Chandra melihat kedua orang tuanya mengenakan seragam berwarna serba hitam. Chandra sangat tahu jika Joni, Papanya membenci warna hitam. Papanya hanya akan memakai warna tersebut untuk menghadiri pemakaman seseorang, oh mungkinkah mereka akan menghadiri sebuah pemakaman? Tapi pemakaman siapa?
Chandra merasakan kecanggungan di antara mereka, sepanjang perjalanan tidak ada satupun yang membuka obrolan, membuat Chandra sedikit jenuh.
“Ma. Pa kita mau kemana?” tanya Chandra.
Joni menghela nafas pasrah, “teman anak papa meninggal.”
Jawaban datar nan singkat Joni itu membuat Chandra mengangguk-nganggukan kepalanya, tanpa sedikitpun menaruh curiga pada perkataan itu. Chandra kemudian manatap sang Mama, dari pantulan kaca spion Chandra mampu melihat jelas sang mama sedari tadi merenungkan sesuatu dengan matanya yang membengkak.
“Ma, mama kenapa nangis?”
Wanita tersebut tersadarkan dari lamunannya lalu tertunduk sedih tanpa memberi jawaban apapun. Chandra tidak suka hal seperti ini, dia harus tau jawabannya, pasti Andre melukai mama lagi kan?
“Ma, om Andre gangguin mama lagi?” tanyanya sedikit marah.
Reana menggeleng kuat, bagaimana putranya bisa berfikir seperti itu? Reana lalu memutar balik tubuhnya ke arah Chandra, tangannya kemudian tersodorkan untuk menggapai pipi putranya.
“Mama gapapa kok sayang, Mama Cuma sedih karena yang meninggal itu sebaya kamu, mama jadi kebayang gimana rasanya jadi orang tuanya, harus kehilangan anak mereka di usia yang masih muda.” Tangannya dengan lembut membelai pipi sang putra.
Chandra mengernyitkan dahinya, sebaya? Teman anak papa? Chandra tidak ingin menaruh rasa curiga, namun entah mengapa susah sekali menahan rasa penasaran. Dugaannya pasti salah kan? Tidak mungkin kan Aziza yang meninggal?
“Dia meninggal karena apa?” tanya Chandra untuk memancing kebenaran.
“Komplikasi penyakit.” Reana hendak menjawab pertanyaan putranya namun Joni lebih dahulu menjawabnya. Joni tersenyum pilu, ia tidak mau Chandra tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Chandra menjadi semakin curiga, ia merasa dugaannya benar tapi dia tidak ingin hal itu terjadi. Chandra memberanikan diri untuk menanyakan langsung kebenarannya, nafas dia tarik sebanyak-banak sebelum membuangnya perlahan, ia pasti salah kan? Semuanya tidak benar kan?
“Ma, Pa, yang meninggal itu Aziza kan?” tanyanya polos.
Reana seketika meluapkan tangisnya, sedangkan Joni memilih bertindak seolah tidak terjadi apa-apa.
“Papa, Aziza meninggal?” Chandra meraih bahu sang papa dan mencengkramnya kuat.
Pertanyaan tersebut tidak membutuhkan jawaban lagi, Joni menepis cengkaraman tersebut dan berfokus pada kemudinya.
“Ma, mama, jawab Chandra! Aziza yang meninggal kan?” Chandra menanyakan hal yang sama, namun kali ini dengan suara parau. Reana samar-samar mengangguk, membuat Chandra tidak kuat menahan tangisnya lagi. benar kan dugaannya?
“Kamu harus tegar, kamu bakal ngelewatin hal yang lebih menyakitkan dari ini.” Ucap Joni, Chandra menggeleng kuat, ia tidak ingin hal lebih dari ini terjadi lagi di hidupnya.
Chandra tidak menyangka harus berpisah dengan Aziza secepat ini, dirinya masih berharap besar datangnya Aziza kembali ke kehidupannya.
-
Setiba disana Chandra melihat begitu banyak karangan bunga bertuliskan ucapan duka atas nama Aziza.
Mereka bertiga masuk ke dalam gedung tersebut, didepan pintu terpampang foto dari wajah Aziza, gadis kecil berparas lembut itu tersenyum manis, Chandra merunduk untuk menyembunyikan tangisnya.
