Berbagai selang dan kabel seolah memiliti tubuh gadis itu. Kulitnya putih pasi, seolah tak ada darah mengalir disana. Gadis itu terbaring lemah di atas ranjang, dengan berbagai alat melekat pada tubuhnya.
Chandra yang menyaksikan semua itu menahan isaknya, 1 semester ia tinggal, kenapa kondisi gadis itu kian mengenaskan, hatinya benar-benar terguncang.
Benar kan gadis itu akan berusaha mengakhiri hidupnya sendiri suatu saat nanti?
Butuh berapa lama lagi sampai Chandra bisa melihat gadis itu membuka kelopak matanya kembali? Bagaimana jika gadis itu tidak akan membukanya lagi untuk selamanya?
“Cepat bangun ya kadal.”
Chandra teringat di hari saat ia kehilangn Aziza, di saat ia menangis begitu deras, di saat ia tidak merelakan kepergian sahabatnya. Chandra sadar semua itu hanyalah skenario yang Andre buat untuk menyelamatkan Aziza dari pembunuhnya sendiri.
Andai semua Skenario itu menjadi nyata, Chandra akan kehilangan sahabatnya selamanya.
Chandra tidak ingin kehilangan untuk ketiga kalinya, cukup mama dan Aziza saja.
Sebuah tepukan mengangetkannya, di belakangnya berdiri seorang Nadia tengah menatap Chandra khawatir. Chandra menggelengkan kepalanya untuk memberi sinyal jika dia baik - baik saja.
“Maaf tante.”ucapnya lirih.
“Kamu tidak perlu meminta maaf, ini sudah menjadi kesalahan kami sebagai orang tua.” Nadia menarik tubuh Chandra untuk berdekatan dengannya. Sedari dulu Nadia menganggap Chandra sebagai anak keduanya, tanpa ikatan darah.
Di saat itu bulir air mata menggenangi wajah Chandra, Remaja laki-laki itu membalas pelukan Nadia. "Kamu udah berusaha keras, maafkan kami berdua yang menghancurkan usaha kamu." Nadia mengusap air mata Chandra yang berhasil tumpah.
“Kita doakan yang terbaik untuk Aziza ya.”
Chandra mengangguk dan memaksakan seutas senyuman tergambar diwajahnya. Chandra melerai pelukan tersebut dan menghampiri Eliza di ranjangnya. Chandra membelai lembut tangan gadis itu, dingin.
Nadia menjadi orang pertama yang keluar dari ruang itu disusul oleh Chandra. Di luar ruangan mereka disambut oleh Andre yang terlihat begitu tertekan, Nadia segera menghampirinya dan mengusap punggung Andre dengan lembut. Meyakinkan Andre, jika Eliza adalah anak kuat.
Chandra duduk di sisi Andre, matanya melirik pada Irwan yang duduk di seberangnya. Irwan tampak terlamun, namun tak lama ia merasa risih karena di tatapi oleh Chandra terus menerus. Irwan bangkit dan meninggalkan mereka bertiga di lorong rumah sakit.
Chandra kepikiran kata - kata Andre, apa jangan - jangan benar Irwan terlibat dalam rencana malam itu?
“Nadia” seseorang suster memanggil namanya. Nadia segera bangkit dari duduknya.
“Tante tinggal bentar ya,” pamit Nadia. Nadia lalu menyambar jas dokter putih yang sedari tadi tidak dia kenakan lalu melanggeng pergi ke suatu tempat. Kini hanya tersisa Chandra dan Andre di lorong itu.
"Eliza jatuh dari ketinggian."
Chandra tersentak kaget, bagaimana gadis itu bisa senekat itu? Andre mengusap kasar wajahnya, Ia tau Eliza ataupun Aziza adalah gadis yang kuat, dia pasti bisa melewati semua ini.
Chandra tidak bisa membayangkan apabila dia meyaksikan semuanya secara langsung. Chandra merasa hatinya benar -benar teriris perih, mustahil rasanya nyawa Eliza kembali lagi.
“Untungnya Irwan ada disana dan sigap memanggil pertolongan, Eliza masih sempat dilarikan kerumah sakit ini, di rumah sakit tempat Nadia bekerja." Andre terbata mengucapkan pernyataan tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/318834055-288-k497386.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Teen FictionTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...