Bermula dari Irwan yang mengikuti jejak darah yang aneh, hingga kini dia berada di balik sebuah pohon untuk bersembunyi dari komplotan orang itu.
Irwan mengambil ponsel miliknya. Tangannya menekan satu persatu nomor-nomor yang diketahui, untuk menyelamatkan nyawa si malang Aziza. Mereka berusaha menghabisi nyawa gadis kecil itu.
Ia ingin sekali dirinya menghentikan mereka tapi dia sudah memperhitungkan peluang untuk menang, sangat kecil dan mustahil. Mereka dimodali senjata api dan senjata tajam, dirinya? Hanya dimodali tangan kosong. Sempat berlari dan bersembunyi seperti ini sebuah mukjizat baginya. Karena jika tidak, bisa saja dia pulang tinggal nama. Bawahan orang tersebut kini sedang mengincarnya, Irwan tidak tahu apakah tempat dirinya bersembunyi sekarang aman atau tidak.
Panggilan terhubung kepada kantor polisi, Irwan dengan terbata-bata menjelaskan kondisi sekarang dan meminta bantuan kepada mereka. Polisi segera bergegas dari kantor mereka, tidak lupa Irwan meminta memanggilkan pemadam kebakaran sebagai antisipasi jika mereka membakar gadis itu hidup-hidup.
Di bawah malam tanpa bintang, irwan tersedu. Membayangkan nasib gadis itu sekarang. Apabila gadis itu mati ataupun terluka itu karenanya yang luput dari amanah Andre dan Nadia.
Hidup gadis itu terancam, sama halnya dengan hidupnya.
Andre dan Nadia harus tau ini. Irwan mencari nomor mereka berdua dan menelponnya beberapa kali, namun nihil. Kedua orang itu benar-benar super duper sibuk, hingga tak ada satupun panggilan mereka jawab.
Malang nya gadis itu, sudah punya orang tua yang sibuk.
Ia menjadi korban dari persaingan bisnis ayahnya.
Suara pepatahan daun dan ranting, hingga suara besi beradu tertangkap di telinga Irwan. Posisinya sebentar lagi akan diketahui, ingat, dia tak boleh panik.
Irwan perlahan beringsut bangkit, memposisikan dirinya untuk siap berlari kapanpun. Gemersik suara terdengar semakin dekat. Irwan menunggu momen yang tepat untuk berlari, nafasnya kian memburu di sekitar udara malam.
Jika dia tidak berlari, hidupnya akan berakhir di sini juga.
Paling tidak dia harus hidup untuk menyelamatkan Aziza.
Komplotan itu berada tepat di balik pohon persembunyiannya. Irwan mengambil langkah seribu. Langkah kakinya kala lari memijaki permukaan tanah hutan yang tidak rata. Banyak sekali benda yang bisa membuatnya terjatuh jika dia salah langkah.
Sesekali Irwan nyaris jatuh karena hilang keseimbangan, namun Irwan bertekad kuat untuk mempertahankan nyawanya sendiri. Irwan melirik sesaat ke arah belakangnya, benar saja beberapa orang sedang mengejarnya. Untungnya mereka tidak sedang menenteng senjata api.
Irwan berusaha mengingat rute yang dilewati untuk kembali ke mobilnya, sambil sesekali memastikan keberadaan komplotan tersebut. Mobilnya terlihat dari kejauhan, Irwan mempercepat larinya.
Tinggal beberapa langkah lagi, sekelompok orang lainnya muncul untuk menghalang Irwan memasuki mobilnya. Untungnya Irwan sempat menghindari serangan mereka dan masuk ke dalam mobil. Sesaat Irwan bisa bernafas dengan lega, kemudian dia mengambil kunci mobil dan menghidupkan mobilnya.
Pasti mereka melakukan sesuatu pada mobilnya, entah itu memutus rem atau semacamnya.
Irwan mencoba menghidupkan mobilnya, ternyata tidak ada kendala sama sekali. Syukurlah.
"Menyerah sekarang!" Salah satu dari mereka mencoba menodongkan pistol kepada Irwan.
Irwan tidak peduli, ia menarik gas mobilnya. Disaat yang sama peluru ditembakkan ke arah kepalanya, namun Irwan sempat menghindar.
Irwan tersentak kaget mendapati darah mengucur deras di kepalanya, ternyata telinganya di robek oleh tembakan tersebut. Irwan meringis kesakitan, tapi paling tidak orang tersebut mati terpental kuat entah kemana.