Reana menarik Chandra memasuki gedung, samar - samar Chandra mendengar tangis pilu Andre.
Chandra mengangkat kepalanya, ia melihat begitu banyak orang bersedih akan kehilangan Aziza.
Chandra menyeret langkah member Mamanya untuk mendekati Andre dan Nadia, ia tahu apa yang terjadi saat itu adalah sesuatu yang buruk, namun untuk saat ini biarkan mereka bertiga ikut berduka cita.
Chandra sudah meberi isyarat untuk tidak melakukan hal tersebut, namun Reana menggeleng sembari tersenyum kecewa.
Chandra bersama kedua orang tuanya segera menghampiri Andre dan Nadia, namun Andre dengan cepat menyadari keberadaan mereka dan segera memisahkan diri. Kini mereka hanya bisa mengucapkan belasungkawa mereka ke Nadia.
Joni tertunduk sedih, hingga mereka menyaksikan penguburan Aziza pun Joni tetap menunduk sedih, entah apa yang sedang dirinya sesali.
Komplikasi peyakit? Itu semua hanya dalih mereka untuk tidak membocorkan kasus pembunuhan Aziza, malangnya gadis kecil tidak berdosa itu. Andre tidak sekalipun terlihat sampai acara berakhir, dia enggan untuk berjumpa dengan siapapun.
Chandra hendak meninggalkan area pemakaman, namun sesuatu menghalanginya untuk pulang. Anna, gadis itu mengejarnya dari arah belakang.
Chandra entah mengapa mengeluarkan tangis yang sebelumnya terhenti, dengan cepat Anna menyambar tubuh Chandra lalu memeluknya erat.
“Aziza disayang tuhan, kita ga perlu hawatir soal Ica lagi.” Ucap Anna menenangkan Chandra. Tangis Chandra semakin menjadi.
“A-Az-Aziza udah gada lagi” ujar Chandra terisak, Anna tersenyum simpul, benar sekarang aziza sudah tidak ada lagi.
Usai sudah perjuangannya, Anna yakin Aziza telah berusaha keras untuk melawan penyakitnya. Aziza akan sellau kuat dan dimana pun dia berada.
Tangisan Chandra menjadi semakin deras, dan Anna sengaja membiarkannya karena dia juga merasakan sakit yang sama dengan Chandra.
Tuhan memang selalu penuh kejutan..
Chandra mengusap matanya sembari menyeimbangkan cahaya yang masuk ke matanya, Chandra merenggangkan seluruh tubuhnya sembari menggeliat di atas kasurnya, mengapa tidurnya menjadi sangat nyenyak? Semalaman sudah dia menangis, kepalanya menjadi pusing.
Chandra melirik ke arah jam di kamarnya, waktu telah menunjukkan jam 9 siang, artinya dia terlambat terbangun, padahal ini bukan akhir pekan atau tanggal merah. Chandra dengan panik segera berlari ke arah pintu, namun telinganya menangkap suara kegaduhan di lantai bawahnya tampaknya suara tersebut berasal dari luar rumah.
Ah, Om Andre lagi ya?
Chandra mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi, dirinya segera menghampiri jendela kamarnya untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar rumah. Tampak beberapa mobil polisi bersejajar di halaman rumahnya, tunggu? Polisi?
"Papa!"
Chandra segera berlari ke lantai bawah rumahnya, sesampainya di depan pintu Chandra melhat jelas para polisi tersebut mendesak sang papa masuk ke dalam mobil polisi, hei, apa yag terjadi?
"Papa!"
Chandra segera berlari mengejar Joni namun Reana menahannya, mobil mobil itu langsung melaju cepat meninggalkan perkarangan tersebut. Chandra terdiam, apa yang sebenarnya terjadi?
Reana lalu menarik tubuh Chandra ke dalam dekapan Chandra, lalu menumpahkan tangisan di pelukan tersebut.
Pandangan Chandra hampa, dadanya benar-benar sesak, dia benar benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia tidak pernah mengharapkan hal ini terjadi di hidupnya, mengapa?
Tuhan memang selalu penuh dengan kejutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Teen FictionTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...