Mobil melaju cepat membelah angin petang di jalanan kota. Chandra duduk bersandingan dengan Irwan, Irwan lah yang mengemudi mobil. Tak ada satupun percakapan terbuka semenjak mereka melanggeng pergi.
Irwan berinisiatif untuk mengajak Chandra mengobrol, di pertemuan kedua mereka kali ini.
"Mas jadi kangen masa-masa dulu."
Chandra tersenyum perih, jika ia disuruh memilih, ia tak ingin kembali ke masa lalu. "Emang yang paling mas kangenin apa?"
"Masa - masa Papa kamu sama om Andre sebelum jadi orang sukses," Irwan menatap jalanan di depannya. Chandra mengira Irwan merindukan masa ketika ia kecil.
"Chandra baik - baik aja sekolahnya?" Irwan melirik Chandra sesaat.
"Lancar kok mas, alhamdulillah, Chandra dapat rezeki bisa lanjut sekolah dengan beasiswa, Papa juga ekonominya membaik." Sahut Chandra.
"Wah keren tuh jadi siswa beasiswa." Puji Irwan.
"Ya keren sih mas, tapi banyak tuntutannya."
"Om Andre dulu juga pas dapet beasiswa juga kerjaan ngeluh mulu, lihat om Andre sekarang, keren kan? Usaha gada yang mengkhianati hasil Chan."
Ternyata Andre tak sebodoh yang Chandra kira. Andai Eliza diwarisi kecerdasan Andre. "Mas udah nikah? " Chandra ingat jika Irwan lumayan berumur kini.
"Udahlah, 4 tahun yang lalu Chan! Coba aja kita ketemu lebih awal, Chandra bisa nonton mas jadi pria sesungguhnya di atas pelaminan."
Chandra terkekeh, bukankah umurnya terlalu tua untuk dikatakan sebagai pria sesungguhnya?
"Istri mas bule asal kamu tau." Irwan berucap dengan sangat bangga.
Chandra mendelikkan matanya, ia jadi penasaran sosok istri mas Irwan. Andai Tuhan mempertemukan ia dan Eliza lebih cepat.
"Mas, Aziza sebenarnya ga meninggal kan?"
Irwan seketika mengerem mobilnya secara mendadak, dirinya nyaris menabrak seseorang. Ia kehilangan fokusnya saat pertanyaan itu dilontarkan oleh Chandra. Irwan segera keluar untuk memastikan jika dirinya tak melukai siapapun, orang yang nyaris tertabrak oleh Irwan mengamuk padanya namun dengan cepat Irwan menenangkannya.
Chandra menyaksikan semua itu dari balik kaca mobil, kenapa Irwan tak menjawab pertanyaannya? Apakah Irwan sengaja menghindari pertanyaannya?
Irwan dan orang tersebut menyudahi pertentangan mereka, dengan Irwan yang mengalah dan meminta maaf sebesar-besarnya pada orang tersebut. Irwan berbalik ke mobil, dan mendaratkan pantatnya di bangku kemudi. Dengan santai nya dirinya melanjutkan perjalanan, tadi nyaris saja, jika tidak dia akan menghilangkan nyawa seseorang.
"Untung aja ya Chandra, bisa aja mas tadi ngelukai orang itu, " ucap Irwan dengan enteng.
"Mas, Chandra masih nunggu jawaban mas."
Chandra menatap binar di mata Irwan yang tampak meredup. Dengan sabar Chandra menanti Irwan untuk membuka mulutnya, Chandra tak henti menatapi Irwan. Dia sangat ingin tahu jawaban atas pertanyaannya.
"Aziza udah lama meninggal Chan, masa Chandra ga inget?" jawab Irwan berharap pembicaraan ini tak berlanjut. Chandra merasa ucapan tersebut bohong. Ia tau apa alasan Aziza meninggal, tapi entah mengapa rasanya janggal.
"Kenapa kamu nanya seperti itu?"
Chandra menggeleng singkat, "Ohh ngga mas, Chandra cuma penasaran. Soalnya banyak kejanggalan Chandra temuin. Memangnya apa yang terjadi sama Aziza dulu?"
Irwan melenguh pasrah, "Kamu janji ke mas, jangan pernah nanya begituan sama Andre sama Nadia ya."
Chandra mengangguk, dariawal dia juga memang tak berniat untuk menanyakan hal ini pada Nadia dan Andre. Tapi berhubungan ada Irwan disini, dia bisa memanfaatkan Irwan, karena dia yakin Irwan mengetahui semua yang terjadi pada keluarga Eliza.
"Eliza bukan anak angkat om Andre kan?"
Irwan sudah berjanji kepada Andre dan Nadia untuk tidak membeberkan hal ini. Namun hatinya berkehendak lain, Irwan yakin dengan Chandra tahu semua yang terjadi selama ini akan membantu gadis malang tersebut untuk sembuh dari luka lamanya.
Irwan mengangguk, "Om Andre itu maniak reputasi, Andre benci dipandang rendah. Jadi Andre bakal lakuin segalanya buat reputasi dan puncaknya di bisnis."
Chandra menanti Irwan melanjutkan jawabannya. "Padahal Andre dulunya tidak seperti itu, dia telah dibutakan oleh kekuasaan dan harta," Gumam Irwan.
Bukan itu jawaban yang Chandra mau, "Jadi hubungannya sama kematian Aziza?"
Irwan melirik Chandra, "Chandra tahu apa aja soal kondisi Ija sekarang?"
"Ija pengidap gangguan emosi." Hanya itu, mungkin?
"Selain itu?"
"Masalah dengan kakinya? Soalnya Eliza punya cara jalan yang berbeda dari anak biasanya. Dan, Eliza selalu absen di pelajaran olahraga, kegiatan sekolah, Eliza juga keliatannya kesulitan buat naik turun tangga." Chandra mengutarakan semua curiganya.
Irwan tiba-tiba saja mengangguk, tunggu, berarti praduga nya benar?
"Dan penyebab kematian Aziza?" Tanya Irwan sekali lagi.
"Komplikasi penyakit."
Irwan terdiam cukup lama. Sebenarnya ia sedang mempersiapkan diri untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Namun ia merasa tak pantas mengatakannya, karena ia sudah berjanji pada Andre dan Nadia.
"Aziza kecelakaan."
Jawaban tersebut membuat Chandra keheranan. Lalu mengapa sampai perlu mengganti identitas Aziza ke Eliza?
"Karena itu Aziza, punya masalah dengan kakinya. Kecelakaan itu diduga disebabkan oleh papa kamu, Mungkin sebatas ini saja yang mas bisa kasih tau kamu, setelah ini kamu bisa cari tahu sendiri."
Papa? Papa mencelakai Eliza?
Chandra sedikit jengkel dengan pernyataan tersebut, kenapa? Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya. Padahal tinggal beritahu saja, dengan begitu ia tak perlu mati penasaran.
Lagipula ia bagian dari masa lalu Eliza, ia berhak tau apa yang terjadi.
"Oke ini pertanyaan terakhir mas. Janji yang terakhir"
Irwan berdecak sebal, oke yang terakhir, semoga bukan pertanyaan yang aneh. Irwan mengangguk tanpa menoleh.
"Eliza itu sebenarnya Aziza kan mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Teen FictionTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...