Mobil melaju cepat ke arah depan dan menabrak komplotan tersebut, tubuh mereka terlindas remuk oleh mobil Irwan. Irwan mampu mendengar suara tulang belulang mereka hancur dalam seketika. Dadanya seketika penuh sesak, masa bodo dengan apa yang dia lakukan.
Orang-orang tersebut mati karena kesalahannya sekarang, bukan karenanya.
Hujan turun dengan lebat setelahnya, Irwan bernafas lega setelahnya. Namun disaat dia melihat asap bercampur dengan api melalak hebat ke angkasa, dia tersadar, mereka telah berhasil membakar gadis itu hidup-hidup. Panik yang luar biasa menyerangnya.
Nuansa merah sudah mewarnai langit, dia sudah terlambat bukan?
-
"Lho Irwan? Ada apa?" Andre mengecek ponselnya dan menemukan jika Irwan telah menelponnya puluhan kali.
Nadia membersutkan wajahnya. Apa yang telah terjadi sampai Irwan memanggilnya berpuluhan kali? Nadia mencari satu nomor untuk mendapatkan jawabannya.
"Mas, Irwan kenapa manggil Bunda sampai puluhan panggilan tadi?" Tanpa sapa, tanpa salam, Nadia langsung menanyakan inti masalah.
"Mas juga sama, Irwan pas ditelpon balik juga gabisa."
Nadia mengelus dadanya, nafasnya menjadi sesak seketika.
"Gimana Bunda pestanya?"
Nadia menggigit bibir bawahnya, dia berjanji pada Andre akan menemani Aziza hari ini. "Maaf sayang, tadi Bunda tiba-tiba dipanggil ke rumah sakit."
Andre mengusap wajahnya. Jika Nadia dan dia tidak ada dipesta tersebut, otomatis Irwan lah yang menjaga Aziza selama pesta. Irwan hanya akan menelpon jika putrinya mengalami sesuatu.
Sesuatu terjadi pada Aziza kan?
Andre menutup panggilan, ia segera bergegas menjemput sang istri dari rumah sakit. Mobil melaju cepat membelah angin malam, dengan dua orang di dalamnya yang dihantui risau dan cemas.
"Pasti Aziza kenapa-kenapa kan mas?" Nadia menarik lengan baju Andre. Pria tersebut menggeleng, dia yakin Aziza tidak kenapa-kenapa. Seperti biasa mungkin putrinya mengalami demam biasa, namun Irwan terlalu heboh sampai menelpon mereka karena itu.
"Gundah gabisa nyelesain masalah, Bunda." Andre meyakinkan Nadia untuk tenang, semua akan baik baik saja.
Tibalah mobil tersebut di rumah mereka, Nadia langsung turun dan masuk ke rumah untuk menanyakan keberadaan putrinya namun tidak ada satupun orang yang tahu, saat ditanya dimana Irwan berada mereka juga tidak ada yang mengetahuinya
Gedung pesta tersebut, pasti menjadi lokasi Irwan terakhir berada.
Mobil melesat menuju lokasi pesta. Nadia menerobos masuk ke gedung tersebut. Tak ada satupun orang dia temui, kecuali para penjaga. Nadia berkeliling seisi gedung, mengecek satu persatu gedung. Bahkan setiap kubik pantai bersih tanpa noda apapun, tak ada hal yang bisa dia curigai.
Di salah satu ruang, Nadia menemukan sebuah Akuarium dengan beberapa Perhiasan yang di pakai Aziza selama pesta. Di ruangan tersebut juga terdapat serpihan kaca, dan air yang berbau aneh. Terdapat beberapa berkas yang berisikan rancangan bisnis, Nadia mengambil setiap gambar dengan kamera alih-alih sebagai bukti penting.
Nadia langsung berasumsi jika Aziza diculik dan disandera atau mungkin dibunuh?
Nadia kembali ke mobil Andre dengan wajah yang basah oleh air mata. Andre melesat untuk memeluk Nadia yang tampak tak berdaya. Nadia menggelengkan kepalanya di dalam pelukan sang suami.
"Nad, Aziza dimana?"
Nadia menggeleng. Andre berlari memasuki gedung untuk mengeceknya dengan kedua matanya sendiri dimana keberadaan Aziza. Nihil, bukti yang sama dia temukan. Andre menggaruk kepalanya frustasi, dimana putrinya? Pasti seseorang menculiknya!
Berbagai nama muncul di kepala nya, nama-nama orang mungkin menjadi pelaku penculikan Aziza. Ada satu nama yang dia curigai,...
Joni.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Teen FictionTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...