-
Buat apa kau diam saja?
Bicaralah agar aku semakin tau,
Warna dirimu duhai permata.
(Iwan fals)-
Eliza Nadien, gadis itu palsu.
Atau mungkin tidak?
Chandra masuk ke sebuah ruangan dengan langkah lunglai, saat dirinya tiba seorang guru menyambutnya dengan hangat. Chandra mengulum senyum hangat, sebuah kebanggaan baginya bisa berada di ruangan ini.
Bimbingan di hari itu dimulai, hingga petang menjemputnya nanti. Kompetisi sains yang akan diikuti tak akan berlangsung lama lagi, hanya tinggal menghitung hari.
Apabila ditanya, apakah dirinya siap atau tidak, tentu saja siap, optimis adalah kunci nya.
Soal-soal yang diberikan lewat modul dari pembinanya, ia makan habis. Kompetisi seperti ini sudah menjadi makanan sehari-harinya, tidak mungkin baginya untuk pulang tidak membawa apa-apa nanti.
Waktu terus berjalan tanpa disadarinya, bimbingan belajarnya usai karena petang telah tiba. Waktunya untuk kembali ke rumah dan membantu Papanya berjualan.
Chandra bersama guru pembina keluar bersamaan dari ruangan itu. Di kala Chandra melihat para petugas keamanan sibuk mengamankan sekolah, Chandra dengan tanpa ragu membantu mereka meski usahanya tidak terbilang besar.
Chandra berpamitan setelahnya, dan bergegas keluar dari gedung sekolah tersebut, disaat dirinya baru saja melangkah beberapa langkah. Chandra dibuat penasaran oleh klakson mobil yang terus berbunyi.
Chandra menoleh ke arah belakang dan melihat sebuah mobil melaju ke arahnya. Chandra tahu siapa pemilik mobil tersebut. Mobil tersebut berhenti tepat di sampingnya.
"Sore tante." Kaca mobil terbuka ke bawah, dan Chandra langsung menyapa wanita yang duduk di bangku depan. Di sisinya ternyata ada seorang lagi, yakni ayahnya Eliza.
"Saya telponin kamu daritadi Chandra, seperti nya kamu lagi sibuk ya?" tanya Nadia, sembari membuka pintu mobil. Chandra segera mengecek telepon genggamnya yang sebelumnya mati daya.
Benar, Bundanya Eliza berpuluh kali menelponnya Chandra mengangguk samar dengan senyum kaku tersungging di wajahnya.
"Nadia, cepat." Ucap Andre dari dalam mobil.
Nadia mengangguk, untuk sesaat dirinya menatap Chandra. "Chandra, saya dan Andre ingin meminta tolong sesuatu ke kamu, saya jelaskan di mobil ya?"
Chandra terbengong, pertolongan seperti apa yang akan mereka minta? Apapun itu Chandra yakin pasti berhubungan dengan Eliza. Bukan dirinya bermaksud untuk menolak, tapi dia sudah berjanji untuk membantu papanya berjualan setelah dia usai dengan semua kegiatannya di sekolah.
Chandra menghembuskan nafasnya dengan penuh kepasrahan. Kali ini saja, mungkin tak apa, pasti dia pulang langsung dimarahi. Dengan yakin Chandra menganggukan kepalanya, di balas oleh Nadia yang tersenyum sumringah setelahnya.
Chandra memasuki mobil tersebut, matanya melirik ke arah bangku di sampingnya yang kini kosong, seorang gadis kecil terbayang di imajinasinya duduk di sebelahnya sembari tertawa penuh riang, dan lalu meraih tangan dan menggenggamnya erat.
Halusinasi itu terasa nyata, Chandra dengan cepat mencubit dirinya untuk berhenti mengkhayalkan apapun. Ia tersadar ke kenyataan, gadis kecil itu, dia sudah tak ada.
"Maaf ya tante, Chandra hpnya tadi mati daya. Chandra lupa buat menghidupkannya." Chandra mengatakan permintaan maafnya dengan bersungguh-sungguh.
"Bisa-bisanya kamu membiarkan ponsel kamu dalam keadaan seperti itu." Andre yang berada di sisi Nadia kesal, karena dia dan Nadia harus menunggu cukup lama. Chandra tertunduk sedih, sembari membuang nafasnya. Nadia meraih pundak Andre untuk menenangkan prianya.
![](https://img.wattpad.com/cover/318834055-288-k497386.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Teen FictionTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...