Anna memutuskan untuk menukar posisi duduknya ke sisi Chandra untuk menggantikan Aziza. Dia yakin Chandra pasti kesepian. Untungnya Chandra memberinya Izin untuk duduk di sebelahnya.
Semakin hari, Chandra semakin suram, awan gelap hitam seakan melayang di atas kepalanya setiap waktu.
Sepanjang hari Chandra akan membenamkan kepalanya diantara lipatan kedua tangannya. tanpa sekalipun fokusnya tertuju pada pelajaran. Anna menjadi khawatir tentang kondisi Chandra. Namun dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa, selain memberi semangat.
Namun dia gagal setiap kali dia menyemangati anak itu, Chandra hanya akan mengangkat kedua bahunya dan bersikap tidak peduli dengan apa yang diucapkan atau dilakukannya. Setelah mendengar ocehannya, Chandra akan kembali menenggelamkan kepalanya.
"Chan."
Chandra tidak merespom apapun. Anna mendengkus kasar. Dirinya lalu bangkit meninggalkan Chandra seorang diri di dalam kelas, langkahnya tertuju ke kantin. Ia membeli beberapa makanan yang dibelinya untuk 2 orang, dirinya dan Chandra.
Saat dirinya kembali, Chandra berada di posisi yang sama. Anna menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menyodorkan makanan di tangannya kepada Chandra. Chandra langsung bangkit dan menyergap semua makanan tersebut.
Anna menatap anak itu terheran-heran, dirinya kembali duduk di sebelah Chandra. Dengan lahap Chandra memakan semua makanan itu, diam-diam Anna mengangkat seutas senyum, Chandra terlihat menggemaskan saat lapar.
"Kamu makin suram tiap hari."
Chandra berhenti mengunyah makanannya, terlintas di benaknya bayangan-bayangan malam itu, malam ketika Andre, datang ke rumahnya. Banyak sebenarnya hal yang membuatnya menjadi tak bersemangat.
"Kamu yakin Aziza beneran sakit keras?" Tanya Chandra. Melihat reaksi Andre, membuat Chandra mencurigai sesuatu dari Aziza.
Anna hanya mengangkat bahunya, "Kata Mama Papa Anna juga gitu, Aziza sakit keras, penyakitnya menular mungkin ya?"
Chandra menggeleng menandakan dia juga tidak tahu. Ya, sesuatu pasti terjadi pada Aziza.
"Kita doakan aja semoga dia baik baik saja, biar kita bisa main-main bareng lagi," Ujar Anna sembari tersenyum. Chandra memandang wajah Anna dengan gelisah, membuat Anna sangat geli lalu mencubit pipi tersebut.
Ya, semoga saja
Semua baik-baik saja seperti yang diharapkan.
Chandra menurunkan pandangannya, namun dengan cepat Anna meraih dagu Chandra lalu menadahnya. Chandra terpaksa mengembangkan senyum, semua akan baik-baik saja kan? Benar, semua akan baik-baik saja, lupakan kejadian saat itu, Aziza pasti akan kembali.
-
Beberapa hari belakangan Joni mengeluh mengenai penurunan persen keuntungan di bisnisnya, ia menerima banyak tuntutan dari pihak polisi dan mau tak mau harus membayar denda dengan nominal yang tidak sedikit. Keluhan-keluhan para customer pun berjibun, membuat kepalanya rasanya mau meledak saja.
Padahal dia sudah menghindari hal ini. Semua plan dan puluhan rencana dia atur untuk terus stabil menjalankan bisnisnya, mengapa penurunan dratis ini menimpa dirinya?
Pusing, pusing, pusinggg, ada saja masalah.
Bagai terbang ke angkasa lalu dihempas kembali ke bumi, kata tersebut tepat untuk menggambarkan kondisi bisnisnya saat ini. Perusahaannya sedang berada di ambang kehancuran. Joni mengusap kasar wajahnya, semua mitra usahanya memutus hubungan dengannya. Banyak karyawannya juga tiba-tiba mengajukan surat resign.
Jujur saja, bisnis ini tidak akan sesukses ini tanpa sokongan Andre, Andre berperan besar dalam usahanya. Dan sekarang lihat? Andre juga lah yang menjadi orang pertama yang menghancurkan bisnisnya.
Andre memutus persahabatannya dengan dirinya.
Kesalahan sebesar apa yang telah dia perbuat? Padahal sebelumnya semua baik-baik saja, tidak ada hambatan yang menganggu hubungan persahabatan mereka. Andai Joni bisa berada lebih lama saat pesta ulang tahun Aziza berlangsung, mungkin dia bisa mencegah semua ini terjadi.
Kekuatan aneh apa yang bisa membuatnya memutar balikkan waktu?
Telepon rumah tiba-tiba berdering, Joni hendak mengangkat telepon itu namun Reana mengangkat lebih dahulu. Joni tidak mendengar sepatah kata apapun keluar dari mulut Reana saat dia mengangkat telepon.
Siapa yang menelpon?
Reana menutup telepon tersebut dengan tangan bergetar. Joni mendekati Reana karena penasaran, namun wanita tersebut justru membeku di tempat. Joni menepuk pundak wanita tersebut, namun Reana justru berbalik dan memeluk erat Joni.
"Apa yang terjadi, sayang?"
Reana menarik dirinya lalu menatap dalam manik Joni sebelum bibirnya terbuka untuk mengatakan sesuatu. Namun melihat Joni sekali lagi membuatnya semakin ragu untuk mengatakannya.
"Kenapa Reana? Apa yang terjadi?" Joni meraih pundak wanita tersebut lalu mengguncangnya. Reana tanpa sadar menjatuhkan beberapa titik air mata, tangannya segera menyeka air mata yang berhasil jatuh.
"Aziza meninggal."
-
-
-
Anna bergandengan tangan dengan seseorang menuju halte sekolah, dan orang tersebut adalah Chandra. Senang rasanya melihat Chandra kembali ceria, lihat? Betapa mudahnya dia menaklukkan Chandra. Anna memandang wajah Chandra yang terlihat berseri.
Meski banyak pasang mata memadang ke arah mereka berdua, Anna tidak peduli selama tujuannya baik dia tidak akan malu untuk melakukan suatu tindakan. Chandra sesekali mencuri padang ke arah Anna, anak tersebut memiliki paras yang menarik dan memiliki kepribadian yang ceria dan terbuka. Anna membuatnya sedikit lega, kekhawatirannya berkurang meski dirinya tetap berharap pada Aziza.
Mereka telah tiba di halte sekolah, mereka duduk berdampingan menunggu jemputan masing-masing. Anna menyempatkan diri untuk menceritakan hal-hal lucu kepada Chandra, dan Chandra mendengarkannya dengan seksama dan lalu tertawa.
Lega rasanya, karena dia tak ingin Chandra murung lagi. Chandra tersentak saat melihat sebuah mobil yang tak asing lagi dimatanya muncul.
"Chandra luan ya," Pamit Chandra, sebelum masuk ke dalam mobil Chandra menyempatkan dirinya untuk melambaikan tangannya.
Anna membalas lambaian tersebut dan tersenyum manis, Chandra lalu memasuki mobil itu dan mobil menderu melaju melintasi jalanan didepannya. Anna bernafas lega, matanya menatap mobil tersebut sampai hilang dari padangannya. Anna menjadi tidak sabar untuk menanti hari esok, Chandra pasti sudah ceria kembali berkat dirinya. Mereka lihat Chandra tersenyum saja membuat hatinya benar-benar lega, temannya tersebut adalah anak yang jarang sekali tersenyum pada siapapun kecuali Aziza.
Anna mengulum senyum bahagia, tanpa dia ketahui hari ini menjadi hari terakhirnya untuk bertemu dengan Chandra.
Dia lega, karena sebenarnya ia diam-diam menyukai Chandra.

KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Teen FictionTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...