38. Keajaiban apa?

1 2 0
                                    

Hah?

"Chan, yang itu gamungkin terjadi sih."Eliza tahu kemana arah pembicaraan ini mengarah, dan dia benci membicarakan hal-hal tentang Aziza.

Chandra manggut-manggut. Entahlah, baginya itu mungkin.

"Kamu masih ga percaya sama keajaiban? Lihat deh dunia ini. Ngebangun 1000 candi, ngebangun piramida, bahkan bumi yang dulunya panas jadi mendingin,dan yang lainnya yang bisa kamu percaya sama keajaiban."

"Ga Chan, cuma anak kecil yang percaya sama keajaiban."  Sergah Eliza. "Emang apa sih keajaiban-keajaiban, itu kan sama kayak sihir."

"Berarti aku yang nganggap Aziza masih hidup sebuah keajaiban, ini masih anak kecil? Terus sihir nek Yuyu buat aku makin semangat menjalani hidup?"

Eliza berdecak sebal, ia malas membicarakan hal ini. “Kan aku seharusnya memang udah mati.”

"Keajaiban ga bisa kita perhitungkan, bisa terjadi kapan dan dimana aja dan asal kamu tau dibalik berdirinya-

Eliza mengambil sesuap sayur dan langsung menjejalkannya ke mulut Chandra. "Kamu makan sambil diem udah jadi keajaiban buat aku."

Eliza menyuapkan sesendok sayur ke mulutnya, “Pertemuan kita setelah 6 tahun dipisahkan juga keajaiban dong kan?”

"Meemmm, Mmm, mmmmuummmm, mmuu." Chandra berbicara dengan makanan yang masih terkunyah di mulutnya. Eliza menggelengkan kepalanya.

Eliza menarik kedua sudut bibirnya, benar, keajaiban akan terjadi kapanpun dan tidak terduga. Bahkan di hari ulang tahunnya ke 9, ia membuat permintaan agar sebuah keajaiban terjadi dalam hidupnya.

Musibah itu, memangnya bisa dianggapnya keajaiban?

Ah entahlah, hidupnya menjadi semakin gelap setelahnya, tapi Chandra bak bulan datang tuk menerangi kehidupannya.

Toh nama Chandra saja artinya Bulan.

“Kalau ngga karena ambisi orang dewasa buat berada di puncak, semua ga bakal serumit ini." Tuturnya dengan nada parau.

“Ini juga salahku, pulang terlalu cepat waktu itu, andai Chandra disana lebih lama semua mungkin ga akan seperti ini.”

Eliza meringis geli mebayangkan hal itu. “Bisa jadi kita mati berdua disaat yang bersamaan.”

Chandra menyesali tindakannya pada waktu itu, ia hanya bocah 12 tahun waktu itu, apa yang bisa dia  lakukan ketika dihadapi ancaman?  “Bagus dong, kita sehidup semati.”

“Ogah mati semuda itu.” Cibirnya kesal. "Yang paling bener, ga merengek buat pesta ulang tahun."

“Ponsel kamu udah bener kan?” tanya Eliza untuk mengalihkan topik pembicaraan.

Chandra tersenyum miring, tangannya dengan cepat merogoh kantungnya dan mengeluarkan ponsel miliknya yang terlihat mengilap seperti unit baru lalu memamerkan pada Eliza.

“Tuh kan, lain kali jangan dibanting lagi.” Eliza menyendok suapan terakhirnya. Chandra terkekeh malu, menyesali perbuatannya padahari itu.

"Kamu juga pasti nyesel ga denger kata-kata ku." Chandra mengambil piring Eliza dan beranjak untuk menaruh piring piring itu di dapur.

Eliza mengekor dari belakang Chandra, "Iya deh, emang kamu yang paling bijak, itu kan yang pengen kamu denger?"

Chandra tersungging kesal, dia mengatakan semua itu bukan  karena ia merasa paling bijak, ia ingin melindungi Eliza. Selagi tak ada orang, Chandra mengambil kesempatan untuk mencuci piring-piring itu walau Eliza melarangnya.Eliza terpaksa harus membantu Chandra.

“Chan kamu belum tahu kan soal ini? Ayahnya Yuan sama om Andre itu memang ga akur dari dulu-

Eliza menggantungkan kalimatnya untuk melihat reaksi Chandra.

“Jadi karena itu Yuan selalu nyari masalah sama kamu?”

Eliza berdecak kesal “Kalau suka nyari masalah mah emang sifat dia dari sononya, sifat bapak sama anak memang ga ada bedanya.”

“Ayah itu orang yang mementingkan kejujuran dan kepuasan klien, sedangkan ayah Yuan Cuma mau hasil doang, apapun bakal dia lakukan buat mendapatkan keuntungan yang besar. Disaat ayah sama ayahnya Yuan itu itu bekerja sama, memang ayah Yuan itu sering buat masalah tau, tapi ayah selalu barusaha menutupi karena ayahnya Yuan itu punya posisi penting di perusahaan ayah."

Chandra mengangguk paham, ia menjadi semakin penasaran dengan kelanjutannya.

“Puncaknya saat ayahnya Yuan menyalahgunakan kekuasaannya untuk melenyapkan nyawa orang-orang ga berdosa yang kerja di perusahaan yang berusaha menghalangi jalannya untuk meraup keuntungan besar lewat cara - cara illegal dan curang, banyak yang udah jadi korban kok Chan. Salah satunya Papa kamu.

"Kalau om Joni tangan kanan ayah, ayah Yuan tangan kirinya."

“Sekarang aku ngerti kenapa Yuan dilabeli anak kriminal.” Ucap Chandra. Eliza terkekeh mendengar hal itu, sebenarnya itu merupakan sebuah aib yang memalukan untuk Yuan.

“Untung ada yang selamat, dan melaporkan ini ke ayah, ayah segera mengambil tindakan hukum, tapi yah Ayahnya Yuan  punya kekuasaan  dan licik. Jadi lepas deh dari dekaman penjara. Untung kasusnya viral waktu itu."

Chandra merasa geram mendengar cerita tersebut, mengapa orang sejahat itu dibiarkan hidup di dunia ini?

“Aku juga tau setelah kamu tunjukkin rekaman suara itu kok, dia punya alasan sendiri buat gencar ngenganggu aku.” Kata Eliza dengan nada melemah, ia sedikit menyesali tindakan bodohnya.

Rekaman suara, ah Chandra jadi ingat sesuatu.

Chandra mengeringkan tangannya lalu merogoh kantungnya dan menarik beberapa lembaran kertas.

“Chan itu apa?” Tanya Eliza yang penasaran dengan benda yang berusaha Chandra tunjukkan.

“Kamu heran kan kenapa Yuan bisa dapat semua informasi tentang Aziza? Aku udah nemu siapa yang membocorkannya.”

Eliza mengernyitkan dahinya, dia kira orang tersebut adalah Chandra. Chandra membuka lipatan foto tersebut dan menampakkan sebuah potret ketiga anak kecil. Eliza langsung memahami apa yang dimaksud Chandra.

“Liohanna?”

Chandra mengangguk yakin, lalu tangannya membuka ponselnya untuk membuka rekaman suara terbaru dan mendengarkan pada Eliza.

“Chan, ga mungkin Anna ngelakuin itu, dia gatau apa apa Chan.” Ucap Eliza berusaha mematahkan praduga Candra, namun Chandra menolak hal itu, dia punya bukti yang jelas.

Andre sudah berjanji padanya tak akan ada satupun orang yang tahu selain Ia, Nadia dan Irwan  akan tragedi itu dan kematian Aziza.

“Kali ini kamu gamau dengerin aku lagi?” Chandra berbicara seolah mengancam. Eliza menggeleng takut, tidak, kali ini akan dia dengarkan. Tanpa sadar setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.

“Ayah udah janji siapapun gabakal tahu soal malam itu.” Ucapnya terisak. Chandra menarik gadis itu ke dalam dekapannya namun Eliza menolaknya.

“Dariawal juga aku harusnya jangan percaya sama ayah.”

Chandra menggeleng, ia tahu Andre adalah ayah yang baik, dia pasti sengaja membiarakan beberapa pihak tahu demi kebaikan Aziza sendiri.

“Chan, aku mau kamu jujur.” Eliza menarik nafasnya lalu membuangnya dengan kasar. “Kamu memang gatau apa-apa kan soal insiden pembunuhan Aziza kan?”

Chandra mendelikkan kedua matanya, setahu nya Aziza hanya mengalami kecelakaan, dia tak tahu Aziza ternyata berusaha dibunuh.

“Liz, siapa yang berusaha bunuh kamu?”

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang