap moment yang telah dilewati di sini. Sejenak Aziza mengintip kelas lamanya, dia menarik nafas yang cukup panjang. Dadanya sesak, dia tak menyangka hal-hal yang dia anggap sepele kan menjadi moment tersendiri untuknya.
Dia telah belajar banyak hal.
Mengenai dirinya sendiri.
Dia tak akan tumbuh dewasa sebagai parasit atau beban untuk orangtuanya. Karen dia yakin dia juga memiliki potensi, meski kini terpendam.
Aziza menyelesaikan urusannya di tempat itu, dia menjumpai salah satu adik kelas untuk memperingatinya akan sesuatu.
-
Semua orang di sekolah ini mengenalinya sebagai Aziza, bukan karena Organisasi OSISnya. Namun Aziza sendirilah yang memberi klarifikasi atas apa yang telah terjadi kepada media massa. Mungkin sekarang penjuru negeri mengetahui siapa dirinya, dan dia pun tidak lagi ingin peduli akan persepsi buruk orang.
Ia ingin hidup untuk dirinya sendiri.
Aziza berjalan melewati sejumlah lorong di sekolahnya. Mungkin untuk sekarang ia masih menerima pandangan aneh dari orang, mungkin karena kaki palsunya yang mencolok? Entahlah.
Wajahnya pun, ia rias ala sekadarnya, mesikpun terlihat aneh dan dia sering dijuluki 'si buruk rupa’ Aziza tak lagi ingin peduli, kini semua orang sudah tau. Dan pelaku yang saat itu berusaha merenggut nyawanya mendapat tindakan hukum yang tepat.
Dialah Aziza.
Aziza yang telah menerima dirinya sendiri dan luka masa lalunya.
Ia adalah Aziza.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Novela JuvenilTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...