Chandra mempercepat laju kakinya, tempat yang menjadi tujuan nya mulai terlihat di mata nya. Tempat dimana dia akan menyembunyikan diri dan menyaksikan kehadiran sesosok gadis yang dia idamkan.
Namun sebelum dia ke tempat itu, ia harus meletakkan tas di punggung nya terlebih dahulu ke dalam kelas. Chandra memacu langkahnya untuk menjadi lebih cepat, sesampainya di kelas Chandra meletakkan tas itu dan memastikan jika gadis itu tak datang lebih cepat daripada nya. Chandra tersenyum puas mendapati tas gadis yang di incar nya tak berada dimanapun.
Chandra keluar dari ruangan itu sembari berlari kecil. Dinding pembatas antara gedung inti dan aula terlihat di matanya, Chandra dengan cepat berjongkok dan memposisikan dirinya agar bisa mengintip gadis itu.
Dengan sangat berhati-hati Chandra menyembulkan kepalanya untuk melihat ke lorong sekolah di seberangnya. Chandra menoleh sesaat melihat jam tangan yang melingkar di tangannya, seharusnya gadis itu sudah datang sekarang. Chandra menanti sosok itu dengan tak sabar.
"Lagi ngintilin siapa?" tanya seseorang dari arah belakang Chandra dengan suara membisik.
Chandra mendengar seseorang telah berbicara kepadanya, tapi Chandra tak sedikitpun menoleh untuk melihat siapa orang tersebut.
"Sumber diabetes." Sahut Chandra.
Sosok tersebut melengoskan nafas singkat. "Siapa emangnya?"
"Kepo ih." Chandra menyahut begitu saja.
"Emangnya dia habis ngapain sampai perlu diginiin kayak penjahat?"
"Dia berusaha mencuri sesuatu dari aku."
Mencuri apa? Aneh, sosok itu tak mau ambil pusing lagi, mungkin inu urusan Chandra dengan orang tersebut.
"Yaudah Eliza ke kelas dulu, semangat ngintilin anak orangnya."
Chandra otomatis menoleh dan menemukan apa yang diincarnya justru sudah ada di belakangnya. Secara mendadak, Chandra bangkit dari posisi duduknya tanpa memperhitungkan apa yang berada tepat di atas kepalanya.
Suara debuman keras terdengar menyakitkan telinga. Chandra meringis kesakitan dan nyaris menangis karenanya, kedua tangannya memegangi kepalanya yang sudah terbentur keras oleh pot batu di atas kepalanya. Eliza menahan dirinya untuk tidak tertawa, namun disaat bersamaan Eliza bingung harus berbuat apa.
"itu karma ngintilin anak orang." ejek Eliza sebelum berbalik meninggalkan Chandra seorang diri.
Chandra menatapi punggung Eliza yang semakin lama lenyap dari pandangannya, dia tersenyum miris. Aksinya sudah ketahuan oleh gadis itu, haha, baru kali ini Chandra merasa bodoh sendiri.
-
"Chan, ke kantin ga?" tanya Julio sebelum meninggalkan Chandra.
Chandra segera mengeluarkan buku tugas nya dan berpura-pura mengecek tugas tugas tersebut. Sejujurnya dia telah mengerjakan semua tugasnya.
"ntar aku susul deh, sejarah belum kelar soalnya."
Julio berdecak kesal dan memutar malas kedua malasnya, ia tau itu hanya kedok Chandra untuk berduaan dengan gadis yang diketahui sedang di idamkan oleh Chandra. Entah sampai kapan kedok yang sama akan dia gunakan setiap hari.
"Iya deh si paling beasiswa, si paling bisa seenaknya," Pamit Julio meninggalkan Chandra.
Julio sesaat menoleh ke suatu arah lalu menemukan sesuatu, bibirnya terangkat menyeringai jahil.
"Chandra! Semangat nangkep kadal nya!" Teriaknya setelah menjauh dari kelas.
Chandra berdecak kesal, Julio mengejek Eliza secara terang-terangan membuatnya khawatir Eliza akan risih dengannya. Julio tertawa terkekeh membayangkan apa yang akan terjadi setelah Chandra mengetahui apa yang dia maksud sebelumnya.
Chandra menarik nafasnya sedalam mungkin, hanya ada dia dan Eliza di dalam ruangan itu. Saat yang dinanti-nanti tiba. Chandra menarik sebuah benda berbentuk kotak dari dalam laci nya. Chandra membenahi buku dan alat tulis nya sebelum dia akan duduk di hadapan sosok gadis yang dia idamkan.
