34. Cacat ya cacat aja!

2 2 0
                                    

Ia melangkah ke kelasnya. Biasanya dia akan menjadi orang pertama yang tiba ke kelasnya. Kali ini dia datang sedikit lama. Kalian ingat supir yang muncul di chapter pertama? Kali ini Eliza diantar oleh supir itu.

Kesal tapi mau bagaimana, memang dasarnya lamban. Supir yang biasa mengantarkannya harus mengantar Bundanya ke luar kota dini hari.

Sepanjang ia melangkah, Eliza merasa banyak pasang mata menatapinya, entahlah akhir-akhir dia merasakan hal yang sama. Kemungkinan besar karena ia jarang menampakkan diri di lingkungan sekolah.

Kalau begitu kenapa Chandra tak mendapat perlakuan yang sama?

Tidak hanya itu, sesekali orang asing sengaja menabrakkan bahunya kepadanya. Eliza jadi bertanya - tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

Apa mungkin karena Ia dekat dengan Catherine dan Yuan? Mengingat mereka sering membuat masalah apapun di sekolah ini dan dirinya belakangan dekat dengan mereka.

Ah sudahlah, namanya juga resiko pertemanan.

Sesampainya di kelas Eliza melihat setiap bangku dikelasnya hampir diduduki, kecuali bang-bangku yang berada di pojok kelas. Namun Eliza tetap melihat tas milik Yuan dan Catherinne berada disana.

Entah mengapa ia jadi terdorong untuk membuka tas tersebut.

Eliza mengernyitkan dahinya, di dalam tas tersebut dia menemukan beberapa makeup miliknya, tidak hanya satu Yuan nyaris mengambilnya dengan lengkap.

Eliza mendesis, mengapa? Jika memang menginginkannya tinggal bilang saja tidak perlu mencurinya.

"Yang Chandra bilang bener? ” Tanyanya membatin, rekaman suara tersebut benar. 

Eliza menggelengkan kepalanya, mengusir segala risaunya. Eliza kembali mengecek ke tas tersebut dan juga tas milik Cathrine, hal yang sama juga dia dapati. Pantas saja belakangan ini dia merasa banyak kehilangan barang.

Eliza mengepalkan erat tangannya sembari rahangnya dia tarik kencang, jadi mereka sudah sejauh ini? Ada sesuatu yang mereka incar darinya.

Eliza berdiri untuk waktu yang cukup lama, sampai ia mengabaikan sekitarnya dan tidak menyadari  jika beberapa siswa sedang menghampirinya.

Seorang gadis yang menjadi orang terdepan diantara gerombolan tersebut, tangannya langsung menangkap bahu Eliza dan menghempasnya kencang. 

“Apaan sih lo? mau maling lo ya?” tanyanya dengan nada meninggi.

Eliza menggeram kesal, di hadapannya berdiri seorang Yuan. 

“Lo yang apaan Yuan! Ini semua apa!” Seru Eliza marah   menyodorkan lipstick miliknya.

Yuan menaikkan salah satu alisnya, baiklah, ternyata la  ketahuan juga ya? Padahal gadis di depannya sangat bodoh. Rasanya tak seru jika dia menyerahkan diri begitu saja.

“Make up gue, mau apa lo?” tukasnya.

Eliza melempar Lipstick yang berada ditangannya ke arah Yuan. Gadis tersebut berpura-pura meringis dan memegangi area wajahnya yang terlempar oleh Eliza. Seketika semua pasang matanya menatapi aksi mereka berdua.

Catherine dengan cepat mendorong Eliza yang hendak memukul gadis itu, Eliza merasakan sesak di dalam dadanya, selama ini dibiarkan kenapa jadi kurang ajar begini.

“Lo kira lo aja yang bisa beli make up mahal itu? Sekaya-kayanya bokap lo, gue masih mampu beli apa yang lo beli.” Yuan menatap sangar Eliza di depannya, Eliza menepis tangan Catherine dari nya.

“Bagus ya pembelaan lo.” Ucap Eliza dengan nada meremehkan.

Teman teman sekelasnya bersorak heboh saat pertengkaran sedang terjadi, Eliza memutar kedua bola matanya, dia harus pergi dari tempat ini. Eliza menyambar tas miliknya dan mengambil semua  makeup miliknya yang berada diluar tas maupun yang berada dilantai. Yuan sempat menahan Eliza untuk tidak mengambil semua benda tersebut. 

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang