18. Terima kasih

3 3 1
                                    

-
"dengan mencintai diri sendiri hidupmu akan menjadi lebih bahagia daripada harus menuruti standar yang dibuat orang lain"
-


-
Andre memanggilnya kembali, apa yang terjadi? Chandra menarik nafasnya sebelum langkahnya melangkah memasuki lorong yang membawanya ke sebuah ruangan.

Andre memanggilnya kemari, tapi tak pernah sekalipun tampak di mata Chandra. Mungkin sibuk? Padahal sudah berhari-hari ia dipanggil kesini. Seharusnya Chandra menyiapkan diri untuk kompetisi yang diikutinya.

Chandra tiba di depan sebuah pintu. Dibalik pintu tersebut ada seorang gadis berdekam di bawah kegelapan. Chandra merasa sedikit seram ketika merasakan aura sekitar sini terasa seram dan remang. Chandra mengintip dari celah pintu, namun semuanya gelap.

Bagaimana Andre dan Nadia membiarkan Eliza seperti ini?

Tanpa pengawasan, tanpa seorang pendamping yang profesional. Mungkin suatu hari Eliza akan melukai dirinya sendiri.

"Eliza." Chandra mengetuk pintu kayu tersebut. Berharap Eliza luluh padanya.

Suara yang cukup keras terdengar setelahnya, lalu disusul oleh ringisan Eliza. Chandra membersutkan dahinya, apa yang Eluza lakukan.

Eliza mengumpat dirinya sendiri, baru saja kepalanya terantuk dengan meja riasnya. Meja rias miliknya memiliki celah yang cukup besar di bagian bawahnya yang muat untuk satu tubuhnya masuk ke dalam, entah apa yang dipikirkan sehingga dia berakhir di tempat seperti itu. Eliza memegangi kepalanya yang terpantok cukup keras, dirinya tersentak kaget karena kehadiran Chandra.

Eliza beringsut dari posisinya dan menghampiri pintu itu. Chandra semakin khawatir karena Eliza tak kunjung menyahutinya.

"Liza! Liz! Liza!" Chandra mengetuk pintu tersebut dengan tempo kian mencepat. Ugh, suara ketukan itu sangat menganggu, hingga rasanya ia ingin tutup saja telinganya.

"Liz? Kamu ga ngelakuin hal yang aneh aneh kan?" Eliza mendengar pertanyaan Chandra. Hal yang aneh? Apa Chandra berfikir jika dirinya sedang melakukan sesuatu untuk melukai dirinya sendiri?

Eliza mengetuk permukaan dinding, sebagai tanda kepada Chandra jika dia baik-baik saja.

"Ini ada kue lagi buat kamu, Chandra letak di depan kamar ya kayak biasanya." Tak lama terdengar suara langkah menjauhi kamar Eliza.

Eliza bernafas lega, jujur kepalanya masih terasa berdenyut. Eliza menyeret tubuhnya, bukan menyeret kakinya. Kaki palsu yang biasa dia gunakan, harus di restorasi selama beberapa hari.

Dan sementara, ia harus berjalan dibantu oleh tongkat kruk yang terapit di ketiaknya. Seharusnya ia menggunakan benda itu untuk membantu perpindahannya.

Namun Eliza memilih untuk menyeret tubuhnya saja, toh knop pintu kamarnya tak terlalu tinggi. Sebelum keluar Eliza memakai topeng monyet sebagai antisipasi jika Chandra memergokinya.

Sebenarnya percuma ia menutupi wajah aslinya, seharusnya ia menutupi kakinya dengan sesuatu juga.

Harum kue semerbak tercium hingga menusuk hidung Eliza. Saat hendak menggeser piring itu masuk, Eliza menemukan sebuah foto terselip dibawahnya.

Sekilas tampak dua anak berfoto bersama dalam satu frame.

Eliza mengangkat piring tersebut untuk mengambil foto tersebut. Saat dirinya menggeser piring tersebut masuk, suara derap langkah terdengar mendekat. Oh tidak.

Chandra berjanji untuk kembali setelah 5 menit, belum sampai 3 menit mengapa dia kembali kesini?

Ternyata Andre, Eliza dengan cepat menyambar foto tersebut dan menyembunyikannya di balik tubuhnya. Eliza tak tahu menahu tentang foto tersebut.

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang