46. Yang kuat cuma ultramen

2 2 0
                                    

“Eliza?”

Chandra menggeleng tidak percaya. Bagaimana gadis itu datang ke kemari padahal dokter sudah melarangnya untuk kembali bersekolah? Eliza sadar dari komanya tak lama ini. Chandra jika ditanya, pastinya sangat senang dan bersyukur, tapi menghadapi batunya Eliza membuatnya sangat jengkel.

“Kamu ngapain?” Chandra menarik lengan Eliza dan membawanya menuju pojok lorong. Eliza tidak memberi klarifikasi apapun, sembari mengangkat kedua bahunya.

“Udah ayo pulang, nanti aku disembur ayah kamu lho. Kan dokter udah ngelarang kamu.” Ucapnya membisik.

"Iya tapi dokternya kan Bunda, jadi ga masalah."  Chandra menatap punggung gadis itu yang perlahan lenyap dari sudut matanya.

"Bandel banget jadi anak." Chandra menghela nafas pasrah, gadis itu berkepala batu. Chandra melangkah ke arah yang berbeda dengan Eliza. Tentu saja, karena ia dan Eliza berada di kelas yang berbeda sekarang.

Eliza tidak berhasil naik kelas karena absensinya yang menumpuk serta nilai - nilainya yang nyaris kosong. Bisa saja di akali dengan uang, seperti saat Eliza pertama kali masuk ke sekolah ini. Namun Eliza dan Andre tidak melakukan hal itu lagi. Chandra jadi terbatas untuk mengawasi gadits itu.

“Woy Chan!” Chandra membalikkan tubuhnya kala mendengar panggilan itu.

Ternyata Julio. Remaja itu menghampiri Chandra dengan keheranan. “Itu Eliza kan? Eliza masih hidup?”

Chandra berdecih. Entah darimana rumor mengenai percoban bunuh diri Eliza tersebar hingga ke sekolah. Chandra menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Julio.

“Jadi berita itu benar kan?” tanyanya sekali lagi.

Chandra memutar tubuhnya dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan Julio. Julio dibelakangnya membeo langkah Chandra sembari menyerang Chandra dengan puluhan pertanyaan namun Chandra tidak memberikan jawaban yang memuaskan.

-

Eliza merasa tidak nyaman dengan pandangan orang orang yang selalu tertuju padanya. Apa karena ia yang berjalan dengan tingkat jalan? Eliza memandang kaki kirinya, ia tak bisa menyembunyikan apapun lagi, karena pada saatnya semua akan terbongkar dengan sendirinya.

Ia berada di kelas baru, yang pasti dia tidak akan melihat Chandra setiap waktu seperti dulu. Tidak ada lagi sodoran tangan seorang Chandra saat ia merasa jatuh. Tak ada lagi Chandra yang menganggu ketenangannya.

"Bu, saya izin ke toilet," Eliza melangkahkan kakinya menuju toilet. Di saat ia tiba, sosok Yuan muncul di hadapannya, sepertinya Yuan cocok jadi pameran setan dalam film horor.

Tiba-tiba muncul, lalu menakuti orang di sekitarnya.

Eliza bersikap seolah tidak peduli akan kehadiran sosok Yuan, toh ia tidak sekelas lagi dengan anak itu.Eliza masuk ke salah satu bilik kamar mandi untuk menghindari kemungkinan buruk yang bisa terjadi.

"Masih takut lo sama gua?" Yuan menghidupkan keran air. Sepertinya sengaja, untuk menyembunyikan suaranya.

Yuan mengetuk pintu yang menjadi bilik tempat Eliza sekarang. “Lo jadi adek kelas gua ya? Padahal tuaan lo tuh.”

“Terus Lo mau apa? ” jawabnya dengan lantang. Eliza membuka pintu bilik tersebut.

“Ya bagus aja, gua jadi bisa makin seenaknya ama adek kelas gua sendiri.” Ucapnya tanpa dosa.

"Sana lo belajar yang bener, biar ngehapus nama jelek bapak lo." Sindir Eliza, ia tak ingin berlama - lama disini. Eliza menghampiri keran air untuk mencuci tangannya, bisa - bisanya dia malah bertemu dengan gadis busuk ini

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang