Epilog

1 2 0
                                    

Aziza benar-benar gugup, orang yang berada di sisinya baru saja mengatakan hal yang tak diduganya. Siapa lagi kalau bukan Chandra, ia berusaha menyembunyikan semburat merah di wajahnya, ia melirik Aziza sesaat sebelum tangannya meraih tangan Aziza lalu mengengamnya.

Aziza sontak terlonjak karena Chandra meraih tangannya. Semburat merah mewarnai wajahnya kini, Aziza menarik tangannya dari Chandra.

“Chan, kamu serius?”

Chandra mengangguk sembari tersenyum tulus. Aziza tertunduk beberapa saat. Chandra menarik tangan Aziza kembali, lalu meletakkan sebuah cincin di salah satu jemari Aziza. Wanita tersebut tak mampu menahan rasa malunya.

Rasanya dia dan Chandra hampir tidak membahas masa depan mereka, entah apa yang menjadi motif Chandra hendak menjadikannya pasangan seumur hidup. Aziza tersenyum samar, rasanya lucu mengingat perjalanan mereka mempertahankan kebersamaan mereka hingga detik ini.

Aziza menarik tubuh Chanda lalu mendekapnya dengan hangat. Aziza selalu takut jika dia akan kehilangan sahabatnya, ia sangat takut Chandra meninggalkannya, karena hanya Chandra yang memahami suka dukanya. Dan kini, Chandra serius mengproklamirkan keseriusannya.

“Aku selalu ada buat kamu, sampai kematian memisahkan kita. Dan bahkan kalau aku kehilangan kamu suatu saat nanti, kamu ga bakal tergantikan oleh siapapun. Kamu bakal selalu ada di hati aku."

Aziza melayangkan cubitannya sembari meringis, biasanya kata - kata tersebut diucapkan oleh parah buaya sinetron. Mungkinkah Chandra ikut menjelma jadi buaya?

Oke kalau gitu, dia akan membalas ucapan tersebut.

"Dan aku siap jadi pasangan kamu yang terbaik."

Chandra meraih kepala Aziza lalu menenggelamkannya di dadanya, tangannya tergerak membelai kepala wanita tersebut. Aziza memiliki perubahan yang pesat, wanita tersebut terlihat semakin cantik kian hari. 

Aziza melerai dekapan tersebut. tangan Chandra tergerak untuk membelai pipi wanita tersebut, kedua sisi wajahnya  itu rasanya sangat lembut, tak ada satupun gundakan di sana atau permukaan kasar. Aziza menjalani operasi plastik untuk memperbaiki kulit di wajahnya dan syukurnya operasi tersebut berjalan melebihi ekspetasi.

Apa telah diraih sekarang, ini berkat tindakan kecil yang mereka lakukan di masa lalu. Tindakan kecil tersebut membawa mereka menuju sebuah perubahan meski kecil.

Keajaiban? Entahlah, Chandra merasa ini semua adalah keajaiban.

Chandra memandang wajah itu sekali lagi dengan lekat, rasanya tak ada habis-habisnya memandangi dan terhipnotis dengan keanggunan Aziza sekarang. Sedikit rasa bangga muncul pada dirinya, dia bangga telah menyelamatkan Aziza dan papanya.

-

Ini sebuah kisah proses penerimaan diri seorang Aziza.

Dan juga kisah perjuangan Chandra untuk menyelamatkan seseorang.

Jantungnya berdegup kencang, Chandra meremas jari jemarinya. Di tempat tersebut dia menanti seseorang untuk hadir. Semua orang di sana melirik cemas pada pintu tersebut. di waktu ini, Chandra memberanikan diri untuk menepati janjinya pada Aziza.

Seorang wanita masuk, membuat semua orang di sana terpukau akan kecantikannya kini. Aziza mengembangkan senyumnya.

Chandra membuat dirinya seolah wanita paling beruntung di dunia ini. Chandra tak bisa melepaskan pandangnya dari Aziza, dia benar-benar cantik.

Aziza menetralisirkan detak jantungnya yang berdetak tak karuan. Dengan berani, dia langkahkan satu kakinya yang terpasang oleh kaki palsu. Kakinya di selimuti oleh sepatu kristal yang sangat indah. Aziza melangkah anggun bagai seorang putri di negeri dongeng.

Aura yang dipancarkan wanita tersebut sangat indah, membuat Chandra ragu apakah wanita di depannya benar-benar Aziza atau tidak. Di sisinya beberapa orang menyusul langkahnya, Aziza mencuri pandang ke tamu yang datang di hari sakralnya.

Aziza mengembangkan senyumnya ke seluruh penjuru ruangan tersebut. matanya tanpa sengaja tertuju pada Yuan dan Liohanna, senyumnya semakin kembang. Ternyata di sisi mereka, Catherine ikut menghadiri acaranya. 

Matanya lalu mencari dimana sosok teman-temannya. Aziza bernafas lega karena dia kira teman-temannya tak akan mendatanginya. Mas Irwan tertangkap di matanya, bersama seorang gadis duduk di sampingnya. Gadis kecil itu berparas cantik bagai orang Eropa, ya jelas, karena istri mas Irwan adalah bule. Irwan pasti telah menjadi ayah dan suami yang hebat, begitulah pikirnya.

Julio,  benar dia hampir melupakan orang tersebut. di samping Julio terdapat seorang wanita cantik, di tangan wanita tersebut mengendong seorang balita. Waktu berputar sangat cepat, Aziza menjadi rindu akan masa putih abunya.

Waktu terus berputar, membawa seseorang menuju fase dewasa lalu tua setelahnya mereka akan hanya tinggal nama.

Hidup hanya sekali, karena itu Aziza sangat menghargai kesempatan yang ada. Dia tak ingin membiarkan dirinya terlarut dalam rasa sakit dan penyesalan lalu menghambatnya untuk belajar tentang hidup.

Kini tersisa beberapa langkah agar Chandra dan ia saling berhadapan. Disaat itu tatapan mereka bertemu, Chandra tersenyum gembira, sangat gembira. Aziza menahan dirinya untuk tidak tertawa.

Kini keduanya berhadapan satu sama lain, binar yang dipancarkan oleh sepasang mata mereka memiliki binar yang sama.

“Baiklah kita mulai acara akad nikah, Chandra Raihan dan Aziza Dalisha.”

Akad nikah pun berlangsung, Chandra membacakan sumpahnya di hadapan para saksi dan hadirin yang ada di sana. Setelah proses sakral tersebut berlangsung, Chandra mendatangi buku nikah mereka dilanjut memasangkan cicin di tangan masing-masing.

Gemuruh tepuk tangan terdengar kala Akad nikah selesai berlangsung. Chandra dan Aziza resmi menikah, kini Chandra menepati janji sebagai seorang sahabat yang selalu barada di sisi Aziza selamanya, dan kini saatnya Chandra memenuhi kewajaiban sebagai seorang suami. Chandra meraih tubuh Aziza untuk diapeluk seeratnya.

Aziza baik Chanda pun tersenyum bahagia. 

Aziza merasa tidak percaya dengan dirinya yang hanya memiliki satu kaki. Apakah dia sanggup memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri dan seorang ibu kelak? Dia tidak tahu tapi dia merasa yakin, dengan Chandra dia mampu melewati semua itu.

Kekurangannya bukanlah masalah.

Kekurangannya justru jadi kekuatan untuknya.

Acara di hari itu dilanjut dengan resepsi pernikahan. Selain akad nikah, ada sesuatu yang Aziza tunggu dari pernikahannya.

Pembukaan berlangsung, semua yang hadir mengucapkan selamat untuk mereka dan memberi mereka doa. Kue dagangan Joni menjadi salah satu Makanan hidangan acara ini. Chandra tersenyum senang karena semua tampak menikmati kue-kue tersebut.

Tak sedikit orang berebutan untuk berfoto dengan mereka. Di seperempat akhir acara, Aziza memberanikan diri untuk tampil dan bernyanyi, ini adalah  yang dia tunggu.

Sebelum bernyanyi Aziza menatap Chandra, pria tersebut mengangguk dan memberikan gimmick semangat untuknya. Eliza semakin bersemangat untuk bernyanyi.

Lirik pertama lagu dia senandungkan, semua orang menatapnya dengan terpukau, terkecuali Cathrinne, Yuan dan Julio. Mereka memang sudah tau bagaimana Aziza unjuk suara, dan Aziza memang tak pernah mengecawakan mereka dalam hal bernyanyi.

Setelah lagu selesai, Aziza menyapu pandangan ke seluruh penjuru ruangan, gemuruh tepuk tangan terdengar dari segala penjuru. Chandra menghampiri Aziza. Disaat Chandra dekat dengan dengannya, Aziza menarik Chandra untuk ikut bernyanyi.

Keajaiban akan selalu datang.

Chandra mengecup kening wanita tersebut, Aziza resmi menjadi istrinya.

Chandra lega acara pernikahan nya berlangsung dengan sangat baik. Sejenak Chandra menatap bangku penoton, disana dia membayangkan apabila ibunya, Reana, datang lalu tersenyum bangga padanya.

"Terima kasih Mama, Terima kasih telah membesarkan Chandra sebaik mungkin." Batin Chandra, ia berterima kasih atas segala yang terjadi di hidupnya.

Sekarang Chandra dan Aziza, hidup bersama kebahagiaan mereka.

Terima kasih atas segalanya.

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang