10. Ujung dunia

5 3 1
                                    

-
Kau melihat, tapi kau tak merasakan.
-


"Ija!"

Api menguar, membakar segalanya, termaksud dirinya. Ia melihat sekujur tubuhnya yang hanya tersisa tulang belulang dan daging gosong.

Ah mimpi ini lagi ya?

"Ija!"

Ia menyeret tubuhya, setiap kali ia bergerak maka tulangnya akan bersuara karena remuk dilahap api. Percuma saja, ia takkan pernah keluar dari ketakutan ini. Ia akan kalah dan hancur.

"Ija!"

Selamanya.

Matanya mengerjap sesaat sebelum kembali terpejam, ia mengacak frustasi rambutnya, tanpa disadarinya tangannya yang lain sudah meraba nakas yang berada di sisi kasurnya untuk mencari benda apa saja untuk dilempar.

"Ija! Nak?"

Ctass! Sebuah gelas kaca kini hancur berkeping-keping setelah ia lempar dengan tenaga penuh. "Berisik!"

"Ija, Ini Ayah!" Eliza seketika sadar akan perbuatannya, dirinya menghembuskan nafas kasar sembari mengusap wajahnya.

"Ija! Ayah bilang jangan melempar barang-barang lagi kan? Kamu kapan bisa dengerin ayah?"

Eliza mendesis, ah ayah lagi ayah lagi. Ia bangkit dan membuka pintu kamarnya, dengan sangat berhati - hati ia melangkahi pecahan gelas kaca.

"Buat sarapan aja masih perlu ayah ingetin? Kamu kapan dewasanya?"

"Dewasa terus jadi manusia super egois kayak Ayah?" Eliza melewati sang ayah dan dan berlalu pergi ke dapur. Andre menggelengkan kepalanya, dasar! Andre segera menyingkirkan pecahan kaca sampai ke serbuknya. Jangan sampai siapapun terluka, termaksud putrinya tercinta.

Andre kembali ke dapur, hal pertama yang dia dapati adalah Eliza yang terbengong. Ya, memang putrinya itu sudah kehilangan semangat hidup.

"Makan."

"Katanya mau Ija dewasa, jadi gausah main ingetin." Eliza menyambar sendok dan garpu dan langsung memakan sarapannya.

Andre menggeleng samar, bukankah putrinya pun tumbuh dewasa luka masa kecilnya akan terus membekas abadi? "Gimana? Udah baikan kan? Besok kamu harus hadir ke sekolah."

"Tapi ayah, Ija belum siap." Ucapnya memelas

"Kamu dibiarin makin lama makin seenaknya, kamu pikir bisa seenaknya kamu mentang-mentang anak saya? Sekolah besok, Ayah gamau tau, jangan buat Ayah malu karena tingkah kekanak-kanakan kamu Ija!"

Eliza membanting sendok dan garpu pada piringnya. Benar, ini sudah berhari-hari ia tak menginjakkan kaki ke sekolah. Padahal ia baik-baik saja, hanya saja gangguan temannya dan mimpi buruk itu menghantuinya selalu.

Eliza tak bisa membiarkan dirinya begini terus, ia harus melawan. Ia sudah berjanji untuk menjadi kuat dan pemberani setelah 'kesepakatan' itu.

Tapi ia takut.

Eliza jadi kehilangan selera makannya, ah, ia kira ia cukup kuat untuk beradaptasi dengan kehidupan remaja. Nyatanya sulit. Untuk ia yang berbeda, di antara kesempurnaan.

"Ayah," panggil Eliza. Andre merespon dengan lirikan.

"Gimana kalau orang-orang tahu Ija sebenarnya siapa?"

"Ija!" Seru Andre.

"Kamu pikir aja sendiri, kehidupan ini juga keputusan kamu. Sebelum memutuskan kamu harus tau resiko dan konsekuensi tindakan kamu." Andre tidak ingin meluapkan amarahnya, ia kesal, tapi mau bagaimana, ia sayang dengan Eliza.

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang