Chandra mengangguk, benar orang yang sama masih mengajak nya berbicara. "Memang Mas Irwan kenal?"
Irwan menggeleng, orang tersebut asing di matanya, mungkin rekan kerja ayah Aziza.
"Tante Nadia sama om Andre kemana om?"
Irwan mendengkus kasar dan berlagak pinggang di depan Chandra. Chandra menjadi keherangan, apa yang terjadi?
"Tante Nadia rencananya mau nemenin Aziza, sedangkan om Andre tadi pagi tiba- tiba mendadak harus ke kantor, jadi tadi Aziza udah bareng bundanya, tapi gatau tuh tiba-tiba tante Nadia punya kesibukan juga atuh. Gatau mas urusan apa mereka berdua, Jadi Aziza dititip ke mas." Andre berbicara dengan nada membisik.
Chandra menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan tersebut, matanya sekali lagi melirik ke arah Aziza. Pantas aja dia tidak menemukan batang hidung Ayah dan Bunda Aziza sedari tadi. Sangat disayangkan di hari spesial ini mereka tidak bisa mendampingi Aziza.
"Mas, tadi Chandra letak hadiah buat Aziza di kamar tamu, nanti kalau Chandra lupa tolong kasih ke Aziza ya mas."
Irwan terkekeh sembari mengangguk, dia menjadi penasaran hadiah apa yang diberikan Chandra untuk Aziza. Orang tersebut kini selesai berbincang dengan Aziza, Chandra tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya lagi, dia langsung berlari menghampiri Aziza dan meninggalkan mas Irwan di belakangnya.
Disaat Chandra berhadapan dengannya, Chandra mendapti Aziza sedang merengut sedih. Chandra menjadi ikut merengut, karena dirinya tahu Aziza bersedih karena dia merayakan pesta ulang ulang tahunnya tanpa didampingi oleh orang terkasih.
Chandra meraih kedua tangan Aziza lalu menggengamnya erat, berharap gadis itu menemukan kembali senyumnya, namun nihli gadis itu justru terisak. Chandra menarik gadis itu dan segera mendekapnya. Tangannya membelai pucuk kepala gadis itu.
"Ada Chandra disini, Aziza ga perlu sedih." Ucap Chandra berusaha menenangkan Aziza. Kini gadis itu sudah tak terisak lagi, tangannya menyeka air mata yang terlanjur keluar.
Tanpa seizin pemilik tangan tersebut Chandra menarik Aziza menuju kamar tamu, kini pintu tersebut hanya tinggal dibuka. Namun Chandra berinisiatif untuk menutup kedua mata gadis kecil itu.
Chandra membuka pintu tersebut dan perlahan menuntun Aziza ke sebuah meja. Untungnya benda tersebut masih ada di meja, akan sangat disayangkan jika hilang.
Chandra membuka mata Aziza. Gadis kecil itu mengerjapkan matanya untuk menyeimbangkan cahaya yang masuk ke matanya, lalu di saat penglihatannya jelas Aziza berteriak senang bukan main.
Ia meloncat memutari lantai dibawahnya. Chandra yang tersenyum bahagia mendapati sahabatnya menerima baik hadiahnya. Chandra tahu Aziza sangat menginginkan seekor hewan untuk dipelihara.
Aziza menyambar akuarium tersebut lalu menentengnya dengan sangat hati-hati. Chandra meringis. Takut akan hadiah pemberiannya hancur menjadi bubur di hari ini juga. Salah satu jari Aziza lalu bergerak mencoel salah satu ikan, seketika dia tergelak oleh tawa. Chandra tersenyum, gemas.
"Kata Papa ikannya jangan sering di toel-toel, ikan itu alergi manusia."
Aziza merespon perkataan Chandra dengan menampilkan barisan gigi putihnya
"Ayah dan Bunda udah pasti ga marah kalau aku melihara ikan." Aziza mengangkat akuarium tersebut sampai sejajar dengan kepalanya, ia ingin melihat lebih jelas ikan-ikan cantik tersebut.
"Tante sama om pasti sibuk, tapi-
"Mereka memang selalu gitu, selalu utamain kerjaan," Potong Aziza dengan nada kesal. Chandra menghela nafasnya, yang dikatakan Aziza tidak salah. Aziza merubah raut sedihnya, tak ada waktu bersedih, ia harus menjadi anak yang paling bahagia hari ini.
"Ini hadiah yang paling paling aku suka, aku bakal jaga ikan-ikan ini sampai mereka ga mati-mati."
Perkataan tersebut membuat Chandra bergidik, ia ingat ikan hias jangka hidupnya termasuk singkat, dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya. Mustahil rasanya ikan hias mampu hidup puluhan tahun, seperti yang diinginkan Aziza.
"Terima kasih buat hadiahnya. " Aziza meletakkan akuarium tersebut, lalu menyambar tubuh Chandra yang lebih besar darinya. Chandra tersenyum tulus, sembari membelai punggung gadis kecil tersebut.
-
Kini saatnya para tamu menyanyikan lagu ulang tahun untuk Aziza. Senyum yang sebelum menghiasi wajah manisnya, kini memudar, Aziza menyadari jika puncak acara ini tidak seperti yang diharapkan tanpa kehadiran kedua orang tuanya.
Salah satu pembawa acara memakaikan Aziza sebuah topi ulang tahun, lalu mengajak para tamu untuk bernyanyi bersama. Disaat semua orang memulai bernyanyi dan bertepuk tangan, Aziza semakin tidak mampu menahan air matanya untuk tidak jatuh.
Disaat yang sama Chandra mendengar sebagian tamu bisik-membisik satu sama lain, mempertanyakan eksistensi Andre dan Nadia di hari ulang tahun anaknya sendiri.
Lagu ulang tahun yang seharusnya dinyanyikan dengan penuh semangat dan rasa bahagia, kini justru terdengar tidak harmoni dan suram. Aziza menatap tidak percaya ke arah para tamu.
Ayo, jangan hancurkan hari paling bahagianya.
Chandra menyadari kekacauan ini, ia mengeluarkan suaranya yang terkeras untuk menyanyikan lagu ulang tahun. Ia tetap bertepuk tangan dengan meriah, meskipun dia tahu usahanya akan berakhir konyol.
Kini semua tamu yang ada disana berhenti menyanyikan lagu ulang tahun, terkecuali Chandra. Semua atensi tertusuk pada Chandra, yang menjadi orang satu-satunya yang bersemangat untuk pesta ini.
Aziza tersenyum simpul kepada Chandra. Memberi sinyal kepada Chandra, usahanya terlihat konyol sekarang. Chandra tak ingin hari bahagia ini menjadi kian suram, Chandra menghentikan nyanyiannya dengan sementara dia mengambil nafas. Samar-samar dia mendengarkan para tamu menertawakannya.
"Selamat ulang tahun, kami ucapkan."
Chandra menyanyikan ulang lagu tersebut. Semua tamu disana perlahan mengikutinya bernyanyi. Bodoh, kenapa mereka berhenti tadi?
Pembawa acara juga sama bodohnya, mereka justru menutup mulut mereka disaat acara tidak berlangsung seperti seharusnya. Dimana peran mereka untuk memandu acara menjadi meriah?
Chandra menangkap salah satu dari pembawa acara tersenyum sinis kepadanya, ada apa? Chandra menyapu pandangan ke sekitarnya, orang tetap saja bernyanyi tanpa semangat, tapi biarlah, ia tak mungkin berteriak menyuruh setiap orang bernyanyi dengan semangat.
Mendekati akhir lagu, Aziza semakin tidak siap untuk meniup lilin. Pikirannya kacau balau, sehingga untuk berfikir apa yang dia inginkan sebagai permintaan pun tidak bisa.
"Tiup lilinnya,tiup lilinnya! Tiup lilin nya sekarang juga! "
Kalimat tersebut berulang kali dinyanyikan, karena Aziza tidak kunjung meniup lilinya. Sedikit demi sedikit orang mulai bosan menyanyikan bagian tersebut, namun Chandra tetap kukuh untuk terus bernyanyi. Aziza menatap Chandra, untuk menemukan kembali keberanian.
Matanya terpejam. Sebelum lilin ditiupkan, orang yang berulang tahun harus mengucapkan permintaan mereka didalam hati mereka.
Make a wishes, istilah lainnya.
Ia punya sesuatu untuk dipinta pada sebuah keajaiban. Inilah yang dia inginkan. "Aziza mau,.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Teen FictionTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...