Namun apa yang terjadi selanjutnya membuat Chandra kecewa, gadis itu tak ada disana. Chandra menyapu pendangnya ke segala arah, ia tetap tak menemukan apapun. Chandra segera mengembalikan kotak tersebut dan buku nya. Chandra entah mengapa menjadi malu sendiri, ia sudah percaya diri untuk menemani gadis itu namun ternyata gadis itu justru tak ada disana.
Chandra berlari keluar kelas untuk menyusul sosok Julio di kantin. Chandra bertabrakan dengan banyak bahu, matanya berkeliling untuk melihat dimana Julio berada. Untuk pertama kali nya gadis itu tak di temui nya di tempat duduk nya.
Apa Eliza sengaja menjauhinya?
"Chan! Woy!" Panggilan tersebut membuat Chandra otomatis menoleh dan menemukan sosok Julio.
"Udah ketangkep belum kadalnya?" Tanya Julio dengan senyum seringai.
Chandra mendesis kasar dan melempar tatapan sinis kepada Julio, remaja lelaki tersebut justru tertawa terbahak bahak. Tangan Julio terangkat dan menepuk-nepuk punggung Chandra. Lenguhan nafas pasrah terdengar dari Chandra.
"Lain kali dikadangin ya kadalnya."
Chandra menyenggol lengan remaja lelaki tersebut, menyuruhnya berhenti untuk menertawakan nya. Julio masih tak bisa lepas dari seringai jahilnya. Chandra melihat harga makanan-makanan dikantin tersebut, lalu setelahnya menelan ludah.
"Apa makanan termurah di kantin sini?" tanya Chandra membisik.
"Yaelah, ambil aja dah makanan ku."
---
Bersama dengan Julio, Chandra berjalan beriringan kembali ke ruangan kelas. Apa yang di dapat nya kali ini lebih mengejutkan, sosok Eliza kini duduk dan berbaur dengan anak-anak perempuan sekelasnya. Chandra yang melihat itu dari depan kelas tertegun sesaat, sebelum Julio menyadarkan nya dengan mencubit paha nya.
Dari mata Julio, remaja laki-laki itu memberi isyarat kepada Chandra untuk bersikap seperti biasa.
Chandra berdeham cukup keras sebelum berjalan ke mejanya, anak anak perempuan yang sedang tertawa riang dengan apa yang mereka obrolkan spontan memusatkan atensi mereka pada Chandra, kecuali Eliza. Eliza justru semakin membuang mukanya.
Chandra duduk di bangkunya dengan Julio yang duduk di sisi mejanya. Chandra sesaat tertunduk sedih.
Apa hanya dia yang merasa Eliza seperti menjauhkan diri dengannya? Atau memang kenyataannya Eliza risih dengannya?
Julio yang ada di sisinya menepuk-nepuk punggung temannya tersebut. "Santai aja Chan, Cewek ga Cuma dia kok, kalau gabisa cewe, cari lanang" ucapnya tanpa dosa.
Meski dirinya dan Eliza sudah saling mengenal baru beberapa bulan, waktu yang cukup singkat untuk dapat dikatakan sebagai jarak hubungan. Chandra yakin ada sesuatu yang ada di dalam diri Eliza membuatnya sangat nyaman. Bukan sebagai teman yang baru mengenal beberapa bulan.
Magnet yang begitu besar menariknya untuk terus menerus berada di sisi Eliza. Mungkinkah sebelumnya mereka pernah dekat? mungkin di dimensi lain atau di waktu lampau?
"Chan?" panggil Julio. Chandra masih tak sadar dalam lamunan nya, Julio mengguncangkan kedua bahu Chandra.
Chandra tersadarkan dari lamunannya, ia menatap kosong wajah Julio. Julio ingin sekali rasanya menampar wajah temannya yang satu ini, baru saja menerima perlakuan yang begitu, dia sudah seperti kehilangan semangat hidup, padahal itu tak seberapa jika dibandingkan dengan ujian hidup lainnya.
Chandra masih terlalu polos untuk mengenal cinta.
Chandra menghempas punggungnya pada senderan kursi, dan melenguh sepanjang mungkin dan tanpa henti. Julio tak sengaja menangkap sebuah benda berbentuk kotak berada di laci Chandra. Ia penasaran dan menarik benda tersebut diam-diam. Tangan-tangan jahilnya membuka kotak tersebut, saat melihat isi nya Julio tersenyum jahil.
"Chandra - Chandra, orang mana lagi sih di zaman sekarang yang masih makan beginian."
Sebuah pukulan keras mengenai kepalanya. "Tadi ngomong apa? Coba ulangin?"
"Ehehe ngga, tadi cuma bilang, orang mana sih yang ngga suka kue ini." ia mengambil salah satu kue dan tanpa seizin Chandra, Julio langsung melahapnya utuh-utuh.
"Tuh kan kuenya enak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Novela JuvenilTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...