Chandra tersentak saat ponsel miliknya berdering, di saat yang sama ia dan papanya sedang melayani pembeli. Chandra segera menepi untuk mengangkat panggilan tersebut, ia punya sedikit trauma mematikan ponselnya.
Nomor asing memanggilnya, Chandra tidak tahu siapa pemilik nomor ini. Chandra mengangkat telepon tersebut. "Halo, ini dengan siapa?"
"Waalaikumsalam."
Chandra merasa familiar dengan suara ini. Mungkinkah salah satu pelanggan setia mereka?
"Chandra, ini mas Irwan." Chandra ber-oh ria setelah tahu siapa yang memanggilnya.
"Ada apa mas?" tanya Chandra. Dirinya berjanji untuk tidak menganggu Eliza lagi, tak seharusnya Irwan menghubunginya.
"Chandra lagi ngapain?" tanyanya seberang telepon.
"Jualan mas, bantuin papa."
Usai sudah melayani pembeli, Joni melirik ke arah Chandra yang sedang memojok, Joni mempersempit jaraknya, telinganya dia pertajam dan berusaha mendengar percakapan Chandra. Chandra sempat menyebut nama dirinya, mungkinkah itu pelanggan setia mereka?
"Teleponan sama siapa Chan?" tanya Joni saat Chandra selesai menelpon. Chandra menggeleng singkat sembari menarik seutas senyum.
"Ngga kok pa, bukan siapa-siapa," Ucapnya menghindari kecurigaan sang Papa. Joni menatap penuh curiga pada Chandra.
"Chandra pergi sebentar ya Pa? maaf ya Pa kalau Chandra akhir akhir ini sibuk, jadi jarang bantuin papa, Papa jadi kerepotan sendirian." Chandra menatap sang papa dengan tatapan sendu.
"Hati-hati kamu, jangan bandel, jaga sikap, jaga mulut." Pesan yang selalu Joni ucapkan kepada Chandra sebelum berpergian.
Chandra mengangguk, ia kembali mencetak satu persatu kue. Joni ikut melanjutkan aktifitasnya, matanya melirik ke arah Chandra lalu memperhatikan wajah putranya. Tampak jelas lelah di wajahnya, Ia yakin kini Chandra sedang tertekan, karena kompetisi yang akan diikutinya berlangsung tak lama lagi.
Joni adalah saksi dari perjuangan keras putranya.
"Kamu di jemput?" tanya Joni yang penasaran mengapa Chandra tak kunjung pergi. Chandra mengangguk.
"Nanti Chandra dijemput pakai mobil, mungkin sebentar lagi," Ujar Chandra dengan tenang, dia tak ingin papanya khawatir.
"Temen kamu?" Chandra sekali lagi mengangguk, dia tidak tahu harus menyebut Irwan dengan apa, om? Paman? Mas-mas? Tapi Papanya akan tidak mempercayainya nanti.
"Teman kamu tu sultan- sultan mboknya kamu promosiin dagangan Papa, jangan ke siapa tuh, Papa lupa, Ziva? Diza? Haji? aja,. Siapa sih namanya. " Celetuk Joni sekaligus frustasi mengingat nama teman Chandra.
"Eliza, Pa." Chandra mengambil cetakan kue baru dan beringsut malas. Chandra terkekeh samar, terakhir kali kue - kue nya berakhir pada tempat sampah. Mungkin tidak, kali itu menjadi kali terakhir.
"Promosiin ya?" Pinta Joni dengan memelas.
"Nanti deh, kalau Papa mau nambah risol margo ke dagangan kita. Banyak yang suka itu."
Bunyi yang nyaring mengalihkan fokus mereka. Bunyi tersebut adalah bunyi klakson dari mobil datang ke arah mereka. Chandra segera mencuci tangan lalu menghampiri mobil tersebut.
Kaca mobil terbuka dan menampakkan wajah seseorang yang tak asing lagi. Tatapan pria tersebut awalnya mengarah pada Chandra, namun kemudian beralih pada orang yang berada di belakang Chandra.
Irwan langsung membuka pintu mobil. Chandra saat itu mengulurkan tangannya untuk menyalam Irwan, namun pria tersebut justru berlari melewatinya.
"JONI." Ya begitulah, Irwan berteriak dan berlari untuk mendekap sahabat lamanya. Joni yang tak siap menerima dekapan tersebut, hilang keseimbangannya. Untung saja Irwan sempat menopangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Ficção AdolescenteTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...