Matanya mengerjap perlahan, cahaya berlomba-lomba masuk menembus matanya. Eliza mendengkus marah, ia sudah melarang siapapun untuk membangunkannya dengan cara seperti ini. Gadis itu lalu memutarkan tubuhnya, untuk melihat siapa yang jahil menekan saklar lampur kamarnya,
“Chandra kamu ngapain!” ucapnya nyaris berteriak, Eliza seketika bangkit dari posisi berbaring dan memposisikan dirinya untuk perlindungan. Sedangkan kesadarannya masih di ambang-ambang.
Remaja laki laki tersebut hanya meringis, tangannya menggaruk tengkuk lehernya sembari tersenyum kaku. Eliza berdecak sebal, matanya lalu beralih pada jam dinding di kamarnya.
“Chan, serius, kamu ngapain datang kesini subuh-subuh?” tanyanya penuh heran.
Chandra mengangkat senyumnya dengan penuh percaya diri.
“Mau jemput putri kadal biar ke sekolah, biar nanti aku punya pasangan yang sukses.” Chandra berucap tanpa merasa berdosa.
Eliza menghela nafas kasar, tangannya mengusap kasar wajahnya. Tangannya lalu meraih gelas plastik yang berada di nakas sebelahnya, Eliza mengambil ancang-ancang untuk melempar benda tersebut.
“Gausah ngaco lo ya pagi-pagi.” Ujarnya kesal sembari melemparkan gelas plastik tersebut ke arah Chandra, untungnya remaja laki-laki tersebut sempat menghindar. Chandra tertawa tepingkal-pingkal mendapat reaksi tersebut, tapi memangnya siapa yang tidak mau punya pasangan hidup yang sukses?
“Chan, astaga, kamu ngapain sumpah!” ujarnya dongkol, Eliza masih tidak mempercayai apa yang terjadi. Di jam 5 pagi, seorang Chandra datang ke rumahnya dengan seragam lengkap dan rapi? Chandra tidak memberi respon apapun hanya menatap gadis itu dengan senyum tidak memudar dari wajahnya.
Eliza membersut sebal, mengapa paginya yang tenang harus kacau karena Chandra? “Udah ah sana, keluar dulu kamu, aku mau siap-siap."
Chandra mengangguk spontan, lalu bergegas keluar dari kamar Eliza. Eliza masih tetap di kasurnya, entah mengapa rasa kantuk yang begitu hebat menyerangnya.
Eliza kembali merebahkan dirinya di kasur. Namun sebuah perasaan Aneh tiba -tiba muncul dalam relung hatinya. Chandra sudah banyak sekali membantunya, masa kali ini dia akan merepotkan Chandra lagi?
Eliza tidak mau hal itu terjadi, dia tak ingin menjadi orang yang menyusahkan lagi, ini sudah berlebihan. Ia harus kembali bersekolah lagi, apapun yang terjadi disana.
Eliza perlahan bangkit lalu melangkah malas menuju kamar mandinya. Tidak perlu waktu yang lama, ia selesai dan ia segera mengenakan seragam sekolahnya.
“Aku masih belum siap.” Gumamnya di depan cermin. Eliza membelai satu sisi wajahnya yang hancur.
Dengan wajah yang murung, dan kaki yang dilangkahkan dengan tidak sepunuh hati, Eliza menghampiri pintu dan membukanya.
Chandra spontan menaikkan senyumnya, namun tidak lama langsung memudar. Gadis itu tampak sangat sedih dan tidak bersemangat.
Apa ia terlalu egois memaksakan kehendaknya pada Eliza?
“Nah kan bagus, sholat shubuh dulu yuk?” ajak Chandra.
Eliza terkejut mendengar ajakan tersebut, ia sudah sangat lama tidak beribadah, bagaimana caranya dia memberitahu Chandra jika ia lupa sepenuhnya cara untuk Sholat?
“Chan, Aku udah lupa caranya.” Eliza menundukkan kepalanya dengan sangat dalam, Eliza malu untuk mengakuinya.
“Liza lupa ada Chandra disini."
Eliza memadang wajah Chandra. Chandra pun melakukan hal yang sama, Chandra menganggukan kepalanya untuk meyakinkan Eliza. Eliza samar - samar mengangguk, dia telah meninggalkan banyak hal termaksud kewajibannya sebagai umat muslim.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Novela JuvenilTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...